"Pak Kardi baik banget, sih! Ngasih diskon gede gitu!" Selma berceloteh seraya berjalan beriringan dengan Arial menyusuri jalan menuju lapangan.
"Ya, iyalah. Bersyukur lo, dompet lo gak sampe bolong karena Pak Kardi ngasih diskon," timpal Arial, sesekali ia memperhatikan kamera yang ia kalungkan di lehernya.
Selma pun hanya mengangguk seraya tersenyum lebar. Tadi, Pak Kardi memang memberi diskon untuk bayaran perbaikan kamera Arial. Selma hanya membayar setengahnya.
Saat ini keduanya tengah menuju lapangan yang letaknya tak jauh dari rumah Pak Kardi. Di sepanjang jalan, mata Selma tak henti-hentinya mengitari rumah-rumah penduduk yang tampak berdempetan. Banyak sekali anak-anak kecil yang sedang bermain di pinggir jalan.
Langkah Selma sontak terhenti ketika melihat seorang penjual cilok gerobak yang sedang mangkal tak jauh dari tempatnya. Pergerakannya itu refleks diikuti Arial.
"Kenapa lo?" tanya Arial seraya menatap tajam ke arah Selma.
"Mau itu."
Mata Arial mengikuti arah telunjuk Selma, dan sedetik kemudian ia berdecak kesal. "Ya elah, kayak bocah lo. Cilok banyak dijual di sekolah. Masih belum puas?"
"Belum. Dan asal lo tau, ya, gue lagi laper ini!"
"Lo tadi jam istirahat ngapain aja?"
"Yaa, gue ke ruang Drawing Club dulu mantau anggota. Terus ke ruang guru ketemu Bu Kiana buat bahas lomba besok, abis itu--"
"Masih mau beli cilok nggak?!" potong Arial cepat. Tadinya ia hanya ingin mendengar jawaban Selma kalau gadis itu dari kantin, tapi malah jawaban bertele-tele itu yang keluar.
"Maulah!"
"Yaudah cepetan, gue tungguin."
Selma menghembuskan napas kasar sejenak sebelum menghampiri penjual cilok itu. Untung saja hari ini perkara kamera itu sudah selesai. Dan artinya besok dan seterusnya, Selma tak perlu berurusan lagi dengan Arial. Muak lama-lama dia kalau dihadapkan dengan cowok itu.
***
Selma dan Arial sampai di lapangan yang dituju ketika beberapa anak kecil sudah tampak memainkan bola di sana. Ketika Yuda melihat keduanya, bocah itu segera menghampiri mereka dengan senyum riangnya.
"Ayo, Kak! Udah gak sabar nih!" ujar Yuda dengan senyum sumringahnya.
"Tunggu bentar, ya. Kakak buka seragam dulu."
Selma yang sedang sibuk mengunyah cilok yang habis dibelinya sontak menghentikan gerakannya. Ia menyipitkan mata melihat Arial mulai membuka satu persatu kancing seragam putihnya.
"Ngapain dibuka, sih? Lupa lo ada gue di sini?" tanya Selma dengan nada judes. Membuat Arial di sampingnya sontak memutar bola mata.
"Ya, kalo lo ada di sini kenapa? Masalah?"
"Yaa, lo pikir gue--"
Mata Selma mengerjap-ngerjap lucu ketika melihat Arial berhasil menanggalkan seragam putihnya. Tadinya ia mengira cowok itu ingin bermain bola sambil shirtless, ternyata ia memakai kaos hitam sebagai dalaman. Membuat Selma tak bisa meneruskan lagi ucapannya.
"Makanya, jangan nyimpulin apa-apa itu terlalu cepet! Malu sendiri, 'kan, lo?"
"Yaaa, gue mana tau kalo ternyata lo pake kaos gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Halcyon [Completed]
Teen FictionSelma Tabitha bukanlah murid terkenal di Star High. Gadis berambut sebahu itu hanyalah siswi biasa yang beruntung bisa terangkat menjadi ketua drawing club. Hidupnya tenang-tenang saja dan terkesan monoton. Sampai suatu hari Selma melakukan sebuah k...