Baru saja Selma mendudukkan dirinya di bangku, kepala Azel tampak melongo dari pintu kelasnya. Saat ini sedang berlangsung jam istirahat pertama, dan Selma baru saja dari kantin. Hanya membeli segelas pop ice rasa choco cookies, ia sedang malas makan hari ini.
"Kenapa, Zel?" tanya Selma seraya menghampiri posisi saudaranya itu.
Azel tampak tersenyum kikuk sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. Tangan kiri gadis itu tampak memegang selembar kertas.
"Gue mau ngomong," ujar Azel sembari berjalan menuju tembok pembatas di depan. Selma sedikit mengernyit, namun tak urung ia tetap mengikuti pergerakan Azel.
Kini keduanya berdiri bersisian di tembok pembatas lantai dua. Dari sini, mereka bisa melihat langsung pemandangan lapangan utama yang lumayan sepi.
"Mau ngomong apa?" tanya Selma penasaran.
Bukan jawaban, Azel malah menyodorkan selembar kertas yang dibawanya tadi. Selma pun menerima kertas tersebut dan mengamatinya beberapa detik.
Tubuh Selma sedikit bergeming ketika membaca tulisan di sana.
FORMULIR PENDAFTARAN OSN STAR HIGH SCHOOL
"Gue udah ngambil formulir di ruang BK, rencananya bakal ikut seleksi Fisika. Guru yang bersangkutan udah rekomendasiin gue soalnya." Azel membuka suara seraya memperhatikan pemandangan di depannya. "Dan gue mau lo juga ikutan, Sel."
Selma masih tak membuka suara. Ia masih mencerna apa yang sebenarnya sedang terjadi. Menghela napas, ia mengembalikan formulir itu pada Azel.
"Gue gak sepinter lo, Azel," gumam Selma menyerupai bisikan.
"Jangan ngomong gitu! Lo punya potensi, apalagi lo masuk 3 besar di kelas lo, 'kan?"
"Itu gak menjamin gue bisa lolos seleksi."
Azel sedikit berdecak. "Selma, dengerin gue. Kita masih punya waktu satu minggu buat persiapan ikut seleksi. Kalo lolos, kita punya waktu dua bulan lebih untuk persiapan dan wakilin sekolah."
"Tapi gue gak yakin. Pasti banyak yang bakal ikut seleksi, 'kan?"
"Ini yang gak gue suka dari lo, Sel. Lo tuh terlalu overthinking dan insecure, padahal gue yakin banget lo tuh punya potensi. Lo itu saudara gue, adek gue, dan lo masih gak yakin? C'mon, Sel, kita buktiin ke Mama kalo kita bisa sama-sama ikut OSN."
Selma menatap mata Azel dalam, ia bisa melihat kalau kakaknya itu benar-benar serius dengan ucapannya.
Overthinking.
Insecure.
Dua kata itu mungkin sudah menjadi teman baik Selma beberapa waktu belakangan ini. Sebenarnya, ia juga tak mau seperti ini, namun bagaimana lagi, perasaannya sulit sekali dikendalikan.
"Gue ... gue gak tau, Azel," cicit Selma seraya menundukkan kepalanya. Entahlah, mungkin ia sudah terlihat menyedihkan sekarang.
"Gue gak mau tau, Sel! Lo harus ikut seleksi OSN ini, gak masalah kalo lo emang gak kepilih atau apalah itu. Gue cuman mau liat lo ikutan dan gak nyerah gitu aja!" tandas Azel terdengar tegas. Aura 'kakak' tampak lebih keluar darinya sekarang. "Kalo lo gak ikutan, jangan ngomong sama gue selama seminggu."
Kepala Selma refleks mendongak mendengar lanjutan kalimat itu. Ia memandang Azel sembari menggeleng pelan.
"Yaa, gak bisa gitu dong!"
![](https://img.wattpad.com/cover/228986441-288-k967674.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Halcyon [Completed]
Teen FictionSelma Tabitha bukanlah murid terkenal di Star High. Gadis berambut sebahu itu hanyalah siswi biasa yang beruntung bisa terangkat menjadi ketua drawing club. Hidupnya tenang-tenang saja dan terkesan monoton. Sampai suatu hari Selma melakukan sebuah k...