Entah kapan Azel mulai suka memperhatikan Adrian—kapten basket Star High. Mungkin saat cowok itu sering latihan di lapangan indoor, atau selalu lewat di depan ruang klub teater bersama teman-temannya. Azel kurang tahu, kapan ia suka memperhatikan Adrian. Yang ia tahu, Azel sudah menyimpan rasa pada Adrian saat cowok itu baru saja menjabat sebagai kapten klub basket.
Sejak saat itu, Azel suka sekali memperhatikan sosok Adrian dari jauh. Entah saat cowok itu sedang latihan, atau hanya sekadar lewat di depan kelasnya.
Adrian itu siswa kelas 11 IPS 2. Cukup terkenal di kalangan murid-murid Star High karena jabatannya. Memiliki postur tubuh yang tinggi dan atletis. Wajahnya bisa dibilang tampan dengan alis tebal serta hidung yang mancung. Meskipun kulitnya tidaklah putih—karena sering panas-panasan, namun Adrian masuk sebagai jajaran cowok gantengnya SHS.
Azel menyukai Adrian.
Tapi ia tidak pernah memberanikan diri untuk sekadar menyapa duluan. Walaupun Azel termasuk ekstrovert, namun kalau sudah berhubungan dengan Adrian, Azel mendadak menjadi pendiam.
Terhitung sudah beberapa bulan menyukai cowok itu, mungkin hanya satu dua kali mereka pernah terlibat obrolan. Itu pun hanya obrolan singkat. Entah itu membahas ekskul, atau pelajaran olahraga.
Dan hari ini, Azel ingin keluar dari zona nyamannya. Selama ini ia hanya berani menatap Adrian dari kejauhan. Berbekal sebotol air mineral dingin, Azel memberanikan diri melangkah pasti mendekat pada sosok Adrian yang baru saja duduk lesehan di pinggir lapangan.
Saat ini jam istirahat pertama sedang berkumandang, dan seperti beberapa hari belakangan ini, Adrian dan anggota tim inti klub basket akan menghabiskan waktunya di lapangan indoor. Mereka sedang mencuri waktu untuk latihan sejenak. Minggu depan akan ada turnamen antar SMA di sekolah tetangga.
"Adrian," panggil Azel ketika ia sudah duduk di samping Adrian. Perempuan yang hari ini mengurai rambutnya itu tersenyum gugup seraya meremas-remas botol air mineral yang ia pegang.
Adrian yang tadinya sedang mengatur napas sontak menoleh. Beberapa detik keningnya sempat mengkerut, sedikit heran karena Azel mendatanginya. Namun, tak urung cowok itu tetap tersenyum ramah.
"Hai," sapanya. Muncul lesung di kedua pipi Adrian ketika cowok itu menarik bibir. Pemandangan yang sempat membuat Azel menahan napas sejenak.
"Tumben banget nyamperin. Ada apa nih, Zel?" tanya Adrian, kali ini dengan nada lebih bersahabat. Meskipun ia tak terlalu kenal dengan perempuan di sampingnya ini, Adrian berusaha beramah-tamah.
Azel tersenyum canggung sebelum mengulurkan botol air mineral yang tadi ia pegang. "Nih, buat lo," ucapnya.
Pemandangan itu sontak mendapat koor dari teman-teman Adrian yang masih berlatih di lapangan. Hal yang sempat membuat Azel merutuk karena malu. Namun itu tak berlangsung lama ketika Adrian menerima botol air mineral tadi.
"Thanks, ya, Azel. Lo baik banget," ucap Adrian tulus. Tanpa sungkan, cowok itu langsung meminum pemberian Azel. Hal yang membuat mata Azel berbinar cerah. Kalau tahu akan segampang ini, mungkin sudah dari dulu ia berusaha mendekati cowok itu. Sayang sekali, Azel baru menemukan keberaniannya sekarang.
"Woi, Ketua! Enak banget, sih, ada yang ngasih minum!" Seorang cowok—teman Adrian, berteriak dari arah lapangan. Mengalihkan atensi Azel juga Adrian.
"Kalo Adrian mah ada aja yang ngasih minum. Kagak kayak kita-kita yang kentank, bisanya cuman beli sendiri. Itu pun kalo ada duit."
"Bener banget. Mana yang ngasih si Adrian banyak lagi. Gue yakin banget, sebentar lagi para ciwi-ciwi bakalan dateng."

KAMU SEDANG MEMBACA
Halcyon [Completed]
Teen FictionSelma Tabitha bukanlah murid terkenal di Star High. Gadis berambut sebahu itu hanyalah siswi biasa yang beruntung bisa terangkat menjadi ketua drawing club. Hidupnya tenang-tenang saja dan terkesan monoton. Sampai suatu hari Selma melakukan sebuah k...