Prolog

1.7K 95 32
                                    

Halcyon; Sebuah kondisi merasa senang, tenang dan damai.

***

"Maaf, Kak, kami mau mengundurkan diri dari drawing club."

Mata bulat Selma kontan melotot ketika mendengar ucapan bernada lirih itu keluar dari bibir salah satu adik kelasnya. Kertas berisikan lukisan yang tadinya dipegang sontak Selma hempas kasar di meja.

"Kenapa? Kalian itu baru dua bulan di ekskul ini, kok mau keluar?" Diam-diam Selma menahan emosinya ketika melihat kedua siswi di depannya ini menunduk dalam. Ia tak boleh menunjukkan kegarangannya kalau tak mau kehilangan anggota lagi.

Jennie, salah satu siswi itu memberanikan dirinya menatap bola mata Selma. "Mungkin Kakak tau alasannya, drawing club sedang diambang kehancuran karena kemarin kembali gagal meraih kemenangan di pameran. Jadi aku sama Cica, pengen ngundurin diri aja, Kak. Kami mau masuk ekskul yang lebih bisa bikin kita maju, bukan stuck gini-gini aja."

Tahan, Sel, Tahan. Gak boleh marah.

Selma meraup udara dengan rakus lantas menghembuskan napasnya kasar. Ia mengulas senyum terpaksa di depan kedua adik kelasnya ini.

"Kegagalan kemarin itu bukan kemauan kita semua. Kalau kalian keluar juga, bukan gak mungkin Bu Wendy bakalan bubarin ekskul drawing club sekarang juga."

"Maaf, Kak, tapi keputusan kami udah bulat. Kami mau keluar." Dan ucapan itu menjadi tanda bahwa drawing club kembali kehilangan anggotanya. Selma menatap pintu ruang ekskul yang baru saja menelan kedua tubuh adik kelasnya tadi.

Gadis berambut sebahu itu menghempaskan badannya di kursi seraya memijit keningnya pelan. Selma tak bisa berbuat banyak, ia hanya tinggal menunggu waktu dimana ekskul yang baru ia pimpin lima bulan ini dibubarkan oleh Bu Wendy-- ketua pembina seluruh ekskul Star High.

Baru hari kemarin ia kehilangan dua anggota, hari ini pun juga terjadi hal yang sama. Membuat Selma ingin menangis saja karena tak bisa menjaga amanah dari Darrel-- Ketua drawing club-- sebelumnya yang sekarang sudah kelas 12.

Tahun ajaran ini, ekskulnya hanya berhasil menggaet 20 anggota dari kelas 10. Jumlah yang cukup banyak mengingat anggota kelas 11 hanya ada lima orang, ditambah Selma tentunya. Dan sekarang ia sudah kehilangan 5 anggota, 1 diantaranya memang sudah keluar sebelum lomba pameran minggu kemarin.

"Ini semua gara-gara Kikan!" sembur Selma dengan napas terengah-engah. Kikan Almetha, anggota kelas 11 yang keluar sebelum pameran dilaksanakan. Awalnya Kikan merupakan anggota paling bisa diandalkan di sana. Lukisannya bagus-bagus dan tak diragukan lagi. Gadis itu juga sudah berjanji akan membawa beberapa lukisan terbaiknya untuk dilombakan di pameran itu.

Selma selaku ketua drawing club sudah memercayakan sepenuhnya pada Kikan. Sejauh ia berteman dengan gadis itu, tak pernah sekali pun Kikan mengecewakannya. Sampai suatu hari, dimana lomba akan diadakan dua hari lagi, Kikan datang dan mengundurkan diri dari ekskul. Gadis itu pindah sekolah.

Semuanya mendadak kacau kala Kikan pergi begitu saja. Lukisan-lukisan Kikan yang sudah dipastikan akan ikut lomba tak ada. Memaksa Selma harus memutar otak menutupi kekosongan itu. Jadilah ia menitah beberapa anggota kepercayaannya untuk mengganti lukisan Kikan. Dan Selma tahu, hal itu tetap menjadi sia-sia kala nama sekolahnya tak disebut sebagai pemenang.

Lagi-lagi Selma menghela napas kasar kala ingatan itu kembali mampir di kepalanya. Ia tahu, di ekskul ini, hanya dirinyalah dan Kikan yang benar-benar diharapkan untuk mempertahankan drawing club. Tapi partnernya itu sudah pergi, memaksa Selma memikirkan sendiri bagaimana caranya ekskul ini tetap ada dan tak digusur oleh Bu Wendy.

Bingkas dari kursi yang didudukinya, Selma meraih gelas plastik berisikan jus jeruk yang ada di meja. Jus jeruk itu sudah ada di sana beberapa menit yang lalu dan meninggalkan bulir-bulir es di bagian luar gelas. Selma butuh udara segar. Untuk itu, ia segera keluar dari ruang ekskul dan berjalan tak tentu arah.

Koridor sekretariat ekskul tampak sepi, hanya ada beberapa murid yang berlalu-lalang di sana. Hal yang wajar karena sedang jam istirahat pertama, dan sudah pasti siswa-siswi lebih memilih menghabiskan waktunya di kantin.

Karena terlalu banyak melamun, Selma tak sadar di depannya ada seorang cowok yang sedang berjalan terburu-buru. Dan seolah semesta tak mengizinkan Selma untuk tenang barang sejenak, bahu cowok itu langsung menubruknya dengan keras.

Selma memekik kaget ketika jus jeruk yang dipegangnya tumpah dan mengenai almamater biru tua yang dikenakan siswa di depannya ini. Namun bukan itu yang membuat Selma terkejut setengah mati. Melainkan ketika ia melihat sesuatu tergeletak mengenaskan di lantai.

Mampus!

"KAMERA GUE!"

Dan Selma tahu, setelah kejadian ini, hidupnya tak akan tenang. Ia baru saja membangkitkan kemarahan si mulut tajam ini. Cowok yang ditabraknya barusan adalah Wakil Ketua OSIS Star High, Arial Radezka Wirasena. Murid yang terkenal akan mulut tajamnya dan sifatnya yang bengis.

Selamat, Selma. Lo udah umpangin diri lo ke kandang singa.





A/n :

Haii :) new story hehe. Masih inget, Selma, 'kan? Wkwk

Jadi ceritanya di sini, Selma udah kelas 11, yang artinya Agnan dkk sekarang udah kelas 12.

Gimana prolognya?

Jan lupa vote dan komen :)

Halcyon [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang