6

82 6 0
                                    

Joonmyeon bergerak gelisah. Sesekali matanya menatap pada jam digital pada meja nakas di sebelah tempat tidurnya. Pukul satu pagi. Joonmyeon menghela nafas panjang dan kembali membenarkan posisi tubuhnya. Rasanya tubuhnya tidak bekerja sesuai dengan perintah otaknya. Joonmyeon mengetahui benar bahwa ia ingin segera tidur, tapi tubuhnya mempunyai kehendak lain. Hal yang sama ketika peristiwa tadi siang terjadi –dikamar Kevin.

Arrgh! Joonmyeon mengusap wajahnya dengan frustasi.

Kejadian itu benar-benar di luar perkiraan Joonmyeon. Oh, bahkan Joonmyeon tidak pernah berpikir kalau Kevin akan menciumnya. Terlebih ketika perintah otaknya dan kerja tubuhnya tidak bekerja dengan sinkron.

Saat Kevin menciumnya, Joonmyeon ingin mendorong pemuda itu dan mungkin menamparnya, lalu pergi ke kamar dan tidak akan keluar bahkan jika Kevin memohon untuk memaafkannya. Namun, yang terjadi adalah sebaliknya. Joonmyeon tidak bergerak untuk menolak ciuman Kevin dan dia sebenarnya juga tidak membalas ciuman itu. Well, Joonmyeon hanya berdiri dengan tubuh kaku dan menikmati sentuhan lembut bibir Kevin.

Joonmyeon sontak menyentuh bibirnya. "Oh, shit!"

Kemudian Joonmyeon menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya. Malam ini, Joonmyeon tidak akan bisa tidur dan dia harus menyiapkan alasan yang tepat jika Kevin bertanya mengenai lingkar hitam matanya.

*****

Joonmyeon sesekali melirik pada Kevin yang tengah menghabiskan serealnya. Well, Kevin tidak terbiasa sarapan dengan nasi, maka dari itu Joonmyeon harus menyediakan roti atau sereal untuk Kevin. Suasana pagi itu sangat sunyi. Kevin hanya mengucapkan selamat pagi dan setelah itu tidak ada yang bicara di antara mereka. Joonmyeon menatap mangkuk nasinya dan menghela nafas panjang. Ia tidak menyukai suasana di meja makan. Terlalu sunyi.

"Mom tadi meneleponku."

Joonmyeon sontak memandang Kevin. "Lalu?"

Kevin masih tidak menatap Joonmyeon. Pandangannya hanya tertuju pada mangkuk sereal yang isinya hampir habis. "Mereka akan sampai di Seoul malam ini. Sekitar pukul sembilan malam. Kau mau menjemput mereka di bandara?"

"Eh?"

"Atau aku bisa pergi sendiri. Selain itu, tidak ada satu pun dari kita yang sudah mempunyai lisensi mengemudi, bukan?" tukas Kevin lagi.

Joonmyeon berkedip beberapa-kali. "Aku akan pergi. Kita bisa menelepon Paman Go. Beliau dulu pernah bekerja dengan kami, tapi..." ucapan Joonmyeon terhenti, membuat Kevin sedikit meliriknya. "Aku akan menelepon Paman Go. Kita berangkat setelah makan malam saja, okay?"

Kevin menghela nafas panjang dan mengangguk. Dan pertama kali di pagi ini, Joonmyeon tersenyum.

*****

"Yak! Kau harus ke rumah sakit, Cho Kyuhyun!" perintah Hyukjae.

Namun, Kyuhyun mengabaikannya. Selalu mengabaikan, lebih tepatnya. Bahkan Ahra juga tidak berhasil membujuk Kyuhyun untuk pergi ke rumah sakit sekedar memeriksakan luka di tangannya tersebut. Hyukjae mendesis jengkel ketika Kyuhyun mengabaikannya dan lebih memilih mengurus dokumen-dokumen milik Choi Group. "Yak, Cho Kyuhyun!! Kau harus ke rumah sakit atau aku akan..."

Kyuhyun tiba-tiba mengangkat kepalanya dan menatap Hyukjae dengan tajam. "Atau kau akan apa? Lee Hyukjae."

"Atau aku akan menelepon Kang Haneul untuk membawa peralatan medisnya datang ke sini untuk memeriksa lukamu itu. Eoh?! Kau pilih mana?" sahut Hyukjae.

Kyuhyun kembali membaca dokumen dihadapannya. "Tidak keduanya. Dan aku tidak takut dengan semua ancamanmu, Lee Hyukjae."

Hyukjae menekan leher bagian belakang. Oh, rasanya menghadapi sikap keras kepala Kyuhyun lebih sulit ketimbang menyelesaikan sebuah kasus perceraian dengan perebutan hak asuh anak. Hyukjae sering-kali dibuat naik darah oleh kelakuan rekan kerjanya tersebut.

ScarfaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang