"Marc, your Andrew is calling again!!"
Di sebuah kantor berukuran standar, dengan tidak begitu banyak furniture hanya ada sebuah meja kayu sebagai pusat di mana ada komputer, tumpukan dokumen, beberapa pena, telepon dan sebuah pigura kecil, di hadapan meja tersebut ada tiga buah kursi yang diatur dengan apik, lalu satu rak berukuran kecil diletakan di bawah jendela besar dan rak yang besar di salah satu dinding berisi ratusan dokumen lainnya yang sudah disusun dengan rapi.
Pemilik ruangan tersebut mengerang pelan sembari mengusap wajahnya yang terlihat lelah. Ia melepaskan kacamatanya dan menaruhnya di atas dokumen yang sedang ia tangani. "Just tell him, I'm busy!!" teriak sang pemilik ruangan tersebut.
"Okay!!"
Pria yang dipanggil Marc itu menghela nafas panjang. Ia memakai kacamatanya lagi dan berfokus pada dokumen di hadapannya. Pria itu mengambil pena dan mulai menandai kembali dokumen tersebut.
Ugh, I hate paperworks! Tell me again, why I took this job!
Dokumen demi dokumen dikerjakannya. Sembari menggerutu atau bahkan mengomeli sesuatu yang tidak berkaitan dengan dokumen tersebut. Setelah semuanya selesai, pria itu menekan intercome.
"Grace.. I'm done!"
Kemudian ia melepaskan kacamata tersebut dan membaringkan kepalanya di atas meja dengan perasaan lega. Setidaknya tumpukan dokumen itu akan segera pergi dari hadapannya. Dan pekerjaannya untuk satu minggu sudah selesai.
Tak lama, terdengar ketukan pintu. Pria itu mengangkat kepalanya dan memberi isyarat pada seorang wanita –Grace– untuk masuk. Well, itu pun karena pintunya sudah terbuka jadi pria itu tidak perlu mengatakan apa pun. Grace masuk diikuti dengan seorang pria yang langsung membawa tumpukan dokumen itu.
"Give it to James, Hans!" ujar Grace.
Lalu Grace memperhatikankan pria yang tidak bergerak dari mejanya tersebut. Ia tersenyum tipis. "Marc, are you alive?"
"Yes, I'm alive. Thank you for checking on me, Grace."
Pria itu –Marc mengangkat kepalanya dan melihat Grace yang tertawa. Ia mendesah pelan. "It's done right? There is no paperwork again?" Grace hanya mengangguk. "Thank God! I maybe really need a vacation after this project over."
"Well, maybe... you should call back your Andrew right now," ujar Grace. "Marc, he already called at least twenty times. Just for today. And... every time he called, you just say 'I'm busy'."
"Becauce I AM busy! That paperworks will not get it done by itself. And, please stop with 'your Andrew'!"
Grace mengangkat tangannya. "I don't want to hear any complaint from you. Jeez, why you... Oh, wait! I can't complaint either. If your... Oops! Okay, Andrew heard about this, maybe he'll fire me."
Marc tertawa kecil. "Maybe not firing you. Just... Give you another warning. Well, Andrew is... You know. We have another argument again two days ago. He being such an arsehole."
"Am I going to have listening about your argument? Well, yes!!" Grace kemudian menarik sebuah kursi untuk duduk. "So, tell me! Gay couple argument always..."
"What?!"
"I don't know... tense? Sexy? Hot? Especially, you two. So, tell me. Is it about Dan again?"
*****
"Pap!!"
Seorang anak kecil berusia lima tahun berlari keluar dari gedung sekolah menuju seorang pria yang disebutnya 'Pap'. Pria itu sedikit berlutut untuk menyambut anak kecil itu dan memeluknya erat. Ia tertawa kecil lalu mengendongnya dan mencium pipi sang anak kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scarface
FanfictionTOLONG DIBACA DULU DESKRIPSINYA YAA!!! re-publish dari blog wordpress pribadi dengan judul yang sama. karena re-publish, jadi tidak ada editing, semuanya benar-benar ada apanya dari wordpress termasuk dengan berbagai typo-nya. content warning: ada s...