57

71 5 0
                                    

Haneul tidak bernafsu untuk makan apa pun saat ini. Setelah pertemuan tidak sengaja dengan Haesa di gedung bioskop tadi siang, Haneul ingin pulang saja. Tapi Changwook mengatakan bahwa hari ini adalah kencan mereka. Pertemuan dengan Haesa bukan menjadi alasan mereka harus membatalkan kencan hari ini. Jadi, mereka tetap melanjutkan rencana mereka. Menonton film, makan siang bersama dan pergi ke tempat lainnya seharian.

Namun, saat makan malam, Haesa memaksa agar mereka bicara. Karena Haesa datang bersama rekan kerjanya dan setelah itu harus kembali ke kantor, jadi ia memaksa agar mereka bertemu di suatu tempat.

Changwook menatap Haneul lalu menyodorkan buku menu. "Pesan sesuatu."

Haneul hanya menghela nafas berat. "Kita pergi ke apartmentmu saja. Jika Haesa ingin bicara, bukankah apartmentmu jauh lebih baik."

"Tapi kita bisa bicara sembari makan malam, Han."

"Kita bisa membeli bahan makanan dan memasaknya," sahut Haneul. Dia benar-benar tidak menyukai hal ini. Walaupun Haneul memang berencana mempertemukan Changwook dan Haesa tapi jika pertemuan yang mendadak seperti tadi siang bukanlah keinginannya. Itu malah akan membuat situasinya menjadi lebih canggung.

Tapi jika dipikirkan lagi, sepanjang hari ini, Haneul bersikap acuh pada kencan mereka. Selepas menonton, saat Changwook bertanya ia ingin makan siang apa, Haneul hanya menjawab seadanya. Dia tidak peduli. Sampai Changwook memilih kedai makguksu. Mereka juga tidak banyak mengobrol seperti biasanya.

Mood Haneul benar-benar buruk sepanjang hari. Bahkan sampai waktu makan malam seperti ini, Haneul tidak memikirkan perasaan Changwook. Pria itu sudah bersusah payah untuk bertukar shift agar mereka bisa pergi hari ini. Changwook juga berusaha untuk sedikit menaikkan mood Haneul. Tapi ia kadang bersikap acuh dan terkesan mengabaikannya.

Kini, Haneul merasa bersalah pada kekasihnya tersebut.

Haneul menaruh buku menu di atas meja dan menatap Changwook dengan lekat. "Wook-ah..."

"Uhm?"

"Maaf, hari ini aku benar-benar mengacaukan segalanya."

Changwook tersenyum tipis dan menggeleng. "Kau tidak mengacaukan apa pun. Hari ini, walaupun tidak sesuai dengan rencana kita, tapi aku menikmatinya. Kau mungkin sedikit bersikap acuh, tapi mengingat sifatmu, ini jauh lebih baik dari dugaanku."

"Maksudnya?"

"Setelah bertemu dengan Haesa, kau ingin pulang saja, bukan. Tapi aku sedikit memaksamu untuk agar melanjutkan kencan kita. Saat itu, aku tahu kalau moodmu sudah buruk sekali. Tapi sepanjang hari ini, kau tetap berusaha bertahan dan menikmati kencan hari ini. Itu sudah cukup bagiku. Mungkin lain kali, kita harus merencanakan kencan yang lebih baik."

Haneul memandang Changwook dengan seksama. Entah bagaimana Changwook yang dulu sering bersikap menyebalkan kini berubah menjadi sosok yang begitu pengertian. Rasanya dia terlalu beruntung mendapatkan Changwook sebagai kekasihnya kini.

Senyuman Changwook terkembang lebar ketika Haneul hanya diam dan memandanginya. "Kenapa? Apa aku terlalu tampan hingga kau memandangiku seperti itu?" Changwook mengambil buku menu yang diabaikan oleh Haneul lalu ia melihat-lihat daftar menu restaurant tersebut.

Haneul hanya menggumam. "Benar. Kau memang tampan."

Changwook tertawa kecil dan melirik ke pada Haneul. "Bukan hanya tampan, tapi kepribadianku juga sangat menyenangkan. Orang lain sangat mudah tertarik denganku."

"Benarkah?" tukas Haesa yang muncul dengan tiba-tiba. Bahkan tanpa sapaan yang formal, gadis itu langsung duduk di kursi hadapan Haneul.

Haneul mendengus melihat tingkah saudarinya. Sepertinya mood buruknya kembali naik sesaat dia melihat wajah Haesa. "Hey, tidak sopan jika kau tidak memberi salam."

ScarfaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang