Yifan hanya memperhatikan Sara yang terus menangis sejak Joonmyeon dibawa oleh ambulance hingga beberapa suster langsung membawanya untuk melakukan test CT Scan dan MRI sebelum menjalani operasi. Zitao berada di sisi Sara, berusaha untuk menenangkannya. Yifan bahkan berpikir kalau Zitao bisa menjadi putra yang baik untuk Sara ketimbang dirinya sendiri.
Yifan menghela nafas lalu melihat kedua tangannya. Walaupun saat memasuki rumah sakit, seorang suster sudah memberikan cairan pembersih darah, namun sepertinya Yifan tidak membersihkannya dengan benar. Kemudian Yifan mendengar suara langkah kaki yang berlari ke arah mereka. Yifan menoleh dan melihat Junhyeok berlari dengan ekspresi penuh kekhawatiran. Junhyeok berlari melewatinya dan menghampiri Sara.
Junhyeok berdiri dihadapan Sara. "Apa yang terjadi? Kenapa Joonmyeon bisa terjatuh di tangga?"
"A-aku ti-tidak tahu. Sa-saat aku di dapur, Joonmyeon memanggilku. Lalu saat aku keluar dapur, Joonmyeon sudah tidak sadarkan diri diujung anak tangga. Jun-Junhyeok-sshi, maaf... Maaf... aku... Joonmyeon..." Sara tidak bisa meneruskan ucapannya dan kembali menangis.
Junhyeok duduk di samping Sara lalu memeluknya. Sontak Zitao berdiri dan menghampiri Yifan. Zitao dan Yifan memperhatikan Sara dan Junhyeok dengan lekat.
Junhyeok menarik nafas dan mengusap rambut Sara lembut. "Tidak apa-apa. Joonmyeon pasti baik-baik saja. Jangan menangis lagi," tuturnya dengan lembut. Kemudian Junhyeok menyadari pakaian Sara yang terkena darah Joonmyeon.
Junhyeok menatap Yifan. "Fan..."
Yifan berjalan menghampiri Junhyeok. Dia memandang Sara yang masih menangis.
"Bawa Mom pulang. Mom perlu mengganti pakaiannya. Karena di rumah tidak ada disinfektan, jangan mencampurnya dengan pakaian kotor lainnya. Biar Appa yang mengurusnya nanti," tutur Junhyeok yang kini terlihat jauh lebih tenang.
Yifan mengangguk. Junhyeok melirik tangan Yifan yang masih terdapat noda darah di antara kuku-kukunya. "Bersihkan tanganmu dengan alcohol. Mengerti?"
"Ne, Appa."
Junhyeok melepaskan pelukannya dan menatap Sara. "Pulanglah dan istirahat sejenak. Aku akan menghubungimu lagi. Kau bisa datang setelah makan malam, okay?"
"Ta-tapi Joonmyeon..." Sara hendak protes tapi Yifan meraih tangannya.
Sara sontak menatap putranya. "Mom, Joonmyeon sudah ditangani oleh dokter yang ahli. Seperti kata Appa, Joonmyeon pasti baik-baik saja. Ayo kita pulang, eoh? Lihat pakaian Mom. Suster pasti juga akan menyuruh Mom pulang dan mengganti pakaian."
Sara kembali memandang Junhyeok yang mengangguk, seolah dia setuju dengan yang diucapkan oleh Yifan. "Hubungi aku jika kau mendapat kabar dari dokter."
Junhyeok kembali mengangguk. Yifan lalu membantu Sara berdiri dan merangkulnya.
"Supir Go menunggu parkiran," ucap Junhyeok lagi.
Yifan menatap Junhyeok lalu kembali mengangguk. Junhyeok menghela nafas sembari memandangi Yifan yang membawa Sara pergi. Saat mendapat kabar kalau Joonmyeon terjatuh, Junhyeok merasa kalau dia seperti kembali delapan tahun lalu, ketika Hayoung terjatuh di kamar. Junhyeok memejamkan matanya dan menarik nafas panjang. Kemudian dia membuka mata dan menoleh ke arah pintu area gawat darurat.
"Tuhan.. kumohon, jangan biarkan hal ini terulang lagi."
*****
Haneul tersenyum dan melambaikan pada pasien-nya yang sudah sembuh dan diperbolehkan pulang. Seorang gadis kecil berusia delapan tahun yang harus menjalani operasi tiga minggu lalu. Haneul, sebenarnya bisa memilih spesialisasi selain bedah anak, namun kejadian ketika dia masih di Jerman mengubah hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scarface
FanfictionTOLONG DIBACA DULU DESKRIPSINYA YAA!!! re-publish dari blog wordpress pribadi dengan judul yang sama. karena re-publish, jadi tidak ada editing, semuanya benar-benar ada apanya dari wordpress termasuk dengan berbagai typo-nya. content warning: ada s...