58

85 3 0
                                    

Joonmyeon menuruni anak tangga dengan bergegas. Jika dia terlambat mengejar bis, maka dia harus menunggu lebih lama bis selanjutnya. Hari ini jalanan pasti sibuk sekali karena hari pertama ajaran baru setelah liburan musim dingin. Awal musim semi dengan udara kota yang semakin menghangat.

Joonmyeon mengalungkan syal merahnya sembari ia menuju meja makan. Ia melihat kedua orangtuanya sudah berada di kursi masing-masing. Joonmyeon tersenyum dan menyapa. "Selamat pagi..."

Sara tersenyum pada Joonmyeon. "Pagi, sayang. Duduklah.."

"Tidak, Mom. Aku harus mengejar bis sekarang," tutur Joonmyeon sembari meraih segelas jus yang sudah disiapkan oleh Sara sebelumnya. Ia meneguknya perlahan.

Junhyeok menatap putranya lekat. "Appa bisa mengantarkanmu sampai sekolah, nak. Sarapan dulu."

Joonmyeon menggeleng lalu menaruh gelas itu. "Aku sudah terbiasa naik bis. Rasanya Lagipula Kyungsoo pasti juga sudah menungguku sekarang. Tidak apa-apa, Mom?"

Sara terlihat sedikit kecewa karena Joonmyeon menolak untuk sarapan. Tapi ia juga tidak ingin membuat Joonmyeon terlambat mengejar bisnya. Kemudian ia beranjak menuju dapur untuk mengambil sebuah eco-bag.

Sara menghampiri Joonmyeon dan memberikan eco-bag itu pada Joonmyeon. "Untuk makan siang. Untukmu dan juga Yifan. Kalian bisa makan siang bersama."

"Er.... Mom, aku tidak bisa menghampiri Yifan secara terbuka di sekolah," tuturJoonmyeon dengan nada ragu sembari mengambil eco-bag tersebut.

Sara terlihat semakin tidak senang dengan alasan yang diberikan oleh Joonmyeon. Junhyeok menghela nafas pendek. Mungkin tidak seharusnya dia memasukkan Joonmyeon ke sekolah itu jika 'tradisi' aneh malah akan menyusahkan kedua putranya kini untuk bersosialisasi.

"Joon, turuti saja Mom. Lagipula kalian adalah saudara. Singkirkan pemikiran mengenai tradisi permusuhan konyol itu," ujar Junhyeok.

Sara mengangguk. "Dengarkan Appa dan Mom, okay? Pokoknya kalian harus makan bersama. Mom akan menghubungi Luhan dan Kyungsoo untuk memastikannya."

Joonmyeon menghela nafas. Well, dia sudah tidak punya pilihan lagi. "Baiklah, aku akan makan siang dengan Yifan. Aku pergi dulu!" pamitnya sembari bergegas pergi ke foyer untuk memakai sepatu.

Sara mengikutinya sampai depan pintu. Ia memperhatikan Joonmyeon yang sedang memakai kedua sepatunya. Sekarang ia terlihat bisa tersenyum karena Joonmyeon menuruti keinginannya. "Hati-hati di jalan."

Joonmyeon tersenyum pada Sara. "Aku pergi, Mom!"

*****

Dengan bernafas lega, Joonmyeon menaiki bis. Dia cukup terlambat karena ia sampai di halte bertepatan ketika bisnya datang. Setelah membayar dengan kartu bisnya, Joonmyeon berjalan ke bagian belakang bus. Tapi ia sedikit terkejut melihat Chanyeol yang melambaikan tangannya sedangkan Kyungsoo memasang ekspresi jengkel.

"Joon-ah, sini!" seru Chanyeol.

Joonmyeon sedikit kikuk karena ada beberapa siswa dari KMHS lainnya yang berada di bis tersebut. Tentu saja, mereka pasti mengenal siapa Chanyeol. Melihat Chanyeol yang notabene anggota dewan siswa dari kelas seni duduk bersama siswa dari kelas music itu sudah keanehan tersendiri. Terlebih Chanyeol yang terlihat begitu akrab memanggilnya.

Joonmyeon berjalan menuju kursi bagian belakang dan duduk di sebelah Kyungsoo. Ia memangku eco-bag di atas pangkuannya. "Kalian pergi bersama?"

"Itu karena dia yang memaksa," gumam Kyungsoo dengan jengkel.

Joonmyeon menatap sahabatnya dan Chanyeol dengan lekat. "Memaksa bagaimana?"

"Dia tidak pernah naik bis. Kakaknya selalu mengantarkannya karena tempat kerja dan sekolah menuju arah yang sama. Tapi pagi ini, tiba-tiba dia muncul di depan pagar rumah dengan wajah menyebalkannya itu mengatakan kalau dia akan naik bis."

ScarfaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang