55

97 5 0
                                    

Ahra sedang merapikan pakaian serta barang-barang Kyuhyun ke dalam dua koper besar. Ahra hanya memilih beberapa barang pribadi penting milik Kyuhyun dan sisanya koper dipenuhi oleh pakaian dan beberapa pasang sepatu. Ahra tidak begitu memperhatikan pakaian seperti apa yang dimasukkannya ke dalam koper karena dia tidak mempunyai banyak waktu. Sesekali, Ahra melirik jam di pergelangan tangannya memastikan kalau dia masih mempunyai waktu sebelum batas yang diberikan oleh Siwon.

Sebenarnya Ahra ingin protes mengenai keputusan yang diambil oleh Siwon secara sepihak, tapi melihat kondisi adiknya karena kejadian kemarin Ahra hanya bisa setuju saja. Dia tidak ingin kondisi Kyuhyun semakin memburuk dengan semua hal yang terjadi di Seoul. Jadi, keputusan Siwon untuk membawa Kyuhyun pergi jauh adalah tepat. Bahkan jika orang tua mereka mengetahuinya. Toh, Eomma mereka sendiri yang mengusir Kyuhyun dari rumah.

Ahra menutup koper besar yang sudah penuh. Lalu dia beralih pada satu tas besar milik Kyuhyun yang akan diisinya dengan charger, dompet, laptop, ponsel serta paspor. Tak lupa, Ahra juga memasukkan beberapa buku tabungan yang dimiliki oleh Kyuhyun dan sepasang pakaian ganti untuk adiknya.

"Apa yang kau lakukan Ahra?" tanya Kim Hannah yang berdiri diambang pintu kamar Kyuhyun.

Ahra melirik dan mengabaikan ibunya. Masih cukup banyak yang harus disiapkannya. Hannah mendengus jengkel karena putrinya malah mengabaiknya seperti itu.

"Ahra, Eomma bicara padamu! Apa yang kau lakukan dengan barang-barang itu?"

Ahra mendesis. "Memangnya apa lagi? Eomma sudah mengusir Kyuhyun dari rumah, bukan? Aku akan mengirim semua ini pada Kyuhyun." Well, paling tidak untuk saat ini ibunya tidak perlu diberitahu tentang kepergian Kyuhyun.

Kim Hannah hendak bicara ketika seorang pengurus rumah menghampirinya. Pengurus rumah itu menatap Hannah dengan sedikit ragu lalu melirik pada Ahra. "Nona Ahra, Tuan Ahn datang dan menunggu di ruang tengah."

"Benarkah? Tolong suruh dia naik ke atas, bibi. Terima kasih."

Pengurus rumah itu mengangguk dan kembali turun ke lantai satu.

Hannah menatap putrinya dengan lekat. Keningnya mengernyit. "Untuk apa Jisung datang ke sini?"

Ahra mengambil satu tas dan satu koper. Ia berjalan mendekati ibunya dan menatapnya lekat. "Memang apa lagi? Aku meminta bantuannya untuk membawakan ini semua. Kenapa? Dia adalah tunanganku, apa aku tidak boleh melakukannya?"

"Halo, Bibi."

Hannah berbalik dan tersenyum pada Jisung yang menyapanya. "Oh, kau datang, Jisung."

Ahra menatap Jisung dengan lekat. "Jisung-sshi, tolong bawakan koper itu ya," ucap Ahra sembari menunjuk koper lainnya di dalam kamar.

Jisung mengangguk dan memasuki kamar Kyuhyun lalu membawa koper yang cukup besar itu. Sebelumnya dia menatap Ahra serta calon ibu mertuanya yang terlihat begitu tegang. Jisung tidak tahu apa yang terjadi, bahkan ketika Ahra memintanya datang untuk membantunya memindahkan barang-barang Kyuhyun, ia merasa begitu bingung. Tapi Ahra tidak banyak memberikan penjelasan.

"Uhm... Kita akan membawa ini ke mana? Apa Kyuhyun sudah mempunyai apartmentnya sendir?" tanya Jisung dengan canggung.

Ahra yang menatap ibunya dengan lekat kemudian menghela nafas. Dia menoleh pada Jisung dan tersenyum tipis. "Begitulah. Maaf ya aku memintamu datang padahal kau pasti sibuk dengan pekerjaanmu."

Jisung menggeleng. "Tidak apa-apa. Lagipula aku bisa menggunakan alasan ini untuk keluar kantor. Ayahku tidak akan keberatan jika aku pergi menemuimu. Aku akan memasukkannya ke bagasi mobilku. Atau mobilmu?"

"Mobilmu saja tidak apa-apa. Aku akan memasukkan koper ini ke bagasi mobilku," tutur Ahra.

"Baiklah." Kemudian Jisung membawa koper itu keluar dari kamar Kyuhyun lalu menuruni tangga dengan hati-hati karena ukuran kopernya cukup besar.

ScarfaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang