59

83 4 0
                                    

Siwon memeriksa semua dokumen yang dibawa oleh Yunho. Ia tidak menyangka kalau dokumen dari imigrasi bisa diselesaikan dengan cepat. Tapi Siwon masih harus menunggu dokumen visa dari pihak kedutaan yang baru diajukannya akhir minggu kemarin. Selain itu, mereka juga belum mendengar kabar lanjutan dari pemilik rumah yang mereka sewa di Praha.

Awalnya, Siwon ingin memilih desa di sekitar Praha, tapi Kyuhyun mengatakan kalau mereka adalah pendatang. Rasanya akan sulit jika mereka memerlukan sesuatu, terlebih di kota yang begitu asing. Jadi, Siwon mengalah dan memilih daerah pusat kota yang transportasinya lebih mudah dijangkau.

Mereka menemukan sebuah rumah yang tidak terlalu besar dengan suasananya yang terlihat nyaman. Well, mereka hanya melihatnya dari website. Selain itu, rumah itu juga cukup dekat dengan rumah sakit di mana Kyuhyun akan memulai terapinya. Hal itu yang juga menjadi pertimbangan Siwon. Kyuhyun mungkin mengatakan bahwa dia baik-baik saja, tapi Siwon terkadang terbangun di malam hari dan mendapati Kyuhyun seperti mengalami mimpi buruk. Siwon tidak mengatakannya pada Kyuhyun, karena ia yakin Kyuhyun akan mengatakan itu hanya mimpi buruk semata.

Namun, dokter Seo mengatakan agar Kyuhyun lebih peka terhadap masalah mentalnya sendiri. Trauma yang dialami Kyuhyun bukanlah sebuah penyakit yang bisa disembuhkan dengan obat. Butuh perhatian yang khusus. Oleh karena itu, walaupun Kyuhyun belum mengalami masalah apa pun, tapi mereka harus bersiap untuk kemungkinan terburuk. Terapi adalah salah satunya.

Jadi, selagi mereka mencari lokasi rumah, Siwon juga mencari informasi mengenai rumah sakit yang mempunyai department psikiatri.

"Kalian belum menentukan tanggal kapan kalian pergi?" tanya Yunho yang datang dari arah dapur sembari membawa segelas minuman.

Siwon melirik Yunho yang sedang duduk. Ia menggeleng. "Visa dan surat dari department tenaga kerja belum keluar. Lagipula Kyuhyun sepertinya masih belum siap untuk pergi."

"Karena kakaknya?"

Siwon mengangguk. "Mungkin ia ingin memastikan terlebih dahulu rencana pernikahan itu tetap berjalan," tuturnya sembari merapikan semua surat-surat itu dan memasukkannya ke dalam sebuah map besar.

Yunho menaruh gelas di atas coffee table. "Ahn Jisung belum memutuskan mengenai kelanjutan pernikahan itu?"

"Entahlah. Tapi sepertinya belum. Kyuhyun belum mengatakan apa pun."

"Ah... Omong-omong soal Kyuhyun, dia pergi ke mana?"

Siwon menyandarkan punggungnya di sofa dan menatap Yunho lekat. "Entah, dia hanya bilang kalau ingin bertemu dengan Hyukjae."

Alis Yunho terangkat. "Dan kau memberikan mobilmu padanya? Kupikir, kondisi Kyuhyun belum cukup baik untuk dia bisa menyetir sendiri."

"Mau bagaimana lagi. Walaupun aku bisa mengantarnya ke mana pun, tapi aku tidak ingin seolah mengekangnya. Dan dibandingkan dia naik taksi, lebih baik dia memakai mobilku. Asalkan dia selalu memberi kabar padaku, itu sudah cukup."

Yunho tersenyum tipis. Ini adalah sosok Siwon yang begitu berbeda dari Siwon yang dikenalnya selama ini. Namun, ini adalah perubahan yang baik. Hanya saja, Yunho selalu berpikir Siwon akan berubah jika menemukan wanita yang tepat. Tapi ternyata Siwon butuhkan adalah pria yang tepat.

"Well, jika itu menurutmu baik."

*****

Kyuhyun melirik ponselnya. Seharusnya ia mengirim pesan pada Siwon, tapi diurungkannya. Sedikit berlebihan jika Kyuhyun harus mengirim pesan setiap satu jam sekali dan lagipula dia baru saja mengirim pesan tujuh puluh lima menit yang lalu.

Er... bagaimana bisa aku menghitung setiap menitnya?

Kyuhyun menghela nafas. Untuk kesekian kali. Matanya masih tertuju pada ponselnya di atas meja. Bahkan Hyukjae yang duduk dihadapannya memperhatikannya dengan seksama. Hyukjae bisa melihat kalau Kyuhyun terlihat gusar.

ScarfaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang