9

73 7 3
                                    

Joonmyeon menarik nafas panjang saat ia memandangi punggung Kevin yang berjalan didepannya. Pemuda lebih muda beberapa bulan darinya itu sibuk dengan headset yang tersumpal pada kedua telinganya. Sejak ciuman kedua mereka –atau itulah yang terjadi menurut Joonmyeon– Kevin seakan menutup dirinya lagi. Mereka hanya bicara seperlunya ketika dihadapan orangtua mereka dan Kevin lebih banyak memilih melukis dikamarnya.

Hari ini adalah hari Rabu dan mereka harus kembali ke sekolah untuk persiapan semester baru bulan Maret nanti. Belum ada perubahan apapun mengenai sikap Kevin sejak Senin kemarin. Selain itu, di sekolah pun mereka jarang sekali bertemu. Mereka mungkin pergi dan pulang sekolah bersama, tapi Joonmyeon hampir tidak pernah bertemu dengan Kevin di area mana pun di sekolah. Hal itu membuat Joonmyeon merasa sedikit tidak nyaman.

Joonmyeon menghela nafas ketika mereka di halte dan menunggu kedatangan bis berikutnya. Sesekali ia melirik Kevin yang berdiri di sampingnya dan pemuda itu masih bergulat dengan musiknya sendiri. Joonmyeon menarik scarfnya hingga menutupi sebagian wajahnya lagi. Cuaca di Seoul masih belum bersahabat dengannya. Walaupun tidak seburuk hubungan Kyungsoo dengan cuaca dingin, Joonmyeon juga terkadang tidak menyukai musim dingin.

Di sisi lain, Kevin juga membenci sikapnya yang kembali tak memperdulikan Joonmyeon seperti yang dilakukannya sebelumnya. Tapi ia tidak mempunyai pilihan lain. Mereka sudah masuk sekolah dan Kevin tidak ingin memberi kesulitan bagi Joonmyeon nantinya. Well, memang belum semua orang di sekolah mengetahui pernikahaan ibunya dengan ayah Joonmyeon, tapi Kevin tidak ingin mengambil resiko. Jadi, untuk sementara –sampai mereka lulus mungkin– Kevin akan menjauhi Joonmyeon selama di sekolah.

Tak lama bis berhenti tepat dihadapan mereka. Kevin memasuki bis terlebih dahulu dan mengambil kursi di bagian belakang. Ia tahu kalau Joonmyeon akan memilih kursi lainnya yang kosong, berhubung pasti ada siswa lain dari sekolah mereka yang mungkin akan menaiki bis yang sama. Jadi, mereka berdua mengurangi resiko hubungan baru mereka diketahui oleh lebih banyak orang.

Joonmyeon menghela nafas dan mengeluarkan ponsel serta memasang headset. Entahlah, kebiasaan Kevin sepertinya sudah menular pada Joonmyeon. Ia jadi sering sekali mendengarkan musik di saat tidak melakukan apapun. Hanya sekedar membuat perasaannya nyaman. Perlahan bis kembali berjalan menuju sekolah mereka.

*****

Joonmyeon menaruh tasnya dan melepaskan headset dari telinganya. Kemudian ia menyimpan ponselnya pada saku celana setelah melepaskan headset dari ponsel. Suasana sekolah tidak banyak berubah. Hell, tidak ada yang berubah kecuali hubungan persaudaraan antara Joonmyeon dan Kevin. Dan juga mengenai perasaan Kevin pada Joonmyeon.

Joonmyeon kemudian berjalan menuju jendela besar –tempat duduknya berada di baris kedua dekat jendela, meja ke tiga dari belakang. Cuaca Seoul masih mendung dan sepertinya berpeluang turun hujan atau bahkan salju lagi. Joonmyeon memperhatikan kumpulan awan yang berwarna abu-abu yang kemudian mengingatkannya pada lukisan Kevin.

Sebuah lukisan ilusi kumpulan awan putih yang ternyata membentuk seorang malaikat. Joonmyeon penasaran ke mana lukisan itu sekarang. Karena ia tidak melihatnya lagi di rumah. Jika Kevin membawanya ke sekolah untuk dipajang di lobby utama sekolah, seharusnya ia bisa melihatnya sejak hari pertama masuk, bukan?

Joonmyeon menghela nafas lagi. Sudah, itu bukan urusanku, pikirnya.

Joonmyeon hendak kembali ke mejanya sesaat Kyungsoo setengah berlari memasuki kelas. Ia menghampiri Joonmyeon dengan nafas terengah. Joonmyeon mengernyit. "Kenapa kau terengah-engah begitu?"

Tanpa bicara sepatah kata, Kyungsoo lalu menarik tangan Joonmyeon dan membawanya keluar kelas. Beberapa siswa yang sudah datang memperhatikan keduanya dengan penasaran. Well, tidak biasanya seorang Do Kyungsoo bersikap seperti itu di pagi hari ketika cuaca dingin seperti sekarang ini.

ScarfaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang