Hai Guys. Gak nyangka banget cerita ini cepet banget naiknya. Padahal kemarin sore masih dibawah 100 votenya, dan gak disangka hari ini udah lebih dari 300. Buat Sely ini adalah hal yang luar biasa. Untuk itu Sely mau up lebih dari satu episode malem ini sebagai tanda terima kasih. Terima kasih untuk yang udah kasih vote, komen, maupun yang cuma baca aja. Dan sekalian ini up bonus menyambut hari Raya Idul Adha. Mohon maaf lahir dan batin ya semuanya 🙏.
Kuy lanjut ke cerita."Yang Mulia?"
"Selir Sharma akan ...."
Sharma menoleh ketika mendengar suara lembut itu. Sekarang ia tahu siapa pemilik suara lembut yang memanjakan telinga. Siapa lagi kalau bukan wanita tercantik di Negeri Alrancus - Permaisuri Thanu.
Sharma tersenyum ketika Permaisuri menoleh ke arahnya. Permaisuri terlihat terkejut melihat Sharma yang berdiri sebelah kaki. Permaisuri sangat yakin Kaisar tengah menghukum Sharma.
"Maafkan hamba, Permaisuri. Hamba tidak bisa memberikan hormat karena hamba sedang dalam masa hukuman," ucap Sharma sambil menyengir.
"Walaupun dalam hukuman, kau harus memberikan hormat." Suara tegas Kaisar tiba-tiba terdengar. Sharma lupa bahwa Kaisar sejak tadi mengawasi dirinya.
Dengan menahan kesal, Sharma pun menurunkan kakinya.
Huft, lumayan bisa istirahat sebentar.
"Hormat hamba Permaisuri." Sharma membungkuk cukup lama. Bukan karena ia terlalu sopan, hanya saja ia membiarkan kakinya beristirahat sebentar.
"Kembali pada posisimu!" perintah Kaisar dengan tegas. Kali ini terlihat wujud Kaisar yang melangkah ke ruangan. Lebih tepatnya menghampiri Permaisuri tercintanya. Kaisar mengangguk menerima penghormatan dari Permaisuri Thanu.
"Ada apa?" tanya Kaisar pada Permaisuri Thanu.
Sharma mencebik sedikit. Kaisar sedang fokus pada wanita tercintanya, jadi ia bisa bebas berekspresi.
"Hamba hanya ingin melihat keadaan Yang Mulia. Yang Mulia pergi dari aula begitu saja. Hamba jadi sangat khawatir," jawab Permaisuri Thanu dengan suara yang sangat merdu. Untung Kaisar sudah 10 tahun menikah dengan Permaisuri, jadi tidak langsung pingsan di tempat. Mungkin Kaisar akan pingsan setelah tiba di kamar Permaisuri. Ups🤭.
"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kau seharunya mengkhawatirkan diri sendiri. Kesehatan dirimu sedang tidak stabil," ucap Kaisar sambil membantu Permaisuri Thanu duduk di bangku.
Melihat kepedulian Kaisar pada Permaisuri Thanu membuat Sharma ingin memuntahkan isi perutnya. Kaisar yang dingin dan beraura intimidasi kini terlihat sedikit lunak pada Permaisurinya. Sepertinya rumor itu benar. Kaisar sangat mencintai Permaisuri.
"Kenapa Yang Mulia menghukum Selir Sharma?" tanya Permaisuri Thanu sambil melihat ke arah Sharma yang sedang cemberut.
"Memang pantas dia dapatkan," ucap Kaisar singkat.
Rasanya Sharma ingin melempar Kaisar dengan sepatu. Sayangnya sepatunya ia lepas saat keluar dari aula pesta.
"Kasihan Selir Sharma, Yang Mulia. Wajar saja jika dia sedikit membandel karena Selir Sharma masih baru. Tolong Yang Mulia berkenan memberikan keringanan untuk Selir Sharma."
Memangnya aku ini anak kecil?
Kaisar menatap Sharma setelah mendengar ucapan Permaisuri. Sharma masih setia dengan bibir yang mengerucut. Ada juga butiran keringat yang menghiasi keningnya karena sudah berjam-jam berdiri di sana.
"Hmm, benar juga."
Huh dasar serigala Kutub bucin. Kalau diminta oleh wanita tercintanya, baru menurut.
"Turunkan kakimu. Kau bisa kembali ke kediamanmu. Besok akan ada pelayan yang membantumu pindah ke Istana Selir," ucap Kaisar.
Sharma menghela nafas lega. Akhirnya ia bisa menurunkan kakinya. Tidak lupa ia melakukan peregangan karena seluruh tubuhnya terasa sakit. Permaisuri Thanu dan Kaisar memperhatikan tingkah laku Sharma. Merasa diperhatikan, Sharma pun menyengir kuda. "Terima kasih, Permaisuri. Kalau begitu hamba permisi. Silahkan melakukan adegan romantis kalian."
Sebelum Kaisar memarahi nya, Sharma langsung menggunakan jurus seribu bayangan untuk kabur. Alhasil Kaisar hanya bisa menatap tajam pada punggung Sharma.
"Yang Mulia, Selir Sharma sangat menarik. Ini pertama kalinya hamba melihatnya. Dia cantik walaupun kulitnya tidak seputih wanita kebanyakan. Dia juga bertubuh mungil dan lincah. Akankah Yang Mulia menyukainya?" tanya Permaisuri Thanu dengan suara lembut seperti biasanya.
Kaisar menghela nafas. "Tidak akan pernah. Dia hanya membuatku sakit kepala."
Permaisuri memeluk lengan Kaisar dengan manja. "Kaisar, hamba merindukan Kaisar di Istanaku."
Kaisar menatap Permaisuri Thanu dari atas. Wajah Permaisurinya kian hari kian memucat, ia tidak sampai hati berbicara dengan nada tegas seperti dulu. Sejak Permaisuri Thanu sakit, Kaisar memang menjadi lebih lembut pada Permaisuri. Hanya pada Permaisuri.
"Maaf, aku sedang lelah." Kaisar mengusap wajah Permaisuri Thanu yang cemberut.
"Tapi hamba ingin Yang Mulia. Sudah hampir satu tahun Yang Mulia tidak menyentuh hamba," ucap Permaisuri Thanu langsung pada intinya.
Kaisar beralih mengusap rambut hitam Permaisuri. "Kau masih sakit. Lagi pula ingatlah ucapan tabib itu. Kau tidak boleh mengandung dulu sebelum kau sembuh total."
Permaisuri melepaskan pelukannya, wajahnya terlihat mulai kesal. Namun percayalah, walaupun tengah kesal, wajah itu tetap terlihat lembut. "Tapi sampai kapan, Yang Mulia? Kita membutuhkan pewaris tahta. Apakah jika tidak memiliki keturunan dari hamba Yang Mulia akan menyentuh para Selir Yang Mulia?"
Kaisar tidak ingin marah dan berbicara kasar pada Permaisurinya. Dengan susah payah ia menekan emosinya. "Tidak seperti itu, Permaisuri. Aku akan mencari cara agar kau bisa cepat sembuh."
Permaisuri pun berdiri. "Terima kasih atas waktunya, Yang Mulia. Sekarang adalah malam pertama Yang Mulia dengan Selir Sharma, wajar saja jika Yang Mulia menolak hamba." Permaisuri membungkuk hormat. "Hamba undur diri, Yang Mulia."
Kaisar tidak menahan kepergian Permaisuri Thanu. Ia sedang dalam mode tak ingin membujuk wanita itu. Emosinya pun belum menurun. Dirinya bukanlah seseorang yang memiliki tingkat kesabaran yang tinggi. Namun demi Permaisurinya, ia menekan semua emosi yang datang.
Sharma berjalan sendirian menuju kediaman calon Selir. Ia yakin seluruh pelayan sudah tertidur, termasuk kedua pelayan pribadinya. Di luar pun hanya tersisa beberapa penjaga bertugas jaga malam. Udara dingin yang menyapa kulitnya membuat ia memeluk dirinya sendiri. Tapi ada yang terasa panas, yakni hatinya.
"Yang Mulia tidak adil. Dia begitu kejam padaku, tapi pada Permaisurinya sangat manis."
Sharma tidak sadar bahwa perlakuan Kaisar padanya tidak tergolong kejam. Jika yang membuat onar adalah orang lain, mungkin sudah dari dulu orang itu tinggal nama saja, atau paling ringan mendekam di penjara selama satu tahun. Dan Sharma masih bisa berdiri dengan baik, bahkan masih bisa membuat onar lagi. Bisa dikatakan bahwa Sharma tidak 'jera'.
Sret
"Akh!" Sharma memegang lengan kanannya yang terkena goresan pisau.
Sharma menoleh ke kanan dan ke kiri dengan ketakutan. Entah siapa yang berani melukainya. Bahkan pisau itu datang tiba-tiba. Untung saja tadi Sharma mengayunkan tangan kanan kebelakang, jadi pisau itu tidak sempat menancap di lengan mungilnya."Hei! Kalau berani munculah! Jangan jadi pengecut!"
Sret
Buk
"Akh!" Kali ini Sharma meringis kesakitan karena bokongnya mendarat sempurna ke tanah yanng keras.
"Kakak?" Sharma melihat kakaknya telah berdiri tegak membelakangi dirinya. Untung saja Ader datang tepat waktu, jika tidak, panah yang melesat cepat itu akan mendarat di jantungnya.
"Tetap di belakangku." Ader mengedarkan pandangannya untuk mencari sosok yang bersembunyi di pepohonan.
Siapa yang mau up lagi? Hayo komentar. Kalau mau, sely beneran bakal up satu lagi nih. 진짜, i'm so serious, saya serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaisar & Sang Amora
Romantik(Bukan reinkarnasi ataupun time travel, tapi dijamin seru. Jangan asal ditinggal, baca dulu minimal 10 bab, kalau menurut kalian tidak seru, saya ikhlaskan kepergian kalian wahai readers. Tapi pasti seru kok!) Sharma, seorang Amora atau penyihir put...