Saat Sharma membuka mata, Kaisar, Nenek tua, dan Thanu terkejut. Bola mata Sharma berubah menjadi biru. Tatapannya sangat tajam, tidak seperti Sharma yang biasanya.Masih melayang di atas, Sharma melebarkan tangannya. "Sudah cukup semua yang kau lakukan." Sharma mengibaskan tangannya. Bersamaan dengan itu cahaya biru keluar dari kibasan tangan Sharma dan langsung menyerang nenek tua.
Nenek tua itu jatuh ke belakang, mulutnya mengeluarkan darah hitam. "Uhukh. Dia sudah menjadi Amora yang sesungguhnya. Celaka."
Sharma mendaratkan kaki ke tanah, tepatnya di depan Ajoz. "Dan kau Thanu, hukuman untukmu belum selesai." Sharma membacakan mantra sambil mengarahkan telapak tangan pada wajah Thanu.
Thanu menjerit, ia merasakan panas dan sakit yang luar biasa pada wajahnya. Tangan Thanu ingin menyentuh wajahnya akan tetapi tidak bisa. Rasanya jika wajahnya tersentuh, maka akan semakin sakit. "Ah, hentikan! Hentikan!" Thanu berteriak histeris.
Sharma tak menghiraukan jeritan Thanu. Wanita itu sudah sangat jahat, tidak bisa dibiarkan lebih lama lagi.
Mata Kaisar terasa sulit berkedip menyaksikan kekuatan Sharma. Tubuhnya merinding merasakan aura yang luar biasa. Dan Kaisar bertambah terkejut saat melihat wajah mantan Permaisurinya.
Thanu terduduk di tanah sambil menangis tersedu-sedu. Sedangkan Sharma sudah menghentikan serangannya. Bukan menyerang, lebih tepatnya membuka wajah asli Permaisuri. "Mau bagaimanapun kuatnya sebuah sihir gelap, pasti akan luntur juga," ucap Sharma tegas.
Permaisuri menutupi wajahnya. Ia yakin kini wajah cantiknya telah berubah menjadi wajah yang buruk rupa. Wajahnya telah kembali seperti dulu, wajah aslinya yang jelek. "Mengapa kau lakukan ini, Amora?"
Sharma maju selangkah. "Karena kau jahat. Dulu aku tidak tahu karena kekuatanku belum sempurna. Namun berkat paman Ajoz dan Kaisar, kekuatanku kembali seutuhnya sehingga aku tahu kedok asli kalian semua."
Nenek tua itu bangkit sambil mengumpulkan seluruh tenaganya. Ia siap menyerang Sharma secara diam-diam. "Seharusnya sejak dulu kau mati!"
Sharma yang kekuatannya telah pulih dengan cepat menahan serangan nenek tua itu. Sharma melindungi tubuhnya hanya dengan satu tangan. Mata birunya kembali seperti menyala-nyala. "Kau yang seharusnya mati. Bodohnya dulu aku mengira kau adalah satu-satunya Selir yang baik."
Kaisar mengerutkan kening. Begitu juga dengan Ajoz. Walaupun Ajoz memiliki kekuatan, akan tetapi kekuatan tidak sanggup menembus penyamaran nenek tua itu. "Selir?" tanya Kaisar bingung.
Nenek tua itu sudah mati-matian mengerahkan seluruh tenaganya, akan tetapi lawannya masih terlihat tenang. Ia baru tahu bahwa kekuatan Amora sungguh luar biasa. "Kau, sialan!" Ia marah karena Sharma membongkar penyamarannya. Jika begini, ia tidak akan bisa menyusup ke istana lagi.
"Kau yang sialan. Menyusup sebagai Selir dengan bantuan Thanu. Dan yang dulu kau katakan benar, di istana memang tidak ada yang bisa dipercaya. Dan salah satunya kau, Selir Lira."
Seketika Kaisar membelalakkan matanya. Malam ini ia benar-benar mendapatkan banyak kejutan. Jika masih banyak lagi, sepertinya ia akan terkena serangan jantung.
Tidak ingin membuang waktu lebih lama, Sharma memilih mengakhirinya. Sharma membalikkan serangan nenek tua itu sehingga menjadi senjata makan tuan. Nenek tua yang ternyata Selir Lira itu jatuh ke tanah. Ia muntah darah kali ini. Tidak hanya sampai di situ, Sharma mengangkat tangan ke arah langit kemudian membaca mantra. Tangan Sharma menggenggam sesuatu yang tak terlihat. Setelah muncul sebuah panah putih tanpa anak panah.
Lira beringsut mundur. Matanya membeliak. "Panah putih suci? Tidak mungkin."
Sharma mulai membidik. "Dulu anak buahmu itu masih bisa menghindar karena kekuatanku belum sempurna. Akan tetapi sekarang, terima saja kematianmu."
Wush. Cahaya putih melesat cepat dan langsung mengenai dada nenek tua itu tanpa bisa dihindari. Thanu memejamkan mata saat darah merembes dari jantung nenek tua itu. Mata nenek tua itu melotot kosong saat nyawanya melayang keluar.
Setelah menyaksikan kematian tubuh nenek tua itu ambruk, Sharma beralih pada Thanu. Melihat Sharma menatapnya, Thanu langsung sujud. "Ampun Amora. Ampun Sharma. Maafkan aku. Ampunilah nyawaku. Tolong jangan bunuh aku." Tangan Thanu bahkan sampai gemetar karena ketakutan.
"Bukankah ini yang kau mau?" tanya Sharma. "Jika tidak menginginkan kematian, mengapa kau berbuat jahat selama bertahun-tahun? Tak hanya berencana membunuhku, kau juga berencana menghancurkan negeri Alrancus, kan?"
"Ya, dia lah yang membantu nenek sihir itu memasukkan racun iblis pada ibu ratu," tambah Ajoz. Dia pernah mendengar percakapan antara Thanu dan nenek tua itu.
Kaisar mengepalkan tangan. Kali ini Thanu benar-benar tidak bisa dimaafkan. Wanita yang pernah menjadi istrinya itu telah membunuh ibunya dengan kejam. Kesalahan Thanu tidak bisa dimaafkan lagi.
Saat Sharma akan melesatkan anak panah, Kaisar menahan tangan Sharma. Sharma menoleh kebelakang. Kaisar menggeleng. "Kematian terlalu mudah untuknya," ucap Kaisar.
Sharma menatap Kaisar lama kemudian mengangguk. Sharma menurunkan busur panahnya kemudian busur panah itu menghilang. "Benar. Kematian tidaklah sepadan dengan apa yang dia lakukan." Sharma pun mengikat Thanu dengan tali gaibnya.
"Lalu akan kita apakan?" tanya Sharma.
Kaisar memasukkan pedang yang sempat ia gunakan tadi ke dalam sarung pedang. "Bawa ke penjara bawah tanah. Aku akan menyiapkan penjara yang sangat 'istimewa' untuknya."
Ajoz langsung mendekati Thanu. "Biar paman yang bawa dia." Ajoz memaksa Thanu untuk berdiri kemudian membawanya terbang dan pergi.
Kini hanya tinggal Kaisar dan Sharma. Kaisar menghela nafas. Kaisar memegang kedua bahu Sharma kemudian membuatnya berhadapan dengan dirinya. "Sharma, aku tidak menyangka inilah sosok aslimu."
Mata biru Sharma langsung berubah menjadi hitam kembali. Wajah Sharma yang tegas tadi juga berubah menjadi imut dan menggemaskan dengan bibir yang mengerucut. "Jangan lupakan bahwa hamba masih marah pada Yang Mulia."
Kaisar tersenyum kemudian menarik Sharma ke dalam pelukannya. "Baiklah maafkan aku." Kaisar senang karena Sharma sudah kembali seperti Sharmanya yang menggemaskan. "Sharmaku telah kembali. Maafkan aku. Aku sangat khawatir. Aku pikir aku akan kehilangan dirimu."
Sharma membalas pelukan Kaisar. "Sejak kapan hamba menjadi Sharmanya Yang Mulia?"
Kaisar tersenyum lagi saat Sharma tak melihatnya. "Sejak dulu, tapi baru kali ini aku mengucapkannya. Apakah kau tidak suka?"
Sharma mengangguk sambil memejamkan mata. "Hamba menyukainya."
"Baiklah Amora, mari kita pulang. Setelah sampai di istana kau harus istirahat. Setelah istirahat, barulah kita bahas lagi masalah ini."
Sharma mengangguk. Sebelum pergi, Sharma merubah diri menjadi seperti biasanya. Jubah putihnya berubah menjadi gaun seperti yang sebelumnya. Setelah itu barulah mereka pulang ke istana.
Gimana-gimana? Nenek tua itu ternyata Selir Lira Guys. Eh, salah. Selir Lira ternyata nenek tua itu Guys. Wajah cantiknya cuma kedok, aslinya nenek tua keriput buruk rupa. Dan ya, untuk Thanu, ratapilah nasib akhir hayatmu. Udah penyakitan, wajahnya berubah jelek lagi seperti aslinya, dipenjara di bawah tanah lagi. Emh, lengkap sudah lah deritamu itu. Oh ya. Masih ada satu episode lagi ya Guys.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaisar & Sang Amora
Romantizm(Bukan reinkarnasi ataupun time travel, tapi dijamin seru. Jangan asal ditinggal, baca dulu minimal 10 bab, kalau menurut kalian tidak seru, saya ikhlaskan kepergian kalian wahai readers. Tapi pasti seru kok!) Sharma, seorang Amora atau penyihir put...