Pertarungan Kaisar VS Azoch

20.2K 2.2K 60
                                    

Azoch tertawa terbahak-bahak. "Kau pikir bisa dengan begitu mudah?"

Beberapa detik kemudian hujan turun dengan deras. Suara gemuruh air membuat pendengaran tidak jelas. Baik Kaisar maupun Azoch tidak ada yang bergeser dari tempatnya. Mereka tidak peduli dengan derasnya air hujan.

Tak ingin banyak bicara lagi, Kaisar memejamkan mata, memusatkan kekuatannya pada pedang yang ada di tangannya. Seketika permata putih yang ada di pedang Kaisar mengeluarkan cahaya. Cahaya itu merambat pada mata pedang hingga kini pedang Kaisar bercahaya.

"Hyak!" Kaisar menolakkan kakinya ke tanah dan langsung meloncat tinggi ke atas.

Tak tinggal diam, Azoch memusatkan kekuatannya pada tangannya kemudian ikut meloncat ke atas. Pertarungan sengitpun terjadi di udara. Pedang Kaisar dengan cepat menyerang Azoch sedangkan Azoch dengan lincah menghindar, menepis, dan terkadang membalas serangan Kaisar.

Saat mereka sedang saling serang dan menahan serangan masing-masing, Azoch mengambil kesempatan mengeluarkan jurus pamungkasnya. Azoch membuat pola gerakan telapak tangan di depan dada. Muncullah kepulan seperti asap hitam di telapak tangan Azoch.

"Rasakan ini!" Azoch menyerang dada Kaisar dengan kekuatannya.

Bugh! Kaisar terpental jauh kemudian jatuh ke tanah dengan mulut berdarah. Kaisar memegang jantungnya yang terasa sakit sambil menatap tajam pada Azoch. "Sialan!" umpat Kaisar sambil bangkit dengan susah payah.

Azoch tertawa walaupun ia mendapatkan beberapa luka di lengannya karena pedang Kaisar. "Itu belum seberapa, Kaisar Ariga. Aku masih memiliki pedang bayangan."

Sejurus kemudian Azoch sudah menggenggam pedang yang tak terlalu jelas dilihat. Pedang itu menguarkan aura yang sangat kuat dan berwarna merah. Pedangnya sangat mirip dengan milik Kaisar akan tetapi memiliki aura yang berbeda. Kaisar menatap was-was. Ia tahu pedang itu sangat berbahaya untuk dirinya. Kekuatannya yang belum pulih sepenuhnya tidak akan mampu menahan serangan Azoch. Akan tetapi tidak mungkin pula ia mundur. Ia bukan seorang yang pengecut. Kuat tidak kuat, ia akan berjuang walaupun kematian yang akan datang.

Azoch menyeringai. "Sambutlah kematianmu."

Kaisar Ariga telah mempersiapkan diri untuk membuat pertahanan. Saat pedang Azoch diarahkan padanya dan asap itu melesat cepat, Kaisar mengeluarkan seluruh kekuatan yang ia miliki. Akan tetapi ....

Wush.

Crash. Ada sebuah cahaya putih lain yang memutus serangan Azoch kemudian sepersekian detik kemudian memberikan serangan balasan. Azoch sampai terdorong kebelakang.

Azoch menengadah dan terbelalak melihat seorang wanita dengan jubah putih berlari di udara kemudian mendarat di depan Kaisar Ariga. Dia adalah Amora. "Amora?"

Sharma berdiri tegak menatap lurus pada Azoch. "Ya. Aku Amora." Sharma menjawab sambil tangannya mengarah pada elang hitam yang setia bertengger di bahu Azoch. Tiba-tiba saja burung elang hitam tersebut terbang mendekati Sharma. "Ternyata di sini kau menyembunyikan indra ke-enam Kaisar," ucap Sharma sambil menatap Amerta yang kini menunduk.

Azoch memegang dadanya yang tadi diserang oleh Sharma. Ia memperhatikan Sharma dan Amerta.

Sharma memegang kepala Amerta kemudian keluar cahaya putih dari tangan Sharma. Sharma memejamkan mata sambil membacakan sebuah mantra. "Serahkan indra ke-enam Kaisar dan separuh kekuatannya."

Seketika itu dari kepala Amerta keluar cahaya putih, cahaya itu langsung melesat masuk ke dalam tubuh Kaisar. Setelah cahaya itu masuk, Kaisar memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit.

"Tahan sebentar Yang Mulia. Dan biarkan hamba melawan manusia licik ini."

Tak membuang waktu lagi, Sharma segera menyerang Azoch. Ternyata kekuatan Azoch tidak bisa dianggap enteng. Walaupun Sharma sudah menyerang dengan gerakan cepat, Azoch bisa menghindar dan membalas dengan cepat pula. Namun walaupun bisa menghindar dan menahan kekuatan Sharma, Azoch tetap kewalahan. Dan akhirnya memilih melarikan diri tanpa membawa Amerta yang kini sudah tak memiliki apa-apa lagi.

Setelah Azoch melarikan diri, Sharma tak mengejarnya, ia lebih memilih menghampiri Kaisar yang terduduk di tanah basah sambil memegangi kepala. Sambil berjalan menghampiri Kaisar, jubah Sharma berubah menjadi gaun biasa lagi.

Sharma memegang bahu Kaisar. "Yang Mulia, apakah Anda baik-baik saja?" tanya Sharma khawatir.

Kaisar malah tersenyum walaupun sesekali meringis. "Harusnya aku yang melindungi mu, bukan kau yang melindungi ku."

Sharma berdecak. "Jangan berpikir seperti itu. Kita harus saling melindungi dan melengkapi. Lagi pula kekuatan Yang Mulia belum pulih sehingga belum bisa melawan Azoch yang kekuatannya sudah mencapai tingkat tinggi."

Kaisar menatap Sharma. "Kau benar. Kita harus saling melengkapi."

Sharma tersenyum kemudian membantu Kaisar berdiri. "Mari kita pulang."

* * * *

Kaisar dan Sharma terpaksa masuk ke istana menggunakan ilmu mantra menghilang Amora. Tidak mungkin mereka masuk ke dalam istana Kaisar dengan pakaian basah kuyup ditambah lagi dengan Kaisar yang terluka cukup parah. Bisa jadi heboh dan masalahnya semakin runyam. Untuk saat ini biarlah pengkhianatan Azoch menjadi rahasia. Mereka akan menyelesaikannya secara diam-diam agar tidak menimbulkan keresahan pada masyarakat.

Kini Sharma menuntut Kaisar untuk duduk di tepi ranjang kemudian mendudukkannya. "Yang Mulia diam di sini. Hamba akan mengobati luka dalam Yang Mulia." Sharma pun memegang dada Kaisar kemudian membacakan sebuah mantra.

Kaisar meringis sambil memejamkan mata. Rasanya sangat sakit sekaligus terasa hangat. Beberapa saat rasa sakit itu mulai hilang. Kaisar membuka mata.

"Apakah masih sakit?" tanya Sharma hendak menarik tangannya.

Tangan kanan Kaisar lebih dulu menahan tangan Sharma agar tetap berada di dadanya. Mata Kaisar menatap dalam pada mata Sharma. "Masih."

Sharma berdekham. "Ekhm, di mana?"

Kaisar tersenyum. "Di suatu tempat yang tidak boleh dilihat oleh orang lain kecuali dirimu."

Sharma langsung memukul lengan Kaisar dengan tangan yang bebas. "Kalau di sana obati sendiri." Sharma tak kuasa menahan senyumnya. Bisa-bisanya Kaisar berucap seperti itu. Dan ia tahu Kaisar berbohong. Mana mungkin Azoch menyerang ke bagian itu. Jikapun ia, Kaisar pasti sudah tepar.

Kaisar menggeleng. "Tidak bisa." Kemudian Kaisar menarik Sharma hingga terbaring di atas ranjang dan Kaisar mengungkungnya. "Apakah kau bersedia?"

Sharma mengangguk lalu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.

Kaisar tersenyum lagi. Kaisar selalu tersenyum di saat Sharma tak melihatnya. Kaisar menyingkirkan tangan Sharma. "Buka matamu."

Sharma pun menurut dan membuka mata. Yang ia lihat kemudian adalah senyuman termanis Kaisar. Oh, itu sangat manis hingga rasanya overdosis. Pipi Sharma langsung merona. Baru kali ini ia melihat senyum manis Kaisar. Saat Kaisar tersenyum, kadar ketampanannya naik 1000 persen. Sungguh tampan dan mempesona serta manis.

Kaisar mendekatkan wajahnya dan ... Cup. Pertama Kaisar mengecup seluruh wajah Sharma dan berakhir di ....

Di mana ya? Di author kali ya🤭. Janganlah, saya masih suci Yang Mulia Kaisar Ariga.  Hehehehe, Kaisar sama Sharma lagi mengolah produk kualitas terbaik nih. Kita do'akan aja ya semoga cepet jadi.

Kaisar & Sang AmoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang