Sharma hanya ingin menenangkan dirinya. Sebenarnya sudah seminggu ini ia menahan rasa kesal pada Kaisar. Kekesalannya berpuncak saat Kaisar meletakkan mahkota permaisuri di atas kepala Selir Ghauni. Oh ya, jangan lupakan bahwa sekarang panggilan Ghauni adalah Permaisuri Ghauni.
Sharma berjalan menyusuri pinggiran benteng istana. Di sana tidak ada siapa-siapa. Sepertinya tempat ini tidak dijaga karena sudah ada kawat duri yang dikelilingkan di atas bentek. Siapa yang akan menyusup jika resikonya besar?
Sharma akhirnya berjongkok saat dirinya merasa lelah. Kakinya juga terasa perih karena saat berlari tadi kakinya tidak dilindungi alas kaki.Srak.
Sharma menoleh ke atas. Tiba-tiba bulu kuduknya merinding. Jangan-jangan hantu muka rata yang telah lama tidak ia lihat telah kembali lagi.
Sharma terkejut saat sebuah tangan dingin menarik kakinya kemudian menyeretnya masuk ke dalam semak-semak. "Aaakh!"
* * * *
Kaisar sedang makan bersama Permaisuri Ghauni di meja makan. Di aula pesta masih banyak tamu dan kini waktunya jamuan makan malam. Sejak tadi Permaisuri Ghauni mencoba mendapatkan perhatian Kaisar dengan pura-pura tersedak, pura-pura tak bisa menjangkau makanan yang jauh dan lain-lain. Akan tetapi Kaisar tampak tidak menghiraukan dirinya. Kaisar tetap fokus pada makanannya sendiri.
Sedang hikmat makan malam, tiba-tiba Wenari dan Nora berlari masuk ke dalam aula. Semua orang terkejut termasuk Kaisar. Kaisar menatap Wenari dan Nora sambil memberi isyarat agar mereka tidak membuat keributan. Kaisar pikir Sharma telah membuat ulah di luar aula.
"Ampun Yang Mulia." Wenari dan Nora membungkuk setelah tiba di dekat meja makan Kaisar.
"Ada apa? Jika Selir Sharma membuat keributan lagi. Tolong kalian selesaikan dulu. Aku sedang tidak bisa meninggalkan tamu," jawab Kaisar tegas.
"Ampun Yang Mulia. Selir Sharma ...." Mereka masih ngos-ngosan karena sehabis berlari. Belum lagi kepanikan dan kekhawatiran mereka yang membuat mereka tidak bisa tenang.
"Bicara yang jelas," ucap Permaisuri Ghauni dengan tegas. Ia tidak suka ada orang yang membahas Sharma di saat dia sedang bersama Kaisar.
"Selir Sharma menghilang, Yang Mulia."
Seketika Kaisar bangkit dari duduknya. Semua orang juga ikut bangkit. "Kalian jangan bercanda," geram Kaisar. Jantung Kaisar sudah berpacu diluar kendali.
Wenari dan Nora menggeleng. "Kami tidak bercanda Yang Mulia. Tadi Selir Sharma berlari meninggalkan kami dalam keadaan marah dan menangis. Kemudian kami mengejarnya. Sudah satu jam kami keliling istana, akan tetapi tidak berhasil menemukan Selir Sharma."
Kaisar menggebrak meja. "Mengapa tidak sedari tadi melaporkan ini padaku!" Kaisar marah besar.
Wenari dan Nora membungkuk dengan takut. "Kami pikir Anda sedang sibuk menemani tamu. Kami tidak berani mengganggu Yang Mulia. Dan kami pikir Selir Sharma hanya berlarian seperti biasanya," ucap Wenari.
Permaisuri Ghauni menahan tahan Kaisar yang hendak bergerak pergi. "Yang Mulia. Sekarang adalah acara yang sangat penting, jangan tinggalkan aula. Mungkin Selir Sharma hanya bermain petak umpet atau sengaja membuat keributan untuk mencari perhatian. Yang Mulia tahu sendiri bagaimana-"
Kaisar menarik tangannya dengan kasar sehingga tangan Permaisuri Ghauni terlepas. "Dia lebih penting dari apapun." Kemudian Kaisar berjalan pergi sambil mengambil pedangnya. Ia memanggil Erlanh yang sedang berdiri tak jauh dari mejanya. "Cepat kerahkan pasukan untuk mencari Sharma."
Erlanh membungkuk. "Baik, Yang Mulia."
Kaisar melangkah lebar sambil membubarkan acara pesta pengangkatan Permaisuri. "Acara selesai."
* * * *
Sharma membuka mata. Yang pertama ia lihat adalah tempat yang gelap. Kemudian ia merasakan dingin menusuk kulitnya. Saat mengedarkan pandangan, ia menyadari bahwa dirinya sedang berada di tengah hutan. Dan apa-apaan ini? Kaki serta tangannya diikat, sedangkan tubuhnya diikat pada pohon besar. Siapa yang melakukan ini?
"Hei! Hantu muka rata! Lepaskan aku! Siapapun yang menculik ku cepat lepaskan!"
Cring cring cring. Terdengar suara langkah kaki bersamaan dengan suara gelang kaki. Beberapa detik kemudian,dari balik pohon muncul seorang wanita yang sangat Sharma kenali.
"Amora, akhirnya kau sadar." Thanu muncul dengan pakaian yang terakhir dikenakan.
Sharma membelalakan matanya. Bukan karena kemunculan Thanu, melainkan sosok wanita tua berambut hitam pekat, berpakaian hitam, dan wajah yang menyeramkan yang muncul dari balik tubuh Thanu. Jujur saja, wajah wanita tua itu lebih menyeramkan dibandingkan hantu muka rata. "Siapa kau?" Sharma ingin mundur akan tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.
"Aku?" Suara serak wanita tua itu terdengar sangat menyeramkan. "Kau bertanya padaku?" tanya nenek tua itu. Setelah bertanya dengan nada serius, nenek tua itu tertawa keras. Tawanya lebih menyeramkan dari pada mbak-mbak bergamis putih. "Aku adalah malaikat pencabut nyawamu."
Thanu tersenyum. "Bagaimana Sharma? Terkejut bukan?"
Sharma menggeleng. "Aku tidak terkejut." Sharma memang tidak terkejut, tapi ia sangat ketakutan.
Tangan keriput dengan kuku hitam panjang itu menepuk bahu Thanu. "Sudahlah Thanu. Tidak perlu membuang waktu. Kita harus segera mengambil jantungnya setelah itu melakukan ritual. Setelah ritual berhasil, aku akan memiliki kekuatan tanpa batas setelah itu bisa menyembuhkan penyakitmu. Jika kau sudah sembuh, kita akan menghancurkan negeri Alrancus bersama-sama."
Sharma menggeleng. Ia mulai menangis. Jadi inilah orang yang ingin menghancurkan negeri Alrancus. Orang yang selama ini Kaisar lindungi dan kasihi ternyata musuh yang Kaisar cari. Apa yang harus ia lakukan? Ia tidak memiliki kekuatan karena kekuatannya telah tersegel.
Sring
Sharma terkejut karena sebuah belati hitam muncul tiba-tiba dari telapak tangan nenek tua itu.
"Bersiaplah menerima kematianmu, Sharma." Thanu tersenyum puas kemudian tertawa.
Nenek tua itu mendekati Sharma. Setelah berada tepat di depan Sharma, nenek tua itu berjongkok. Nenek tua itu menyeringai seram. "Sudah lama aku menunggu ini. Akhirnya saat seperti ini datang juga. Kemana Kaisarmu itu? Hahahahahah, pasti dia sedang asik bersama Permaisuri barunya. Jadi jangan harap dia bisa melindungimu."
Bersamaan dengan ucapan terakhir nenek itu, nenek tua itu mengucapkan mantra sambil mengarahkan ujung belati pada jantung Sharma.
Seketika Sharma langsung menjerit kesakitan. "Aaaaakh!"
Dari ujung belati itu muncul asap hitam yang mulai masuk ke dalam dada Sharma. Beberapa detik kemudian muncul cahaya putih yang berasal dari jantung Sharma. Cahaya itu begitu menyilaukan mata sehingga Thanu harus melindungi mata dengan telapak tangan. Sedangkan nenek tua itu berusaha sekuat tenaga menembus cahaya putih itu.
Di tempat lain.
"Akh!" Kaisar jatuh terduduk sambil memegangi jantungnya.
"Yang Mulia!" Erlanh langsung turun dari kudanya dan menghampiri Kaisar. Pasukan yang mereka bawa juga ikut terhenti. "Ada apa Yang Mulia?" tanya Erlanh panik karena Kaisar memegangi jantung dan kepalanya.
"A-aku ... Akh!"
(Baca sampai akhir. Nanti nyesel) Tamat .... Akhirnya sad ending Guys.😭 Sharma mati, Kaisar mati karena jantung mereka terhubung. Nenek tua itu semakin kuat karena melakukan ritual dengan jantung Sharma. Setelah kekuatannya semakin kuat, Nenek tua itu berhasil membunuh Ajoz, Ader, Erlanh, dan Azoch. Setelah itu nenek tua itu membunuh Thanu dan kelima Selir lainnya. Dia juga membunuh Ramon dan seluruh penduduk negeri Alrancus. Setelah semuanya mati, hanya ada nenek tua itu di negeri Alrancus. Karena semakin lama usianya semakin tua, akhirnya nenek tua itu juga mati. Tamat.
Tapi bohong🤣🤣🤣🤣. Ya kali Sely buat ending begitu. Yok ah lanjut. Masih ada satu episode selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaisar & Sang Amora
Romance(Bukan reinkarnasi ataupun time travel, tapi dijamin seru. Jangan asal ditinggal, baca dulu minimal 10 bab, kalau menurut kalian tidak seru, saya ikhlaskan kepergian kalian wahai readers. Tapi pasti seru kok!) Sharma, seorang Amora atau penyihir put...