Kaisar tidak bisa mengurus Sharma untuk saat ini. Kaisar harus mengurus pengkhianat yang menjabat sebagai Permaisuri Negeri Alrancus. Untuk urusan pelayan pribadi Permaisuri, Kaisar serahkan pada Nora dan Wenari. Kaisar kembali menatap tajam pada Permaisuri.
Ditatap seperti itu hati Permaisuri terluka. Sejak dulu, sejak pertama kali bertemu, Kaisar tidak pernah menatapnya dingin apalagi tajam seperti sekarang. Kaisar selalu lembut padanya. Akan tetapi sekarang apa? Bahkan Kaisar menghunuskan pedang ke arahnya. Apakah Kaisar sudah tidak mencintainya?
"Yang Mulia. Bukankah Anda sudah tahu bahwa Sharma adalah Amora palsu dan hamba adalah yang asli? Mengapa sekarang Anda melakukan ini?" Permaisuri masih bertahan dengan kebohongannya.
Kaisar mengeraskan rahangnya. "Justru karena kau mengatakan itu, aku jadi tahu bahwa kau adalah pengkhianat."
Permaisuri Thanu semakin takut kala pedang Kaisar menekan lehernya. "Maksud Yang Mulia apa?"
"Masih ingat dengan beberapa minggu lalu?" Kaisar mengingatkan Permaisuri pada malam di mana Permaisuri datang ke istana pribadinya. Pada saat itu baru dua hari sejak Kaisar menemui Ramon. Dan pada itu Kaisar sedang sangat bingung. Kaisar berpikir, apakah Sharma adalah Amora asli? Jika menjadikan buku Phoenix putih sebagai pedoman kebenaran, bukankah kisah pertemuannya dengan Permaisuri Thanu lebih mirip dengan yang buku itu ceritakan?
Malam itu Permaisuri Thanu datang langsung ke ruang kerjanya. Tiba-tiba saja Permaisuri Thanu membahas tentang Amora yang diramalkan oleh Ramon, peramal istana. Permaisuri Thanu mengatakan bahwa Permaisuri Thanu baru tahu bahwa dirinya adalah Amora. Permaisuri Thanu menceritakan bahwa ia pernah membaca buku Phoenix. Dilihat dari cara mereka bertemu, Permaisuri Thanu yakin Permaisuri adalah Amora sedangkan Kaisar adalah Phoenix putih itu.
Mendengar cerita itu Kaisar jadi semakin meragukan Sharma. Kemudian Permaisuri mengatakan bahwa sekarang kekuatan Permaisuri sudah tidak disegel lagi. Permaisuri Thanu menunjukkan sebuah Mutiara biru. Permaisuri berkata bahwa berkat mutiara biru itu, kekuatan Permaisuri berhasil terbuka.
Pada saat itu tiba-tiba Kaisar mengingat ucapan Peramal Ramon. 'Kekuatan Amora pernah dibuka untuk mengalahkan racun mematikan. Ajoz yang membukanya. Namun, sepertinya ada seseorang yang mengambil mutiara biru itu, sehingga kekuatan Amora kembali tersegel. Oleh sebab itu kini Anda harus berhati-hati, Selir Sharma benar-benar sangat lemah untuk saat ini.'
Mengingat itu Kaisar ingat, Sharma pernah terkena racun mematikan dari Selir Rachi. Pada saat itu Sharma ditangani oleh Ajoz. Kemudian suatu keajaiban terjadi, hanya dalam beberapa jam, Sharma sudah sehat seperti sedia kala seolah tak pernah sakit sebelumnya. Itu membuktikan bahwa Ajoz benar-benar pengasuh Amora yang menyembunyikan kekuatannya. Kemudian pada saat Sharma bermimpi buruk, ia melihat dengan mata kepalanya sendiri tubuh Sharma mengeluarkan cahaya biru. Bukankah itu suatu perlindungan diri dari tubuh Amora?
Jika mempertimbangkan Permaisuri, sepertinya tidak ada hal aneh. Permaisuri tidak pernah terkena racun, Permaisuri tidak memiliki seseorangpun disampingnya kecuali dirinya, dan Permaisuri jelas tak memiliki ciri-ciri seperti Sharma. Hanya pertemuan mereka saja yang sangat mirip.
Kemudian Kaisar terkejut di dalam hati. Bukankah Ramon mengatakan bahwa ada seseorang yang menyegel kekuatan Amora lagi dengan cara mengambil mutiara biru milik Amora? Dan kini mutiara biru itu ada di dalam genggaman Permaisuri.
Jikapun Permaisuri adalah seorang Amora, bukankah seharusnya mutiara itu menyatu dengan tubuhnya agar kekuatannya bisa terbuka? Ini sangat jelas bahwa mutiara itu bukan milik Permaisuri. Lalu apa maksud Permaisuri mengatakan bahwa dirinya adalah Amora dan Sharma hanya bersandiwara? Jelas, Permaisuri ingin menyingkirkan Sharma. Itu artinya di sini Permaisuri adalah pengkhianat dan memiliki niat buruk. Oleh sebab itu dirinya menjaga jarak dengan Sharma selama satu bulan agar Permaisuri pikir ia telah membenci Sharma.
"Pada saat itu aku pura-pura percaya. Aku ingin membuat kau berpikir bahwa rencanamu sudah berhasil sehingga kau lengah," ucap Kaisar. "Sekarang katakan siapa kau sebenarnya?"
Permaisuri menangis. Ia hanya diperintah oleh nenek tua itu. Sungguh ia tidak ingin ini terjadi. "Hamba Thanu, Yang Mulia. Hamba gadis yang Anda selamatkan-"
"Bohong! Berhenti berbohong. Kau bukan gadis yang aku selamatkan. Pada saat itu kau hanya mengaku-ngaku saja. Mengapa kau membohongiku?" Kaisar teramat kecewa dengan fakta yang satu ini. Soal Permaisuri akan menuduh Sharma melukai Permaisuri ia tidak begitu kecewa. Namun fakta bahwa Permaisuri bukanlah gadis yang ia selamatkan dulu sangat memukul hatinya.
Selama ini ia sangat menyayangi Permaisuri karena Permaisuri adalah gadis pertama yang ia tolong. Ia menyayangi gadis penuh luka yang ia selamatkan dulu. Ia sudah menyayangi gadis kecil itu sejak pertama kali bertemu. Oleh sebab itu saat melihat Permaisuri Thanu memakai ikat pinggangnya sebagai ikat rambut ia sangat senang dan langsung menyukai Permaisuri.
Dan sayangnya ia telah salah. Seandainya gadis kecil yang ia selamatkan wajahnya tidak penuh darah, mungkin dengan mudah ia mengenali dan tak akan salah mengira bahwa Permaisuri adalah gadis itu.
"Mengapa kau mengkhianatiku? Mengapa kau melukai hatiku! Aku telah mencurahkan semua perhatianku padamu, bahkan terakhir aku mengabaikan Sharma yang sakit parah hanya demi dirimu yang tangannya luka ringan. Mengapa kau begitu busuk!"
Permaisuri menggeleng. Ia tidak pernah ingin melukai hati Kaisar. Ia hanya ingin menyingkirkan Sharma, gadis yang akhir-akhir ini membuat Kaisar menjauh darinya.
"Yang Mulia-"
"Siapa yang membantumu? Penyihir hitam itu?" tanya Kaisar dingin.
Seketika Permaisuri terkejut bukan main. Tubuhnya kaku seketika. Bagaimana ini? Apakah identitas nenek tua itu akan terbongkar sekarang? Tidak, ia harus merahasiakannya. Jika bukan karena nenek tua itu, mungkin ia sudah mati sejak lama karena penyakitnya. "Hamba tidak tahu, Yang Mulia," bohong Permaisuri.
Rahang Kaisar mengeras. "Jika kau tidak jujur, maka aku tak akan segan-segan membunuhmu. Kau menyembunyikan penyihir itu, kau melindunginya, itu artinya kau adalah pengkhianat kerajaan. Kau pantas mati."
Tangis Permaisuri semakin menjadi. Ia tidak ingin mati. "Yang Mulia. Tidak ingatkah hamba ini sedang mengandung anak Yang Mulia. Hamba sedang mengandung calon pewaris tahta."
Kaisar langsung berdecih setelah mendengar ucapan Permaisuri Thanu. "Jangan kau pikir aku tidak tahu bahwa itu hanya kebohonganmu?"
Kaisar menekan pedangnya sekali lagi. "Saat Sharma mengatakan bahwa ia berpura-pura hamil, aku mendatangi tabib istana. Aku berniat menginterogasi tabib tersebut atas tindakannya yang berani berbohong demi membantu Sharma. Namun saat itu aku tidak hanya menemukan satu fakta. Tabib istana mengatakan bahwa kau juga berpura-pura mengandung. Sebenarnya kau tidak bisa mengandung lagi karena tabib istana telah melumpuhkan rahimmu. Itu dilakukan sebagai antisipasi kau mengandung lagi. Tabib mengatakan, jika kau hamil, maka kemungkinan kau akan meninggal."
Permaisuri menangis menahan pedih dihatinya. "Benar Yang Mulia. Maafkan hamba."
"Kau pikir cukup dengan kata maaf setelah kau membuat semua kebohongan ini? Tak hanya kebohongan, kau juga bekerjasama dengan penyihir itu untuk melenyapkan Sharma. Sekarang di mana mutiara biru itu?!"
Baru akan berbicara, tiba-tiba angin datang dengan kencang sehingga lilin-lilin yang ada di kamar Permaisuri padam. Kamar Permaisuri sepenuhnya menjadi gelap. Di saat-saat seperti ini, Kaisar mengkhawatirkan Sharma. Jangan sampai Sharma terluka.
Dengan keahliannya, Kaisar masih bisa melihat sekitar walaupun sangat samar. Begitu berhasil melihat Sharma, Kaisar langsung menghampiri dan memangku kepala Sharma serta mendekapnya. Sambil mendekap tubuh Sharma, Kaisar mengedarkan pandangannya. Setelah angin kencang berhenti, saat itulah Kaisar tahu bahwa seseorang telah membawa Permaisuri Thanu pergi.
"Kalian tidak akan pernah aku maafkan."
Masih belum kelar ya Guys. Dikit lagi. Tapi besok lagi up nya😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaisar & Sang Amora
Roman d'amour(Bukan reinkarnasi ataupun time travel, tapi dijamin seru. Jangan asal ditinggal, baca dulu minimal 10 bab, kalau menurut kalian tidak seru, saya ikhlaskan kepergian kalian wahai readers. Tapi pasti seru kok!) Sharma, seorang Amora atau penyihir put...