Benar-benar Murka

20.4K 2.4K 63
                                    

Kaisar membaringkan Sharma di dalam kamar pribadi Kaisar. Kaisar langsung duduk di samping Sharma. "Mengapa kau tidak menghindar? Kau bisa melawan menggunakan kekuatanmu?"

Sharma tersenyum kecil. "Jika hamba melakukan itu, bukankah semua orang akan mengira bahwa hamba adalah seorang penyihir?"

Yang diucapkan oleh Sharma memang masuk akal. Tak mungkin Sharma menggunakan kekuatannya di dalam istana. "Lalu mengapa kau bisa ada di sungai suci?" tanya Kaisar lagi.

"Paman Ajoz datang. Setelah mengetahui hamba dipenjara, paman Ajoz langsung mendatangi hamba di penjara secara diam-diam. Saat itu kondisi hamba sudah sakit seperti ini. Mengetahui Yang Mulia dalam bahaya, hamba langsung ikut dengan paman Ajoz. Saat hamba berubah menjadi amora, semua luka hamba hilang dan tenaga hamba pulih lagi. Akan tetapi ketika hamba telah kembali normal, luka-lukanya kembali dan tenaga hamba hilang."

Kaisar mengerutkan kening. "Jadi sebenarnya paman Ajoz sudah tahu masalah ini? Mengapa paman tidak memberitahu ku?"

"Hamba yang meminta paman Ajoz merahasiakan ini. Hamba tak ingin fokus Anda terbagi dua. Dan setelah menang melawan Haikal, hamba ingin Yang Mulia pulih terlebih dahulu. Oleh sebab itu hamba langsung kembali lagi ke istana dan masuk lagi ke dalam penjara agar tidak ada yang tahu bahwa hamba sempat keluar," jawab Sharma.

Tok tok tok.

"Yang Mulia, tuan Ajoz izin memasuki ruangan," ucap Erlanh.

"Persilahkan masuk," ucap Kaisar.

Kemudian pintu dibuka dan masuklah Ajoz dengan satu mangkuk obat. Sebenarnya Sharma bisa disembuhkan dengan bertapa selama satu hari saja, akan tetapi jika luka Sharma hilang begitu saja, maka orang akan bertanya-tanya. Oleh sebab itu Ajoz memilih mengobati Sharma menggunakan cara yang manusiawi.

"Yang Mulia, hamba akan mengobati Sharma," ucap Ajoz meminta izin.

Kaisar mengangguk kemudian berdiri. "Silahkan, Paman."

* * * *

Di ruang pengadilan, berjejer beberapa orang di depan Kaisar yang berdiri. Semuanya berjejer dengan posisi yang sama, yakni bertekuk lutut dengan tangan yang diikat kebelakang. Semuanya juga menunduk takut. Bahkan salah satu dari mereka sudah ada yang menangis, siapa lagi kalau bukan Permaisuri Ghauni.

Kaisar berdiri dan sesekali berkeliling. Sejak tadi Kaisar berusaha menekan emosinya namun tak bisa.

"Aku tanya sekali lagi! Siapa yang mencambuk Sharma?!" Lebih tepatnya Kaisar bertanya pada empat algojo yang bekerja di gedung penjara istana. Kaisar sengaja menyeret semuanya karena pasti di antara empat algojo itu adalah orang yang telah mencambuk Sharma. Atau mungkin keempat empatnya yang mendapatkan jadwal bergantian.

Semuanya menunduk takut.

"Jawab!"

Bahkan bentakan Kaisar membuat seluruh orang yang ada di ruang pengadilan terkejut sekaligus takut.

"Ha-hamba Yang Mulia." Hanya ada satu algojo yang mengaku dan memang hanya algojo itu yang mencambuk Sharma. Yang lain tak tahu menahu soal hukuman Sharma.

Sring

Sret.

Semua orang memejamkan mata. Dalam hati mereka terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Kaisar mengayunkan pedangnya pada leher algojo itu, dan detik berikutnya darah muncrat ke segela arah bersamaan dengan kepala yang menggelinding. Kaisar telah memenggal kepala algojo itu.

Permaisuri yang tepat berada di samping algojo itu semakin gemetar. Wajahnya terkena banyak darah dari algoji yang mati. Permaisuri Ghauni sangat takut jika nanti nasibnya akan sama seperti algojo tersebut.

Kaisar & Sang AmoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang