Portal Hitam

15.8K 1.9K 70
                                    

Kaisar sebenarnya tidak ingin percaya pada Azoch, akan tetapi informasi yang disampaikan oleh Azoch memang sangat masuk akal jika dicocokkan dengan semua yang telah terjadi. Akhirnya ia memutuskan untuk mencoba mempercayai Azoch.

"Sebelumnya, sebelum Sharma pergi ke istana untuk menjadi Selir, Raja Viath atau yang bisa kita sebut sebagai Haikal telah memberikan beberapa ramuan untuk Sharma. Haikal mengatakan pada Sharma bahwa ramuan itu hanya ramuan untuk menjaga kesehatan, tapi nyatanya itu adalah ramuan yang telah dimantrai. Bisa dibilang itu adalah guna-guna agar Sharma menyukai Haikal. Tapi beruntung mantra itu tidak begitu berpengaruh karena Sharma adalah Amora. Jika itu benar-benar ampuh, maka Yang Mulia tidak akan pernah bertemu dengan Sharma. Sharma akan sangat tergila-gila pada Haikal dan sudah sejak dulu Haikal membawa Sharma pergi." Azoch mulai memberitahu Kaisar.

"Setelah Sharma pergi untuk menjadi Selir, Haikal kalang kabut. Namun dia tetap bermain cantik. Sampai kemudian sosok bayangan bernama Han itu melukai Sharma di hutan di dekat sini. Dari itu Haikal tahu bahwa kekuatan Amora sudah kembali. Haikal pun memberikan buah Sraca pada Sharma. Buah Sraca itu sebenarnya adalah sebuah mantra berwujud buah. Mantra tersebut berguna untuk melemahkan Sharma. Sampai pada suatu hari Lira datang pada Haikal meminta kain hitam untuk mengambil mutiara biru dan juga kekuatan Sharma. Haikal mempertimbangkan dengan matang. Ia pikir jika Lira mengambil kekuatan dan mutiara biru Sharma, maka aura kekuatan Sharma tak akan tercium oleh Yang Mulia. Oleh sebab itu Haikal setuju. Tapi tak tahunya Lira dan Thanu memiliki rencana sendiri."

Kaisar dan Ader masih mendengarkan dengan cermat.

"Setelah makan buah Sraca, hamba pikir lebih baik hindarkan Sharma bertemu dengan Haikal. Karena Sharma sudah memakan buah mantra itu, akan mudah bagi Haikal mempengaruhi Sharma," ucap Azoch.

Kaisar menatap Azoch. "Maksudmu Sharma bisa dikendalikan oleh Haikal jika mereka bertemu. Dan Haikal bisa mengendalikan Sharma lewat mantra yang telah masuk ke dalam tubuh Sharma. Begitu?"

Azoch mengangguk. "Benar, Yang Mulia."

Kaisar menyipitkan mata. "Mengapa kau bisa ada di sini dan memberitahukan padaku tentang ini semua? Kau tahu, orang yang telah berkhianat sulit untuk dipercaya untuk yang kedua kalinya."

Azoch tersenyum. "Sejujurnya hamba selalu ada di pihak Yang Mulia. Akan tetapi hamba hanya berpura-pura agar hamba bisa terus dekat dengan Haikal. Anda tahu istilah dua langkah di depan? Itulah yang hamba lakukan. Akan tetapi sekarang hamba tak akan memaksa Yang Mulia untuk percaya pada hamba. Hamba hanya memberitahu agar Yang Mulia hati-hati."

Ader mengangguk. Walaupun Ader tidak memiliki kekuatan apa-apa, akan tetapi sebagai mata-mata terbaik Kaisar, Ader memiliki insting yang kuat. "Sepertinya Azoch tidak berbohong Yang Mulia."

Azoch tersenyum kemudian membungkuk. "Silahkan lanjutkan perjalanan Anda, Yang Mulia. Hamba tak bisa menemani Anda. Hamba tidak bisa melawan Haikal karena dia tahu kelemahan hamba."

Belum sempat Kaisar berbicara, Azoch sudah pergi dengan sangat cepat. Kaisar menoleh pada Ader. "Apakah aku harus percaya padanya?"

Ader membungkuk di atas kudanya. "Tidak ada salahnya percaya untuk kehati-hatian. Lagi pula bagaimanapun dia adalah kakaknya Yang Mulia. Sebagai seorang kakak tidak akan membiarkan adiknya celaka."

Wush .... Angin bertiup sangat kencang. Dedaunan kering berterbangan dan pohon-pohon bergoyang kesana-kemari. Ader dan Kaisar melindungi wajah dan mata mereka dari serangan daun kering yang tertiup angin. Di saat itu tiba-tiba muncul cahaya merah. Tak lama kemudian muncul lubang hitam dari cahaya merah itu.

"Yang Mulia!" Ader terkejut saat lubang hitam itu menyedot Kaisar ke dalamnya. Itu seperti sebuah portal hitam. Ader tak yakin karena baru kali ini melihat keanehan seperti ini.

Kaisar jatuh dari kudanya dan badannya terseret hampir masuk ke dalam portal hitam itu. Dengan sekuat tenaga Kaisar menahan diri. Karena tangannya tak bisa berpegangan pada apapun, Kaisar mengeluarkan pedangnya kemudian menancapkannya ke tanah. Kaisar bisa bertahan dengan berpegang pada pedangnya.

Ader langsung turun dari kuda dan hendak meraih tangan Kaisar, akan tetapi sayang ia terlambat. Kekuatan sedotan portal itu begitu kuat hingga tangan Kaisar lepas dari pedangnya dan masuk ke dalam.

"Yang Mulia!" Begitu Kaisar masuk ke dalam portal itu, portal hitam itu langsung menghilang, menelan Kaisar ke dalamnya. Cahaya merah menghilang dan angin pun mereda. Ader terkejut dengan apa yang terjadi. Semuanya seakan berlalu dengan cepat. Kini ia bingung harus mencari Kaisar ke mana. Hanya tertinggal pedang Kaisar dan kuda hitam milik Kaisar kabur entah kemana.

* * * *

Sejak Kaisar pergi, Sharma tak mau makan. Sharma selalu mengatakan bahwa sebelum Kaisar pulang, ia tak ingin makan. Wenari dan Nora sudah lelah membujuk. Ini sudah sehari sejak Kaisar pergi, dan selama itu pula Sharma tak mau makan. Bahkan Ajoz sekalipun tak bisa membujuk Sharma.

"Aku bilang aku tak ingin makan jika Kaisar belum pulang!" Sharma bersikeras.

"Tapi Nona, Anda harus makan. Kita tidak tahu kapan Yang Mulia akan pulang. Bukankah Anda sudah mengiyakan pesan Kaisar kemarin? Kaisar berpesan bahwa Anda harus makan dengan baik," ucap Nora.

Wenari mengangguk.

"Tapi aku tidak mau makan!" ucap Sharma dari dalam kamar. Sharma mengurung diri karena tak ingin dipaksa makan. Dia sudah seperti anak yang mogok makan karena tidak dibelikan mainan.

Ajoz menghampiri pintu lalu mengetuk pintu. "Sharma, sebentar lagi Yang Mulia akan pulang. Jika dia tahu kau tidak makan dan akhirnya sakit, Yang Mulia pasti akan marah."

"Biarkan saja. Dia bilang akan segera pulang, tapi sudah sehari berlalu tak pulang juga. Sebenarnya ada urusan apa? Tidak biasanya Yang Mulia pergi begitu lama." Sharma tidak tahu apa yang dilakukan Kaisar. Indranya tak bisa menembus sesuatu yang menyelimuti Istana Alrancus.

Ajoz telah menyelimuti Istana dengan mantranya sehingga Sharma tidak bisa menerawang apa yang dilakukan Kaisar. Jika itu terjadi, pasti Sharma akan pergi untuk membantu Kaisar. Kaisar Ariga telah berpesan padanya untuk menjaga Sharma dan memastikan Sharma tidak keluar dari istana.

"Paman juga tidak tahu, Sharma. Sudahlah lebih baik kau makan dulu. Kasihan anak yang kau kandung," bujuk Ajoz.

Sharma menggeleng. "Tidak mau! Sudahlah Paman, jangan membujukku terus. Aku hanya mau Yang Mulia."

Ajoz menghela nafas. Jika sudah begini Sharma memang keras kepala. Ia pun mundur dan memerintahkan kedua pelayan Sharma untuk istirahat. Kasihan dua pelayan itu sejak semalam berdiri di depan pintu untuk membujuk Sharma.

Setelah kedua pelayan Sharma pergi, Erlanh datang menghadap Ajoz. "Tuan, ada berita buruk." Erlanh terlihat panik.

"Apa?" tanya Ajoz.

"Kuda hitam milik Kaisar kembali tanpa Yang Mulia Kaisar dan tuan Ader. Kuda milik Yang Mulia Kaisar terus mengamuk. Itu artinya Kaisar dalam bahaya," jawab Erlanh.

Ajoz langsung mengangkat kepala. "Apa?"

Huhuhuhuhuhu 😭 jangan sampai terjadi sesuatu pada Kaisar ya Guys. Kasihan dong kalau Sharma jadi janda.

Oh ya, besok Sely gak up dulu ya. Malam senin baru up lagi. Soalnya besok Sely ada kegiatan bantu melatih anak-anak paskibra untuk 17 Agustus nanti. Mohon pengertiannya ya Guys. Dan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga kalian mau menunggu Sely🥺. Thank you

Kaisar & Sang AmoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang