Bangkitnya Amora

23.6K 2.7K 83
                                    

"A-aku ... Akh!" Kaisar merasakan sakit yang luar biasa di jantung dan kepalanya. Mungkinkah jantungnya akan pecah?

Saat Erlanh berdiri untuk mengambil air, seseorang terbang di atas mereka sehingga semuanya terkejut. Sosok itu terbang kemudian menyambar Kaisar. Sebelum pergi, sosok bertopeng itu mengatakan sesuatu. "Kaisar aman bersamaku." Kemudian sosok itu kembali terbang membawa Kaisar.

Tubuh Kaisar di dudukkan di bawah pohon. Pria yang membawa Kaisar membuka topengnya. Kaisar membuka mata dan melihat wajah pria itu.

"Paman Ajoz."

Ajoz mengangguk. "Ya. Hamba terpaksa membawa Yang Mulia berpisah dari pasukan karena ini tidak boleh dilihat oleh banyak orang."

Kaisar meringis sambil memegang jantungnya. "Paman, apa yang terjadi padaku? Jantungku sakit sekali."

Ajoz mengambil alih tempat tangan Kaisar kemudian meletakkan tangannya di dada Kaisar. Ajoz memejamkan mata. Beberapa saat kemudian Ajoz membuka matanya. "Sharma dalam bahaya, Yang Mulia. Seseorang sedang berusaha mengambil jantung Sharma dengan paksa."

Kaisar langsung menegakkan badan. "Apa! Kita harus segera menyelamatkan Sharma."

Ajoz mengangguk. "Maka dari itu hamba jauh-jauh datang dari desa Teh. Tadi hamba merasakan Sharma dalam bahaya."

Di lain tempat.

"Akh!" Nenek tua itu terpental jauh kemudian terbatuk-batuk. Thanu segera menghampiri dan membantu nenek tua itu untuk bangun. "Sialan! Ternyata jantungnya dilindungi!" Nenek tua itu mengumpat kesal. Ia kira akan mudah mengambil jantung Sharma.

"Mengapa dia begitu kuat?" Permaisuri jadi iri dan khawatir juga. Ia iri karena Sharma adalah orang yang sangat istimewa, sedangkan dirinya, hanya seorang yang mengambil jalan pintas untuk mendapatkan kedudukan. Ia juga khawatir, jika Sharma berhasil selamat, mungkin kekuatan Sharma akan pulih kemudian Sharma akan membunuhnya.

Sharma sudah lemah tak berdaya. Cahaya itu berhenti keluar saat nenek tua itu jatuh. Matanya sudah sulit dibuka.
Sekali lagi nenek tua itu menghampiri Sharma dan kembali melakukan hal yang sama. Kali ini dengan kekuatan penuh.

"Akh!" Sekali lagi Sharma berteriak kesakitan. Air matanya terus mengalir. Ia sudah hilang harapan. Rasanya jantungnya benar-benar dicabut.

Sring. Sebuah cahaya merah melesat seperti anak panah kemudian menyerang dada nenek tua itu. Bersamaan dengan itu pria berjubah hitam meloncat turun dari atas. Pria itu mendarat tepat di depan Sharma. Melindungi Sharma dari jangkauan nenek tua itu.

"Sharma." Kaisar langsung memeluk Sharma yang hampir kehilangan kesadaran.

Ajoz menoleh ke belakang. "Cepat lepas ikatannya Yang Mulia."

Kaisar mengangguk. Dengan tangan gemetar, Kaisar melepas semua tali yang mengikat Sharma kemudian kembali memeluknya. Kaisar tidak ingin melepaskan Sharma. Walaupun ia tidak akan sanggup melawan nenek tua itu, tapi ia masih bisa menjadi tameng untuk Sharma. "Sharma bertahanlah. Aku ada di sini."

Nenek tua itu mundur sambil memegangi dadanya. Sedangkan Thanu bersembunyi di balik nenek tua itu. "Ternyata kau lah pengasuh Amora."

Ajoz tersenyum. "Ya. Dan ternyata kalian berdualah yang menginginkan jantung Amora."

Kaisar mengangkat wajah. Ia menatap Thanu dengan tatapan yang paling tajam. Tatapan itu mengisyaratkan betapa bencinya Kaisar pada wanita itu. Thanu menitikkan air mata melihat tatapan kejam Kaisar.

"Kalian harus mati karena berani mengganggu rencanaku!" Dari tangan nenek tua itu muncul asap hitam yang membumbung tinggi. Aura disekitar pun berubah menjadi sangat kelam. Ini membuktikan betapa kuatnya sihir nenek hitam itu.

Ajoz mulai membuat kuda-kuda. Ajoz membuat gerakan tangan memutar sehingga muncul cahaya merah bulat di antara tangannya.

Dalam hitungan yang sama, baik Ajoz maupun nenek tua itu menyerang di saat yang bersamaan. Pertemuan antara asap hitam dan cahaya merah itu menimbulkan getaran di tanah.

Di tempat lain. Seorang pria setengah bungkuk menengadahkan kepala ke langit. Walaupun tidak merasakan getaran, namun ia bisa merasakan dua kekuatan besar tengah saling menyerang. "Ternyata masa itu telah datang. Peperangan baru saja dimulai. Aku berharap Amora akan selamat dan menang. Aku tidak bisa meramal masa depan Amora karena itu kita dikehendaki oleh takdir."

Kembali pada pertarungan, baik Ajoz maupun nenek tua itu, keduanya terpukul kebelakang. Beruntung dengan cepat Ajoz menyeimbangkan diri sehingga tidak perlu terjerembab ke tanah.

"Uhukh!" Nenek tua itu batuk.

"Sudahlah nenek tua. Usiamu sudah sangat renta, lebih baik kau menyerah. Amora tidak akan bisa kau lukai," ucap Ajoz sambil merapikan jubahnya.

Nenek tua itu tertawa keras. "Harusnya kau yang menyerah, pengasuh Amora. Kekuatanmu tak lebih kuat dari nenek-nenek tua ini."

Ajoz tersenyum dan tiba-tiba mengarahkan telapak tangannya pada Thanu. Thanu yang mendapat serangan mendadak langsung terdorong ke belakang. Dalam sepersekian detik, Ajoz memutar telapak tangannya, kemudian keluar mutiara biru dari saku gaun Thanu dan dengan cepat mutiara biru itu beralih ke tangan Ajoz.

"Mengambil milik orang lain adalah sesuatu yang tidak baik. Itu namanya mencuri. Aku tidak menyangka, mantan Permaisuri akan mencuri barang orang lain apalagi pada saat itu masih menjadi Permaisuri," ucap Ajoz dengan nada menghina. "Kau pikir aku tidak akan bisa mencium keberadaan mutiara biru itu?"

Ekspresi wajah nenek tua itu berubah panik.

"Yang Mulia, berikan setetes darah Yang Mulia ke mutiara biru ini, lalu masukkan ke dalam mulut Sharma." Ajoz melemparkan mutiara biru milik Sharma kepada Kaisar.

Kaisar menangkap mutiara biru itu dengan tepat. Tanpa harus bertanya, Kaisar melaksanakan perintah Ajoz. Menggunakan pedangnya, Kaisar melukai ibu jarinya kemudian meneteskannya ke atas mutiara biru. Seketika mutiara biru itu mengeluarkan cahaya dan langsung saja dimasukkan ke dalam mulut Sharma.

"Minumlah Sharma." Kaisar berbicara pada Sharma yang sudah tak sadarkan diri. Kaisar berharap Sharma akan kembali sadar setelah meminum mutiara biru itu. Sama seperti dulu saat Sharma terkena racun.

Satu detik, dua detik, tiga detik, empat detik, dan ... masih belum ada perubahan apapun.

Nenek tua itu langsung tertawa, Thanu juga ikut tersenyum. Dan anehnya Ajoz juga ikut tersenyum. "Hahahaha, lihatlah. Jantung Sharma yang sudah terluka membuat mutiara biru tidak berfungsi dengan ...."

Sring. Tubuh Sharma bersinar biru. Kaisar sampai memejamkan mata karena terlalu silau. Beberapa detik setelahnya, Kaisar terkejut karena tiba-tiba Sharma melayang. Semakin lama semakin tinggi sampai-sampai Kaisar berdiri dan menengadah ke langit. "Sharma ...."

Cahaya itu semakin lama semakin kuat. Hutan yang gelap gulita menjadi terang karena cahaya biru itu. Kemudian saat cahayanya melemah, mereka dikejutkan dengan sebuah keajaiban. Sharma yang tadi memakai gaun, kini telah berubah menjadi jubah putih. Wajah Sharma hampir tertutup oleh penutup kepala jubah. Posisi Sharma berdiri melayang sedangkan matanya masih tertutup. Beberapa detik kemudian mata Sharma terbuka dan ....

Dan apa hayo .... Heheheheh. Inilah Amora yang sesungguhnya. Bagi yang nunggu adegan romantis Kaisar dan kebar-baran Sharma. Setelah ketegangan ini berakhir, akan muncul segera kok. Dan yang nunggu Kaisar unboxing ... Syut ... tinggal nunggu sebentar lagi🤭.

Kaisar & Sang AmoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang