Penjaga yang melihat Sharma mendekat langsung menegang. Tentang Sharma yang sering membuat kerusuhan bukan lagi sebuah rahasia. Oleh sebab itu mereka langsung was-was karena takut menjadi korban Sharma selanjutnya.
Begitu Sharma sudah ada di hadapan mereka, para penjaga membungkuk hormat. "Hormat kami Selir Sharma."
Sharma tak membalas dan malah menunjuk penjaga yang tadi memeluk istrinya. "Dia istrimu?" tanya Sharma.
Penjaga itu menoleh pada teman-temannya. Ia bingung, memangnya apa ada yang salah jika pelayan dengan perut buncit itu adalah istrinya? Sepertinya Selir kesayangan Kaisar ini tak suka dengan itu.
"Jawab!" Sharma sedikit menyentak.
Penjaga yang ditanya langsung membungkuk. "Benar, Selir Sharma."
Sharma menatap tajam. "Kau merindukannya?" tanya Sharma dan langsung mendapat anggukan. Kemudian Sharma bertanya pada pelayan yang sedang hamil itu. "Kau sangat merindukan suamimu?"
Pelayan itu menunduk takut. Ia pikir Sharma sedang marah. Siapapun tahu apa konsekuensinya jika membuat Selir kesayangan Kaisar marah. "Ya, Selir Sharma."
Sharma langsung menunjuk penjaga yang tadi ia tanya dengan sangat tegas. "Pulang!" perintah Sharma.
Penjaga itu melongo. Ia pikir ia dipecat. Penjaga itu langsung bersimpuh di kaki Sharma. Semuanya juga ikut terkejut. Yang mereka pikirkan sama, mereka pikir Sharma marah karena penjaga itu bermesraan dengan istrinya kemudian Sharma memecatnya. "Ampun, Selir Sharma. Memangnya apa salah hamba? Mohon jangan pecat hamba. Hamba tulus mengabdi pada kerajaan Alrancus, dan jika hamba tidak bekerja di sini, dari mana hamba bisa menghidupi anak istri hamba? Mohon Selir Sharma memberikan keringanan jika hamba bersalah."
Sharma menarik kakinya agar penjaga itu berhenti bersimpuh. "Siapa yang bilang kau dipecat?"
Penjaga itu mendongak. "Eh?" Yang lain pun ikut bingung. "Tadi Anda ...."
"Aku bilang pulang, bukan memecatmu. Istrimu pasti merindukanmu dan kau sangat merindukannya. Aku sangat tahu bagaimana beratnya menahan rindu. Pulanglah ke rumah dan lepas rindumu pada keluargamu terutama pada istrimu. Jika sudah, kembali ke istana dan bekerjalah dengan penuh semangat."
Semuanya tercengang dengan perintah Sharma. Permintaan Sharma sangat aneh. Sebagai prajurit, berpisah dan menahan rindu pada keluarga adalah resiko yang harus diterima. Mereka mencintai negeri Alrancus sehingga mereka mengabdi sepenuh jiwa dan raga. Lalu mengapa Sharma mengatakan perintah itu? Akan tetapi bagaimanapun juga tidak ada satupun yang bisa membantah. Entah mengapa mereka lebih patuh pada Sharma yang notabene nya hanya seorang Selir dari pada patuh pada Permaisuri Ghauni.
"Kau dengar tidak? Jangan sampai aku berubah pikiran," tegas Sharma.
Penjaga itu langsung membungkuk. Ia senang sekaligus bingung harus apa. Apakah ini sungguhan atau sekedar gurauan Sharma. Sungguh sulit dipercaya ia mendapatkan kelembutan dan simpati dari Sharma.
Memang benar, sebenarnya ia ingin meluangkan waktu untuk istrinya yang sedang hamil besar. Ia ingin memiliki waktu untuk melepas rindu akan tetapi selama ini tidak bisa terwujud. Hanya sesekali istrinya datang menghampiri ketika ada waktu luang beberapa menit. Setelah itu istrinya akan kembali bekerja.
"Terima kasih. Terima kasih banyak Selir Sharma." Setelah membungkuk, penjaga itu langsung memeluk istrinya. "Sayang, akhirnya aku memiliki waktu untukmu." Penjaga itu sampai meneteskan air mata. Begitu pula dengan pelayan itu.
Melihat itu, Sharma memeluk dirinya sendiri dengan haru. Ia ikut bahagia melihat interaksi keduanya.
Setelah berpelukan, penjaga dan pelayan itu membungkuk lagi. "Sekali lagi terima kasih, Selir Sharma. Terima kasih atas kebaikan dan kelembutan hati Selir Sharma." Mereka tidak menyangka, di balik tingkah Sharma yang bar-bar, Sharma memiliki sifat yang lembut, baik dan pengertian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaisar & Sang Amora
Romance(Bukan reinkarnasi ataupun time travel, tapi dijamin seru. Jangan asal ditinggal, baca dulu minimal 10 bab, kalau menurut kalian tidak seru, saya ikhlaskan kepergian kalian wahai readers. Tapi pasti seru kok!) Sharma, seorang Amora atau penyihir put...