"Ini akan terasa sangat sakit. Aku harap kau bisa menahannya," ucap Ramon sambil menempelkan telapak tangan di punggung Azoch.
Azoch mengangguk. Ia tak takut akan rasa sakit. Ia telah siap sepenuhnya untuk melepas kekuatannya.
Di lain tempat, Kaisar Ariga terpelanting jauh dan berakhir punggungnya terbentur kayu. Kaisar langsung berdiri dan melompat ke udara saat bola api kembali menyerang. Entah sudah berapa lama Kaisar dan Monster iblis Haikal bertarung. Tubuh Kaisar sudah penuh luka karena terkena serangan Haikal yang tak ada habisnya.
"Hahahahahaha, masih belum menyerah?" Sebenarnya Haikal juga sudah merasa sakit. Ia akui Kaisar Ariga sangat hebat sehingga bisa beberapa kali melukai dirinya. Namun berkat tubuh monster iblis, luka itu bisa sembuh dengan cepat.
"Sampai matipun aku tidak akan menyerah!"
Sring.
Wush.
Sring.
Trak.
Mereka saling menyerang. Kaisar terus berputar mengelilingi Haikal untuk mencari kelemahan Haikal. Kaisar yakin Haikal memiliki satu kelemahan karena di dunia ini tidak ada yang sempurna dan sangat kuat.
Saat sedang menyerang, tiba-tiba Kaisar mendengar bisikan. Ia bisa mengenali suara itu adalah suara Sharma. "Bawa Iblis itu keluar dari dunianya. Yang Mulia tidak akan menang jika berada di sana. Dunia iblis akan terus menyerap energi positif dan memperkuat energi negatif. Setelah keluar, pancing Iblis itu untuk pergi ke negeri Chaulus. Pergilah ke gunung di perbatasan Timur Chaulus. Di bawah kaki gunung ada sungai. Hamba menunggu Yang Mulia di sana."
Kaisar menggeleng. Fokusnya terbagi dua sekarang. "Tidak Sharma. Aku tidak ingin kau terluka." Kaisar pun tak tahu dari mana Sharma tahu bahwa ia sedang bertarung dengan Raja Iblis. Bukankah Ajoz mengatakan sudah memantrai istana agar Sharma tak tahu keberadaannya?
"Kita tidak memiliki pilihan lain Yang Mulia. Cepat!" perintah Sharma lewat bisikan itu.
Samar-samar Haikal mendengar Kaisar menyebut nama Sharma. Ia tersenyum.
Kaisar menggeleng dan masih terus menghindari serangan Haikal. "Tidak Sharma. Aku tak akan membiarkan kau terluka. Kau tahu, jika kau bertemu dengan Haikal, maka dia akan mudah mempengaruhi dirimu.""Yang Mulia, percayalah pada hamba. Azoch telah berkorban, cepat sebelum terlambat. Sungai suci tidak akan bisa dibuka jika matahari terbit."
Kaisar berpikir keras. Sepertinya Sharma dan yang lain telah membuat suatu rencana. Jika ia tetap pada rencana awalnya untuk membunuh Haikal sendirian, sampai kini pun ia tidak melihat adanya peluang kemenangan. Ia ingat ucapan ayahnya dulu 'manusia tidak akan pernah bisa hidup sendiri. Mereka membutuhkan bantuan orang lain.' dan juga ucapan ibunya 'bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.'
Kaisar menatap Haikal yang akan menyerang. Ia sadar bahwa Haikal tak mengandalkan kekuatan sendiri. Ia telah menyatu dengan 100 jiwa iblis.
"Sekarang terimalah kematianmu!" Kali ini Haikal menyerang dengan kekuatannya penuh.
Mata Kaisar bergerak secepat kilat untuk mencari dimana pintu portal itu. Namun sayangnya Kaisar tak kunjung tahu.
Bum!
Sebelum serangan itu mengenai tubuh Kaisar, tubuh Kaisar sudah lebih dulu terseret ke belakang, seperti ada yang menariknya. Kaisar menyeimbangkan diri saat dirinya menapak tanah. Saat mendongak, ia melihat portal hitam. Kaisar melihat ke sekeliling, tidak ada api dan kekacauan, semuanya penuh dengan pepohonan. Ah, ini tempat sebelum ia masuk ke dunia iblis. Ternyata ia telah keluar.
Kaisar berbalik. Ternyata sudah ada Ajoz. "Sharma yang memberitahukan cara membuka portal," ucap Ajoz. Ajoz membelalakan mata kemudian menarik Kaisar untuk meloncat. "Hati-hati!"
Bum!
Tanah bergetar bersamaan dengan bola api yang menghantam tempat Kaisar berdiri tadi. Tak lama kemudian disusul oleh sosok Monster Iblis.
"Kalian pikir bisa melarikan diri?"
Ajoz menengadah untuk melihat wujud Haikal sekarang. "Ya Tuhan, ternyata dia begitu besar." Tapi kemudian Ajoz teringat bahwa mereka harus bergerak cepat sebelum matahari terbit. "Yang Mulia, kita tidak memiliki banyak waktu. Ayo lakukan apa yang dikatakan Sharma!"
Kaisar mengangguk. Sebelum Haikal menyerang, Ajoz dan Kaisar sudah melesat pergi. Haikal pun langsung mengejar.
Kembali pada Ramon dan Azoch, ritual mereka tinggal sedikit lagi berhasil. Namun hampir saja fokus Ramon terganggu dengan tanah yang bergetar. Sepertinya Kaisar sudah berhasil keluar dari dunia iblis dan kini sedang dikejar oleh Haikal.
"Ini saatnya!" Ramon mengangkat tangannya ke atas. Bersamaan dengan itu cahaya merah meluncur ke atas dengan cepat.
"Akh!" Azoch berteriak kesakitan.
Pada saat itu pula Kaisar melintas di atas mereka. Ajoz sengaja membawa Kaisar melewati tempat Ramon melakukan ritual. Saat Kaisar lewat, cahaya merah itu masuk ke dalam tubuh Kaisar.
"Akh!" Kaisar langsung jatuh.
Kini giliran Ajoz yang mengalihkan perhatian Haikal agar tak menyerang Kaisar Ariga yang akan ditangani oleh Ramon. Ajoz berbalik kemudian mengeluarkan pedangnya. "Pedang seribu bayangan!" Ajoz menerjang ke arah Haikal.
Mata Monster iblis Haikal itu semakin merah tanda Haikal semakin marah. Walaupun pedang-pedang yang menusuk berukuran kecil, namun karena memiliki kekuatan, Haikal merasa kesakitan yang luar biasa. Haikal langsung menyerang Ajoz dengan bola apinya.
"Ah!" Kaisar memegangi jantungnya yang berdetak sangat kencang.
Ramon langsung menghampiri. "Tahan sebentar, Yang Mulia. Kekuatan Phoenix merah sedang beradaptasi dengan tubuh Anda yang seorang Phoenix putih."
Di lain tempat, baik di Alrancus maupun di Chaulus, semua warga panik karena ada gempa. Mereka sibuk menyelamatkan diri masing-masing dan berlindung. Batu-batu besar bergetar, air di kendi banyak yang pecah karena terjatuh. Semuanya panik dan bertanya-tanya apa yang terjadi.
Dan di lain tempat lagi, tepatnya di sebuah hutan dekat kaki gunung, seseorang berjubah putih sedang bersila dengan posisi tangan bertapa. Orang tersebut adalah Amora alias Sharma. Sharma sedang melakukan ritual di depan sungai suci sambil membaca mantra. Perlahan air tenang itu mulai berbuih.
Dalam hati Sharma juga berdoa agar Kaisar cepat-cepat membawa Haikal ke dalam sungai karena sebentar lagi matahari akan terbit.
"Sharma!"
Sharma terkejut dan membuka mata. Saat matanya belum sepenuhnya terbuka, seseorang telah menyambar dirinya dan memeluk pinggangnya. Orang tersebut membawa dirinya melompat. Dan .... Bum! Terlambat sedetik saja. Maka ia akan mati terkena serangan mematikan itu.
Sharma mendongak. "Yang Mulia?"
Kaisar tak menjawab, Kaisar masih dengan wajah tegasnya membawa Sharma menjauh dari Haikal yang terus menyerang. Kaisar membawa Sharma ke seberang sungai kemudian melepaskan Sharma di sana.
Sharma terkejut setelah menyadari ada yang berubah dengan Kaisar. Kaisar memiliki sayap besar dan ... mata Kaisar! Mengapa mata Kaisar berubah merah.
"Yang Mulia apa yang terjadi?"
Kaisar tak menjawab dan malah memilih berbalik untuk kembali menyerang Haikal.
Haikal tersenyum melihat Sharma dari kejauhan. "Amora. Gadis kecilku sayang."
Bush! Haikal terdorong kebelakang karena serangan Kaisar tepat mengenai dadanya. Ia tak fokus karena melihat gadis yang ia cintai berada di seberang sana.
"Jangan bermimpi dia bisa menjadi milikmu!"
Huhuhuhuhuhu 😭 gimana nih, Sharma malah ketemu sama Haikal yang telah berubah jadi Monster Iblis. Jangan sampai terjadi sesuatu ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaisar & Sang Amora
Romance(Bukan reinkarnasi ataupun time travel, tapi dijamin seru. Jangan asal ditinggal, baca dulu minimal 10 bab, kalau menurut kalian tidak seru, saya ikhlaskan kepergian kalian wahai readers. Tapi pasti seru kok!) Sharma, seorang Amora atau penyihir put...