Adu Panco

24.3K 2.9K 73
                                    

"Woah, Selir Sharma sangat kuat." Pengawal yang dipilih Sharma sebagai wasit terkagum-kagum pada kekuatan tangan mungil itu. Temannya kelihatan kesulitan untuk merobohkan tangan mungil dan lembut itu. Walaupun Sharma tidak bisa menekan posisi lawannya, namun Sharma berhasil mempertahankan posisinya.

"Tanganku panas! Mengalah lah, Joko." Sharma merengek karena otot tangannya mulai terasa panas.

"Nama hamba Arclen, Selir Sharma," ucap pengawal yang menjadi lawan mainnya.

Sharma merengut kesal. "Sesuka hatiku, Juned."

Pengawal yang menjadi wasit ingin tertawa. Temannya kelihatan sangat putus asa menghadapi Selir baru ini. Selir yang satu ini memang berbeda dari Selir lainnya. Sharma memiliki pesona dan daya tarik tersendiri. Jika Sharma bukan Selir Kaisar, mereka ingin menjadi teman baik Sharma.

"Cepat mengalahlah!" pinta Sharma sambil melotot melihat ke arah tangannya yang sudah terasa sangat panas.

"Maafkan hamba, Selir Sharma. Jika hamba kalah, ini akan mencoreng harga diri hamba."

Pertandingan yang diadakan di halaman belakang istana pun terjadi cukup sengit. Sharma masih bisa bertahan walaupun lawannya sudah mengeluarkan seluruh tenaga. Sesekali Sharma mengeluh dan merengek karena tangannya terasa sangat panas. Karena Sharma terus berisik, para penjaga yang tak sengaja melewati tempat mereka pun ikut menonton. Akhirnya pertandingan itu ditonton oleh banyak penjaga. Mereka terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pendukung Sharma, dan kelompok pendukung pengawal.

"Bertahan Selir Sharma!"

"Tumbangkan teman!"

"Keluarkan tenaga Anda, Selir!"

"Buat Kaisar bangga, Selir!"

"Jangan sampai harga dirimu jatuh, teman!"

Dan akhirnya Sharma tidak tahan lagi. Tenaga pria memang lebih kuat dari tenaga wanita. Apalagi ini seorang pengawal kerajaan, sudah pasti kekuatannya bukan main-main.

"Yah ...." Pendukung Sharma menghela nafas kecewa. Sedangkan pendukung pengawal bersorak gembira. Walaupun Sharma kalah, namun mereka salut karena Sharma berhasil bertahan selama itu. Sekarang Sharma merasa tangannya tidak bertenaga sama sekali.

"Selir, Anda sangat hebat." Para pengawal memberikan jempol. Mereka lupa jika seharusnya mereka membungkuk hormat. Untuk sejenak mereka merasa Sharma adalah temannya.

"Siapa yang hebat?"

Suara rendah itu seperti petir yang menyambar jantung. Semua pengawal langsung membungkuk hormat. Terutama dua pengawal utusan Kaisar tadi. Mereka sampai gemetar ketakutan.

"Hormat kami, Yang Mulia Kaisar Negeri Alrancus."

Sharma menatap Kaisar yang berdiri tegak tak jauh di depannya. Tangan Kaisar berada di belakang punggung kokoh itu, dan mata elangnya menatap tajam pada Sharma. Tatapan tajam Kaisar lebih tajam dari biasanya, dan aura kelam mulai membuat semua tubuh pengawal gemetar ketakutan.

Sharma yang mendapat sinyal bahaya malah menjinjing ujung gaunnya. Kaisar mengerutkan alisnya marah. Bisa-bisanya Sharma menampakkan betisnya di depan para pengawal. Namun ....

"Satu ...."

Kaisar mengerutkan keningnya tak mengerti. Sharma malah menghitung sekarang.

"Dua ...." Dan "Kabur!" Sharma memutar badan dan langsung berlari kabur. Sharma mengeluarkan jurus kaki seribu agar bisa kabur dari Kaisar secepat mungkin.

Para pengawal terkejut dengan aksi Sharma. Seharusnya Sharma memohon ampunan dari Kaisar karena membuat keributan lagi, tapi Selir yang satu ini memang tidak sayang nyawa.

"Kejar dan tangkap dia. Bawa ke istana Kaisar." Kaisar mengeluarkan perintah yang sangat tegas. Nada yang sama ketika Kaisar memerintahkan menangkap penyusup. Tanpa menunggu lama, para pengawal segera berlari mengejar Selir kecil Kaisar yang sangat lincah.

Sharma terengah-engah sambil memeluk batang pohon di pinggir danau Teratai dengan erat. Ia tidak sanggup jika harus terus berlari dan dikejar oleh puluhan prajurit. Pilihan yang baik adalah naik ke atas pohon. Gelapnya malam akan membuat tempat persembunyiannya aman. Bahkan cahaya rembulan pun tidak akan menerobos terlalu banyak ke dedaunan yang lebat.

Sharma menunduk untuk melihat pengawal yang berlari melewati pohon yang sedang ia panjat. Para pengawal itu tidak menyadari keberadaannya di sana. Setelah semua pengawal lewat, Sharma menghembuskan nafas lega.

"Huft, aman." Sharma mengelus dadanya lega.

Sharma ingin turun, tapi sama seperti dulu, ia tidak berani turun setelah melihat posisinya sangat tinggi. Meloncat tak berani, sedangkan menuruni batang pohon pun butuh tenaga ekstra lagi.

"Huaa ... Aku terjebak."

"Ingin turun Nona Sharma?"

Sharma merinding kala leher belakangnya dihembus halus. Suara itu begitu dekat dengan telinga. Bahkan deru nafas sosok di belakangnya terdengar dengan jelas. Sharma memejamkan mata, ia tak ingin melihat sosok wajah rata lagi. Tidak akan lagi.

Saat sebuah tangan menepuk pundaknya, Sharma langsung berbalik dan memukul acak ke arah sosok itu. Ia tidak peduli jika ada ada belatung ataupun nanah yang akan menempel, yang penting sosok itu menjauh.

Namun nahas, karena tidak berpegangan, ia merasa keseimbangan tubuhnya hilang. Dan dalam hitungan kurang dari tiga detik, Sharma merasa kakinya meleset dari dahan pohon lalu melayang di udara.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!"

Sharma berteriak sangat panjang. Ternyata dia cocok menjadi penyanyi seriosa. Dia terus berteriak dan menunggu tubuhnya terhempas keras ke tanah. Namun sampai nafasnya hampir habis pun tubuhnya tak kunjung mendarat di tanah.

"Berisik sekali kau ini."

"Aaa ... a ...." Suara teriakkan Sharma langsung merendah ketika mengenali suara itu. Sharma membuka matanya untuk memastikan.

Ternyata dirinya tengah berada di pangkuan Kaisar. Dan Kaisar sudah menapak ke tanah. Tatapan Kaisar sangat menusuk mata Sharma sehingga Sharma cengengesan salah tingkah.

"Hehehe, hamba kira Yang Mulia adalah hantu tadi." Sharma melepaskan tangannya yang tanpa sadar telah mengalung kuat di leher Kaisar.

"Yang Mulia, bukankah seharusnya Yang Mulia tidak mengambil kesempatan dalam kesempitan? Tolong lepaskan hamba, Yang Mulia." Sharma ingin segera terlepas dari pangkuan Kaisar. Ia tidak ingin Kaisar merasakan degup jantungnya yang cepat akibat bertatapan dengan mata Kaisar.

"Kau benar." Kaisar pun melepaskan tubuh Sharma begitu saja.

Byur

"Akh!"

Sharma jatuh ke dalam danau Teratai. Untung saja ia jatuh ke pinggiran danau, jadi kedalamannya hanya sebatas pinggang. Sharma langsung bangkit dan mengusap wajahnya. Ia terkejut sekaligus jengkel. Tega-teganya Kaisar menceburkan Sharma ke danau yang sejuk di tengah malam begini. Tentu saja air danau menjadi sedingin es ketika malam hari.

"Yang Mulia!" Sharma berteriak kesal.

"Itu hukuman karena pergi dari aula. Masih ada hukuman lainnya yang menunggu. Cepat naik!" Kaisar berbalik dan mulai berjalan. Ia sama sekali tidak peduli dengan Sharma yang kedinginan dan kesusahan naik ke darat.

"Dasar Serigala Kutub." Sharma mengumpati Kaisar pelan. Walaupun pelan, sebenarnya Kaisar masih bisa mendengar, namun ia tak ingin ambil pusing dan membiarkannya saja.

Hai, hai, hai! Bagaimana kabar kalian? Hmm, semoga baik-baik saja ya. Mau lanjut apa tidak? Semoga habis mandi air danau malam-malam Sharma tidak sakit ya. Hehehe, Sharma sih bandel. Kaisar mau kasih hukuman apa lagi ya ke Selir kecil lincahnya? Kan ini malam pertama mereka 🤭. Masa Kaisar mau jahat sih?  Oh ya, jangan lupa tekan bintang. Dan kasih komentar kalian agar Sely tahu isi hati kalian. Sampai jumpa di episode selanjutnya.

Kaisar & Sang AmoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang