"Haish! Hukuman apa ini? Yang benar saja aku harus menyiram semua bunga-bunga yang ada di istana." Sharma menengadah untuk melihat langit yang sudah menguning. "Apakah dia tidak mengasihi anak yang aku kandung."
Tiba-tiba Sharma menunduk untuk melihat perutnya yang rata dan tidak akan pernah membesar. Ia terkekeh sendiri. "Oh ya, kan tidak ada." Sharma terlalu sering bersandiwara sehingga lupa bahwa kehamilannya hanyalah palsu. Pantas saja Kaisar masih hobi menghukum dirinya.
Tanpa Sharma sadari, dari kejauhan, di balik pohon ada pria berjubah putih bersulam emas menatapnya dengan lekat. Manik hitam itu sudah sejak tadi mengamati Sharma secara sembunyi-sembunyi.
Pria itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah gadis di depan sana. Gadis itu tidak terlihat sedang menyiram bunga, melainkan membunuh bunga dengan guyuran air yang besar. Setelah merasa cukup, pria itu pun kembali ke tempatnya. Dia adalah Kaisar Ariga.
Malam tiba, Sharma sedang dipijat oleh Wenari dan Nora. Kakinya sangat sakit karena terus berjalan saat menyiram bunga. Kedua pelayanannya hanya bisa menahan senyum. Kaisar selalu bisa membuat susah gadis yang hobinya membuat orang lain susah.
"Mengapa kalian senyum-senyum?" sergah Sharma sok galak.
Kedua pelayan pribadinya hanya menggeleng.
"Suatu hari nanti aku yang akan menghukumnya. Lihat saja."
Kedua pelayan itu kembali menahan senyum. Mereka tidak yakin dengan apa yang Sharma ucapkan. Tiba-tiba Sharma menarik kakinya. Hal itu membuat kedua pelayannya bingung.
"Ada apa, Nona?" tanya Wenari dan Nora.
"Malam ini malam bulan purnama bukan?" tanya Sharma sambil berdiri. Ia membuka jendela kemudian mengeluarkan kepalanya untuk melihat langit.
"Memangnya kenapa, Nona?" tanya Wenari.
"Ini kesempatanku. Malam ini aku akan menjadi serigala, dan aku bisa melawan serigala kutub itu." Sharma sedikit kesal pada Kaisar yang selalu menghukum nya. Namun ia tidak tahu bahwa banyak orang yang iri pada Sharma. Kaisar tidak benar-benar menghukum Sharma. Hukuman yang sebenarnya tidak pernah Kaisar berikan.
Nora dan Wenari tertawa bersama-sama. Ucapan Sharma sangat lucu bagi mereka berdua.
Tok tok tok
"Selir Sharma, ada pelayan Permaisuri Thanu yang ingin bertemu." Penjaga di luar kamarnya memberi tahu.
Sharma menghela nafas panjang. Entah mengapa sekarang apapun yang berurusan dengan Permaisuri Thanu menjadi sangat menyebalkan. Padahal Permaisuri Thanu sangat baik dan lembut. Sikapnya selama ini sangat wajar. Wanita mana yang mau berbagi suami dengan wanita lain?
"Baiklah, biarkan dia masuk," jawab Sharma.
Pintu kamar Sharma dibuka dari luar. Pelayan pribadi Permaisuri Thanu memberikan hormat. "Hormat hamba, Selir Sharma."
Sharma hanya mengangguk.
"Maaf Selir Sharma, saya ingin menyampaikan bahwa Permaisuri Thanu meminta Anda datang ke istana Permaisuri."Kening Sharma berkerut. "Untuk apa?" Aneh sekali Permaisuri mengundang dirinya datang ke istana Permaisuri. Setahunya, selama ini istana Permaisuri sangat tertutup untuk siapapun, apalagi untuk para Selir.
"Permaisuri Thanu ingin membicarakan sesuatu. Mungkin untuk memperbaiki hubungan Anda dan Permaisuri."
Sharma menghela nafas. Tiba-tiba aku menjadi iri. Permaisuri Thanu memang memiliki hati yang sangat baik. Pantas saja Kaisar mencintai Permaisuri.
"Baiklah."
* * * *
Sharma memasuki istana Permaisuri dengan langkah anggun. Ia pikir ia harus anggun sekarang. Permaisuri Thanu telah berbaik hati ingin memperbaiki hubungan mereka yang beberapa waktu lalu sempat memanas.
Sharma memperhatikan kesekeliling ruang utama istana Permaisuri. Suasananya sangat berbeda dengan beberapa hari yang lalu di saat dirinya dan Selir-Selir datang kemari. Saat siang hari, istana ini terlihat sangat cerah, mewah, damai dan nyaman, akan tetapi sekarang ia baru tahu bahwa istana Permaisuri menjadi gelap pada malam hari.
"Mengapa di sini gelap?" tanya Sharma pada pelayan pribadi Permaisuri Thanu. Di belakangnya ada Wenari dan Nora.
"Permaisuri Thanu tidak bisa tidur jika keadaan istananya terlalu terang," jawab pelayan pribadi Permaisuri.
Sharma mengangguk, Permaisuri Thanu kebalikan dari dirinya.
"Maaf Selir Sharma, pelayan pribadi Anda tidak diperkenankan masuk," ucap pelayan pribadi Permaisuri saat mereka sudah sampai di depan kamar Permaisuri.
Sharma mengangguk kemudian melambaikan tangan pada Wenari dan Nora. Sebelum ia masuk, Wenari meminta izin untuk pergi karena ia ingin buang air besar, Sharma pun mengizinkannya.
Saat memasuki kamar Permaisuri, Sharma dikejutkan dengan bunga-bunga yang bertaburan di lantai. Di tengah-tengah kamar ada lilin yang diletakkan di wadah berisi air.
Wah, jangan-jangan Permaisuri Thanu sebenarnya belok. Yang benar saja dia menyiapkan keromantisan ini untuk menyambut ku? Atau sebenarnya untuk Kaisar nanti?
Sharma membungkuk hormat ketika melihat Permaisuri turun dari tempat tidur dengan gaun putih bercorak emas seperti yang sering Kaisar kenakan. "Hormat hamba, Permaisuri Thanu."
Permaisuri Thanu tersenyum lembut. "Selamat datang, Selir Sharma." Suara Permaisuri Thanu memang sangat lembut. Permaisuri Thanu duduk bersila di lantai yang ditaburi kelopak mawar. Karena Permaisuri duduk di sana, Sharma pun mengikutinya.
"Maaf aku mengganggu waktu istirahat Selir Sharma," ucap Permaisuri Thanu masih dengan senyuman yang sangat manis dan lembut.
Sharma membalas senyuman itu. "Tidak apa-apa, Permaisuri Thanu. Justru hamba merasa sangat tersanjung."
Permaisuri tersenyum kemudian mengambil satu kelopak mawar. "Kita tidak perlu terlalu formal karena tidak ada Kaisar di sini." Kemudian Permaisuri menjatuhkan kelopak mawar tersebut dan mengambil kelopak yang lain. "Aku hanya ingin bercerita sedikit."
Tiba-tiba Sharma menjadi tegang, malam ini adalah versi lain dari Permaisuri. Ya, ia bisa merasakan itu. Apakah Permaisuri akan marah-marah dan mengomel sekarang?
"Sharma, aku ini sedang mengidap penyakit aneh." Wajah Permaisuri berubah sendu. "Sudah ratusan tabib yang mencoba menyembuhkan penyakitku, namun satupun tidak ada yang berhasil."
Sharma menunduk, ia merasa kasihan pada Permaisuri yang lembut ini.
"Kata orang-orang, mungkin aku ini terkena kutukan dari seorang penyihir yang terkenal pada waktu itu. Namun sayang, penyihir itu telah menghilang sejak 15 tahun yang lalu."Permaisuri mengambil kelopak mawar yang baru. Tatapannya terpaku pada lilin di depannya. "Aku ini yatim-piatu. Orang tuaku sudah tiada sejak aku masih berusia lima tahun. Mereka di bunuh oleh manusia berkekuatan aneh."
Mengapa sama persis dengan cerita saat aku masih kecil?
Hayo siapa yang gak sabar kedok Permaisuri terbongkar? Heheheh, segini dulu ya malam ini. Sampai jumpa besok. Bye-bye my love🤗😘❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaisar & Sang Amora
Romance(Bukan reinkarnasi ataupun time travel, tapi dijamin seru. Jangan asal ditinggal, baca dulu minimal 10 bab, kalau menurut kalian tidak seru, saya ikhlaskan kepergian kalian wahai readers. Tapi pasti seru kok!) Sharma, seorang Amora atau penyihir put...