Kaisar bangun lebih awal dari Sharma. Entah mengapa sekarang ia merasakan tubuhnya lebih ringan dari sebelum-sebelumnya. Mungkinkah karena segel kekuatannya telah dibuka? Tapi mengapa tidak ada kejadian khusus yang menandakan bahwa kekuatannya telah pulih sempurna?Kini Kaisar sedang berdiri di depan jendela kamarnya. Sesekali Kaisar memandang wajah Sharma yang masih tidur dengan damai. Kaisar yakin, setelah Selir lincahnya itu membuka mata, maka kedamaian itu akan musnah berganti dengan kelakuan diluar dugaan.
Tok tok tok.
"Yang Mulia, Permaisuri Ghauni ingin bertemu dengan Yang Mulia," ucap Anela dari balik pintu. Seharusnya kabar ini disampaikan oleh penjaga, akan tetapi khusus untuk kamar Kaisar, hanya Anela, Pangeran Giler, Erlanh, dan Ader yang boleh mengetuknya. Bahkan di sekitar kamar Kaisar tidak ada yang menjaga.
Kaisar menoleh pada pintu yang tertutup. "Suruh dia menunggu. Aku akan mandi dan berpakaian," jawab Kaisar masih tetap pada posisinya.
"Baik Yang Mulia." Kemudian hening tanda Anela telah pergi.
"Hoaaam." Sepertinya Sharma akan bangun. Terlihat dari kaki yang dibentangkan lebar serta tangan yang merentang.
Selimut yang menutupi tubuh Sharma hampir merosot, secepat kilat Kaisar menghampiri ranjang dan menahan selimut agar tidak turun.
Sharma mengerjapkan mata kemudian membuka matanya. Setelah mata terbuka, ia mendapati Kaisar sedang memegang ujung selimutnya. Ia pikir Kaisar akan membukanya. Segera ia raih ujung selimutnya kemudian bangkit dan duduk. "Yang Mulia cabul! Istri sedang tidur mau disentuh-sentuh."
Kaisar berdecak kemudian menyambar jubahnya yang masih tergeletak di atas ranjang. "Aku tidak seperti itu. Saat kau menggeliat, selimut itu hampir turun. Aku hanya menahannya. Lagi pula jika benar, tidak masalah bukan?" Kemudian Kaisar mengenakan jubahnya.
"Yang Mulia, apakah Yang Mulia marah?" tanya Sharma tiba-tiba.
Kaisar sempat menghentikan gerakkannya yang sedang merapikan kerah jubah. Alis Kaisar terangkat. "Mengapa kau berpikir demikian?"
"Yang Mulia terlihat tidak bahagia. Katanya, sehabis melakukan malam pertama, wajah pasangan akan menjadi berseri-seri di pagi hari. Tapi wajah Kaisar terlihat biasa saja bahkan terlihat seperti sedang ada masalah. Apakah hamba membuat kesalahan tadi malam?"
Kaisar menghela nafas kemudian meneruskan gerakannya. "Kau terlalu berlebihan dalam berpikir, Sharma. Aku tidak marah. Aku hanya sedang memikirkan apakah segel kekuatanku sudah terbuka atau belum."
Kaisar duduk di tepi ranjang. Tangannya terangkat untuk merapikan rambut Sharma. "Terima kasih untuk apa yang telah kau berikan padaku. Terima kasih untuk tadi malam. Aku harap akan hidup calon pewaris di dalam perutmu."
Wajah Sharma yang sempat ditekuk langsung berubah cerah. Sharma tersenyum malu, menunduk, lalu mengusap perutnya dari balik selimut. "Benar. Jika hamba mengandung sungguhan, pasti akan lebih menyenangkan."
Kaisar menurunkan tangannya kemudian kembali berdiri. "Aku akan mandi. Permaisuri Ghauni ingin bertemu dan sedang menunggu. Apakah kau ingin mandi sekarang?"
Mendengar nama Permaisuri Ghauni, wajah Sharma kembali masam. "Mau apalagi nenek lampir itu menemui Anda? Pasti ingin menggoda."
Kaisar ingin tertawa. Dulu Sharma tidak pernah menunjukkan wajah cemburu yang kentara, tapi hari ini, jelas sekali Sharma sedang cemburu. Apakah Sharma sudah mengecap dirinya sebagai milik Sharma seorang? "Siapa yang berani menggodaku? Tidak ada yang berani karena mereka takut hukumanku," ucap Kaisar. "Kecuali dirimu," ucap Kaisar yang mengingat tadi malam Sharma lah yang lebih dulu menggodanya.
"Memang tidak ada lagi selain hamba. Jadi jika dia berani menggoda Anda, langsung beritahu hamba agar hamba bisa memberikan dia pelajaran," ucap Sharma dengan tatapan seperti ingin balas dendam.
Kaisar tidak menanggapi, tapi Kaisar berusaha menahan tawanya. Kaisar mempertahankan wajah datarnya. "Terserah kau saja. Aku akan mandi."
Beberapa menit kemudian, Kaisar telah berpakaian lengkap dan kini memasuki ruang utama. Di sana sudah ada Permaisuri Ghauni sendirian. Peraturan di istana pribadi Kaisar, pelayan pribadi siapapun dilarang masuk tanpa seizin dari Kaisar. Jikapun ada kepentingan yang sangat serius, maka pelayan itu harus diantar oleh orang kepercayaan Kaisar, di antaranya Pangeran Giler, Anela, Erlanh, ataupun Ader.
"Hormat hamba Yang Mulia Kaisar Negeri Alrancus." Permaisuri Ghauni berdiri kemudian membungkuk ketika melihat Kaisar datang.
Kaisar mengangguk dan mempersilahkan Permaisuri Ghauni kembali duduk. Setelah itu Kaisar duduk di tempat biasa ia duduk. "Ada apa?" Kaisar bertanya langsung pada intinya.
Permaisuri Ghauni tersenyum lembut. "Yang Mulia. Hamba hanya ingin menyampaikan. Selama ini, selama hamba menjadi Selir ataupun setelah menjadi Permaisuri, Yang Mulia tidak pernah sekalipun datang ke kediaman hamba dan mengobrol santai berdua. Oleh sebab itu hamba ingin mengundang Yang Mulia untuk minum teh di kediaman hamba nanti malam. Hamba akan menyiapkan semua yang terbaik."
Kaisar hanya mendengarkan tanpa berbicara. Setelah Permaisuri Ghauni selesai bicara, barulah Kaisar berbicara. "Maaf, aku sibuk."
Senyum Permaisuri Ghauni sedikit surut setelah mendengar penolakan langsung yang sangat tegas. "Maaf Yang Mulia. Tapi, apakah Anda tidak bisa meluangkan waktu sebentar saja untuk hamba? Bagaimanapun hamba adalah Permaisuri Yang Mulia. Jika Yang Mulia tidak pernah memperhatikan hamba, apa kata orang-orang? Apa kata ayah hamba?"
Kaisar langsung memberikan tatapan dingin yang mematikan. "Kau sedang mengancamku?"
Seketika Permaisuri Ghauni jadi gelagapan. "Bu-bukan begitu maksud hamba, Yang-"
"Baru beberapa hari jadi Permaisuri sudah berani mengancam seorang Kaisar? Kau pikir bisa mengancamku dengan jabatan ayahmu?" Kaisar semakin mengintimidasi.
"Bukan begitu-"
"Jika kau masih berani mengancamku, maka aku tak akan segan-segan lagi mencopot gelar Permaisuri dari namamu. Aku tidak peduli dengan hubungan ayahmu yang seorang penasihat hukum. Bila perlu, aku akan menurunkan dia dari jabatannya." Ancaman Kaisar bukanlah sebuah gertakan saja. Seperti yang sudah diketahui, ancaman seorang Kaisar Ariga akan menjadi kenyataan jika berani main-main.
Permaisuri Ghauni langsung membungkuk. "Ampun Yang Mulia. Hamba tidak akan berani."
Saat sedang berbicara, datang Anela menghampiri dan langsung membungkuk hormat. "Hormat hamba Yang Mulia Kaisar Negeri Alrancus, Permaisuri Ghauni. Yang Mulia, Selir Sharma kesulitan berjalan saat akan mandi. Tadi hamba sempat membantu tapi tenaga hamba juga tidak kuat. Bagaimana Yang Mulia?"
Mata Permaisuri Ghauni langsung terbelalak.
Kaisar berdiri. "Aku yang akan membawanya ke kamar mandi. Bibi siapkan saja air hangatnya."
Apakah mereka habis melakukan ....
Permaisuri Ghauni tak ingin meneruskan pemikirannya. Hatinya terpukul.
Cemburu kan lu? Panas hatinya kan? Makanya mundur aja Ghauni🤣. Kalau udah begini, pasti Sharma akan lebih penting dari apapun di mata Kaisar. Siapa yang gak sabar nunggu Sharma hamil terus merusuh sana-sini? Kira-kira gimana ya kalau nanti Sharma hamil? Uuh, Sely juga gak sabar deh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaisar & Sang Amora
Romantizm(Bukan reinkarnasi ataupun time travel, tapi dijamin seru. Jangan asal ditinggal, baca dulu minimal 10 bab, kalau menurut kalian tidak seru, saya ikhlaskan kepergian kalian wahai readers. Tapi pasti seru kok!) Sharma, seorang Amora atau penyihir put...