"Jadi Permaisuri Thanu telah menjadi buronan istana?" Ajoz dan Kaisar berada di ruang kerja Kaisar. Tadi setelah menemui Sharma, Kaisar kembali ke istana pribadinya. Di tengah jalan ia bertemu dengan Ajoz. Ternyata Ajoz sengaja datang ingin membahas sesuatu yang penting dengan Kaisar.Kaisar mengangguk membenarkan ucapan Ajoz. "Benar, Paman. Aku masih mencarinya," jawab Kaisar.
Ajoz berdekham. "Hamba melihatnya."
Kaisar langsung menegakkan badan. "Benarkah? Di mana, Paman?"
"Masih di sekitar istana. Namun sepertinya sekarang sudah dibawa pergi jauh oleh seseorang," jawab Ajoz jujur.
"Sialan. Mengapa aku selalu terlambat." Kaisar kesal. Ia seperti seorang yang bodoh. Tidak bisa melakukan apa-apa.
Ajoz merapikan jubahnya. "Anda harus segera memulihkan kekuatan Anda."
Kepala Kaisar yang tadi sedikit menunduk langsung terangkat begitu mendengar ucapan Ajoz barusan. Matanya menatap Ajoz namun pikirannya melalang buana entah kemana. "Maksud Paman aku harus ...."
Ajoz mengangguk. Ia yakin Ramon telah mengatakan cara melepas segel kekuatan Kaisar. "Benar, Yang Mulia. Tidak ada cara lain. Anda dan Amora adalah satu. Untuk membentuk kekuatan yang besar, Anda harus bersatu dengan Sharma."
Kaisar mengalihkan pandangan ke arah lain. "Tidak bisa. Aku ... sepertinya aku tidak bisa melakukan itu."
Ajoz mengerutkan kening. "Mengapa Yang Mulia? Jika hamba menjadi Anda, hamba akan melakukannya segera. Ini semua demi kekuatan, demi menyelamatkan semua orang."
Kaisar menatap Ajoz lagi. "Aku tidak ingin menyentuh Sharma hanya karena kekuatan. Aku tidak ingin egois."
Ajoz menghela nafas. Ia kurang setuju dengan pemikiran Kaisar. Menyentuh istri bukanlah sebuah keegoisan. Apalagi sepertinya Sharma pun menyukai Kaisar. Seandainya ia diberikan sebuah rasa cinta, ia pasti tidak akan menyia-nyiakannya. Sayangnya ia ditakdirkan tidak memiliki rasa cinta. Ia tidak akan pernah menikah karena ia hanya seorang pengasuh Amora. Ia hidup tanpa pendamping hidup.
Bagaimana caranya agar Kaisar mau melakukannya? Tiba-tiba Ajoz mendapatkan ide. Aha, aku punya ide. Aku harus memberi tahu Sharma soal ini. Hahahahahah. Kaisar pasti tidak akan bisa berbuat apa-apa.
* * * *
Satu Minggu kemudian, berita tentang Permaisuri Thanu yang telah melarikan diri tersebar ke seluruh Negeri bahkan ke negeri-negeri tetangga. Pihak istana mengabarkan Permaisuri Thanu telah ditetapkan sebagai buronan. Bagi siapa yang menemukan Permaisuri Thanu, maka akan diberi imbalan yang sangat besar. Tak hanya ditetapkan sebagai buronan, Kaisar juga telah mencopot gelar Permaisuri Thanu. Kini Permaisuri Thanu bukan lagi permaisuri, melainkan hanya seorang Thanu Liyara yang berkhianat pada Kaisar.
Pagi ini, di istana Selir, Sharma tengah menjahili kedua pelayan pribadinya. Ia ingin mencari hiburan agar tidak bosan. Akhir-akhir ini Kaisar sangat sibuk mengurus banyak masalah, terutama masalah mantan Permaisuri Thanu yang melarikan diri. Karena tidak dapat menjahili Kaisar, akhirnya para pelayannya lah yang menjadi korban.
"Nona, tolong kembalikan sepatu kami." Nora dan Wenari berlari berputar-putar di kamar Sharma untuk mendapatkan sepatu mereka.
Sharma yang lincah memang sulit untuk ditangkap. Ia naik ke atas tempat tidur, naik ke atas meja, kursi, bahkan lemari. Sharma semakin senang saat kedua pelayannya selalu gagal menangkapnya. Suara bising itupun terdengar sampai keluar kamar. Penjaga di luar hanya bisa menggelengkan kepala. Mereka sudah tahu siapa pembuat onar itu dan mereka juga sudah terbiasa.
Lama kelamaan Sharma terpojok, akhirnya ia memilih untuk keluar dari kamarnya dan berlari menyusuri koridor istana Selir. Ia terus tertawa terbahak-bahak sambil sesekali menoleh ke belakang.
Buk
Sharma terkejut bahkan sampai terjatuh karena tak sengaja menabrak seseorang. Terdengar juga suara keras dari depannya dibarengi dengan makian. Ternyata eh ternyata dia telah menabrak Selir Ghauni. Selir itu mengaduh kesakitan dan terus mengumpat.
Waduh, aku menabrak nenek lampir.
Merasa bersalah, Sharma bangkit lebih dulu lalu mengulurkan tangan pada Selir Ghauni. "Maaf, Selir Ghauni. Mari saya bantu."
Dengan kasar Selir Ghauni menepis tangan Sharma. Tatapannya sudah seperti anak panah yang siap melesat. "Aku tidak butuh bantuanmu." Selir Ghauni bangkit dengan bantuan pelayan pribadinya.
Nora dan Wenari sampai di tempat kejadian tapi tidak berani untuk mendekat. Mereka tahu Selir Ghauni seperti apa, terutama ketika marah. Dan mereka juga tahu nona mereka seperti apa. Jangankan Selir Ghauni, Kaisar saja sudah pusing menghadapinya. Kini mereka yakin akan ada perang dunia di pagi hari ini.
"Saya tidak sengaja, Selir Ghauni." Sharma berusaha sabar walaupun dihatinya ingin menyumpal mulut pedas itu dengan bubuk cabai.
"Kau pikir kau ini siapa? Ini istana, bukan tempat bermain di pinggir hutan. Jika kau ingin bermain, kembalilah ke desa busukmu itu!" Selir Ghauni memang terkenal dengan mulut pedas dan matanya yang selalu melotot jika marah. Selir lain tidak ada yang berani melawannya selain Selir Rachi, namun sayang Selir itu telah diasingkan.
Sharma tidak memiliki cukup kesabaran, ia sudah berkacak pinggang sekarang. "Heh Nenek lampir."
Nora dan Wenari memejamkan mata. Mungkin dalam hati mereka mengatakan 'aduh, pecah sudah perang ini'. Sedangkan Selir Ghauni semakin melotot mendengar hinaan dari Sharma.
"Dengarkan ini ya. Mungkin Selir-Selir lain takut padamu, tapi aku tidak. Aku bilang aku tidak sengaja, tapi kau malah marah-marah. Untuk apa wajah cantik tapi sifatnya seperti nenek lampir. Dan kau pikir ini istanamu sendiri, seenaknya melarang orang bermain di sini? Selir-Selir lain saja tidak ada yang seperti dirimu." Sharma tidak mau kalah kali ini.
"Aku adalah Selir pertama. Permaisuri Thanu sudah tidak ada sekarang. Itu artinya sebentar lagi aku akan diangkat menjadi Permaisuri. Dan kau." Selir Ghauni menunjuk Sharma tepat di depan matanya. "Kau harus mengikuti apapun yang aku katakan."
Tidak terima ditunjuk-tunjuk seperti itu, Sharma menangkap jari telunjuk Selir Ghauni lalu digigitnya dengan keras. Selir Ghauni berteriak kesakitan. "Dasar monster hutan! Awas kau!"
Selir Ghauni menarik rambut Sharma kemudian menamparnya. Tak terima ditampar, Sharma pun langsung membalas. Alhasil jambak- menjambak dan cakar-mencakar pun terjadi. Pelayan pribadi dari kedua belah pihak berusaha memisahkan mereka, namun tenaga kedua Selir itu sudah seperti tenaga badak.
Karena semakin ribut, penjaga yang berjaga di sekitar mereka pun datang dan ikut memisahkan.
"Dasar Selir dari hutan!"
"Dasar Nenek Lampir bau busuk!"
"Kau yang busuk!"
"Aku wangi. Kalau tidak percaya, cium ketiakku hah." Sharma menekan kepala Selir Ghauni ke ketiaknya. Tentu saja Selir Ghauni semakin menjadi-jadi. Dengan sekuat tenaga Selir Ghauni mendorong Sharma hingga Sharma terjatuh kebelakang.
"Nona!" Nora dan Wenari langsung melindungi Sharma yang hendak di tampar lagi oleh Selir Ghauni. Beruntung seseorang datang untuk menghentikan aksi mereka.
"Ada apa ini?"
Semuanya langsung terdiam begitu mendengar suara Kaisar.
Kaisar mau bela siapa nih? Biasanya antara Sharma dan Permaisuri Thanu, Kaisar pasti milih Permaisuri Thanu. Tapi kalau sekarang, Kaisar mau bela yang mana nih?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaisar & Sang Amora
Romance(Bukan reinkarnasi ataupun time travel, tapi dijamin seru. Jangan asal ditinggal, baca dulu minimal 10 bab, kalau menurut kalian tidak seru, saya ikhlaskan kepergian kalian wahai readers. Tapi pasti seru kok!) Sharma, seorang Amora atau penyihir put...