Menceraikan Dua Selir

18.7K 2K 41
                                    

Musik romantis berhenti bersamaan dengan Kaisar yang mengakhiri sesi dansanya dengan kecupan lembut dikening Sharma. Semuanya langsung bertepuk tangan dengan meriah. Mereka tak menyangka Kaisar bisa berdansa dengan sangat baik. Yang mereka tahu, Kaisar tak pernah mengikuti kelas seni apapun. Sejak kecil Kaisar hanya berlatih pedang, panah, serta memacu kuda. Jikapun ada, bukan seni menari, melainkan seni bela diri.

Selesai berdansa, Kaisar mengantar Sharma kembali ke tempat duduknya. "Kau pasti lelah. Istirahatlah lebih dulu."

Saat Kaisar hendak beranjak, Sharma menahan tangan Kaisar. "Yang Mulia mau ke mana?"

"Aku harus mengumumkan sesuatu selagi para tamu undangan belum pulang," jawab Kaisar dan Sharma langsung mengerti serta melepaskan tangan Kaisar.

Kaisar memperbaiki posisi jubahnya kemudian duduk di singgasana. Wajah hangat Kaisar yang tadi ditunjukkan untuk Sharma kini telah kembali ke wajah tegas nan dingin. Melihat Kaisar duduk di singgasana, semuanya langsung kembali duduk. Tapi tak lama kemudian Kaisar kembali berdiri.

"Terima kasih telah menikmati sesi hiburan yang telah aku siapkan. Sekarang aku ingin mengumumkan sesuatu yang amat sangat penting." Kaisar menoleh pada Erlanh. Lewat tatapan matanya, Kaisar meminta Erlanh melakukan sesuatu, Erlanh pun mengangguk lalu pergi keluar aula.

Kaisar menunggu Erlanh kembali. Tak lama kemudian Erlanh kembali dengan membawa dua lembar kertas yang digulung serta diikat oleh tali pita hujau. Siapapun akan langsung tahu jika surat itu berasal dari pengadilan negeri Alrancus. Di Alrancus, setiap surat yang diikat oleh pita hijau, berarti dari pengadilan. Oleh sebab itu semua orang sangat penasaran sekarang.

Erlanh menyerahkan dua gulungan kertas itu pada Kaisar. Setelah selesai, Erlanh kembali ke tempat.

Kaisar kembali berdiri tegak menghadap pada semua hadirin. "Aku telah mempertimbangkan ini dengan sangat matang. Ini mengenai dua Selirku, yakni Selir Praniva dan Selir Quina. Mereka telah lama menjadi Selirku tanpa aku lirik sedikitpun. Aku sadar bahwa aku telah bertindak tidak adil pada mereka. Mereka adalah Selir-Selir yang baik dan tak pernah menuntut apapun padaku. Sebagai Kaisar atau suami mereka, seharusnya aku menyayangi mereka juga secara adil."

Jantung Sharma berpacu dengan sangat cepat. Apakah Kaisar mengumumkan bahwa mulai sekarang Kaisar akan berjanji memperhatikan Selir-selirnya dengan adil? Tiba-tiba mata Sharma berkaca-kaca.

"Tapi aku tidak bisa. Aku tidak bisa menyayangi mereka karena wanita yang aku sayang dan cinta hanyalah Sharma, Permaisuri Sharma. Oleh sebab itu, dengan kesepakatan antara aku, kedua selirku, dan keluarga kedua selirku, aku telah menceraikan Selir-Selirku."

Air mata Sharma yang hampir jatuh langsung mengerem ditempat. Sharma mengangkat kepala dan menatap punggung Kaisar. Apa? Menceraikan?

Kaisar mengangkat dia gulungan kertas. "Ini adalah surat cerai yang resmi dikeluarkan oleh pengadilan negeri Alrancus dua hari yang lalu." Kemudian Kaisar kembali menurunkan tangan. "Aku menceraikan mereka secara baik-baik, dan akan aku pulangkan pada keluarganya secara baik-baik. Sebagai balasan karena mereka telah menjadi Selir Alrancus dengan baik, maka aku mengangkat keluarga mereka sebagai salah satu keluarga bangsawan terbaik. Aku juga telah memberikan tempat ataupun rumah yang sangat baik untuk ditempati."

Kaisar menoleh ke arah dua wanita yang duduk di antara para tamu undangan. "Silahkan kemari," panggil Kaisar.

Selir Praniva dan Selir Quina langsung bangkit dan berjalan ke arah Kaisar berdiri. Mereka pun berdiri tegak sedikit jauh dari Kaisar.

"Sekarang mereka telah lepas dari ikatan apapun, baik Selir ataupun statusnya sebagai istriku. Dan yang paling penting untuk diumumkan, mereka adalah gadis murni, sekalipun tidak pernah aku sentuh. Jadi hargai dan hormati mereka sebagaimana gadis lainnya." Maksud Kaisar adalah siapapun diperbolehkan untuk menikahi mantan Selir Kaisar karena sudah tidak ada hubungannya dengan Kaisar. Dan para mantan Selir ini pantas mendapatkan jejaka karena mereka masih gadis suci.

Kaisar menghadap dua mantan Selirnya. "Nona Praniva, Nona Quina, ini adalah surat perceraian resmi dari pengadilan." Kaisar menyerahkan surat pengadilan sesuai dengan namanya.

Dua mantan Selir Kaisar itu menerima dengan hormat. "Terima kasih, Yang Mulia," ucap dia gadis itu dengan senyum ramah.

Kemudian Kaisar menghadap pada para hadirin lagi. "Kalian adalah saksi bahwa mulai sekarang mereka bukan lagi Selirku. Mereka telah mendapatkan gelar gadisnya lagi."

Para hadirin mengangguk. Mereka memahami keputusan Kaisar yang menceraikan dua selirnya. Untuk apa memiliki Selir jika tidak pernah menyentuhnya? Keputusan Kaisar sangat bijak. Jika pernikahan dengan dua Selirnya itu tetap dipertahankan, maka akan sangat tidak adil bagi dua Selir itu. Dan Kaisar juga telah memberikan jaminan hidup tenang dan temtram berupa tempat tinggal serta derajat keluarga yang dinaikkan. Bisa dianggap semua itu sebagai kompensasi dari Kaisar.

Kaisar bernafas lega. Akhirnya ia mengakhiri semua ini dengan damai. Keluarga dari kedua Selirnya pun telah setuju dan malah sangat setuju. Mereka sangat menghargai keputusan bijak Kaisar. Kaisar juga merasa senang, akhirnya ia hanya memiliki satu wanita di dalam pernikahannya, yakni Sharma tercinta.

"Kalian boleh kembali ke tempat," ucap Kaisar mempersilahkan Praniva dan Quina untuk kembali ke tempat. Namun sebelum itu, mereka menghampiri Sharma.

"Permaisuri Sharma, maafkan hamba yang pernah mau diperintah memberikan obat pencahar itu. Terima kasih karena selama kita tinggal bersama, kita tinggal tanpa masalah apapun," ucap Praniva.

"Benar, Permaisuri. Terima kasih," ucap Quina dengan tulus.

Sharma mengangguk kemudian berdiri untuk memeluk dua mantan Selir Kaisar itu. "Sama-sama. Aku hanya sedikit menyesal karena tidak berteman baik dengan kalian sebelumnya. Ternyata kalian sangat baik. Seandainya aku tahu kalian sangat baik, pasti kita sudah sering main bersama."

"Tenang saja Permaisuri, jika Anda butuh teman bermain dan mengobrol, Permaisuri bisa menganggil kami," ucap Quina.

"Benar, kami tinggal tak terlalu jauh dari istana," tambah Praniva.

Sharma mengangguk. "Pasti. Tapi kalian jangan marah jika aku panggil tiba-tiba."

Ketiga wanita itu tertawa kecil. Setelah selesai, Praniva dan Quina kembali ke tempat, sedangkan Sharma kembali duduk di tempat duduknya.

Kaisar menghampiri. "Apakah kau senang?" tanya Kaisar.

Sharma kembali berdiri kemudian memeluk Kaisar. "Terima kasih telah menepati janji, Yang Mulia. Kini hamba benar-benar merasa telah menjadi satu-satunya wanita yang Yang Mulia cintai."

Kaisar membalas pelukan Sharma. "Ya, kini aku adalah milikmu seorang."

Yeay akhirnya Kaisar bener-bener jadi milik Sharma seorang. Akhirnya urusan Selir udah diselesaikan dengan damai nih. Udah sama-sama ikhlas semuanya. Eits, tapi ini belum tamat ya Guys. Masih ada lagi.

Kaisar & Sang AmoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang