Usaha Pertama

23.2K 2.3K 55
                                    

Keesokan harinya, pada malam hari, di kamar Sharma, Wenari dan Nora sedang sibuk merias Sharma. Sejak matahari terbenam hingga kini mereka belum kunjung selesai. Pada awalnya mereka merias dengan model anggun, dengan tatanan dan riasan yang sederhana. Akan tetapi Sharma bilang tidak puas dan memerintahkan mereka mengubah riasannya. Sudah berkali-kali mereka mengubah riasan Sharma. Dari rambut yang digelung, dikepang dua, dikepang satu, dan lain-lain. Dan sepertinya ini adalah yang terakhir.

"Sudah?" tanya Sharma sambil tersenyum lebar di depan cermin.

Wenari dan Nora mengangguk bersamaan. "Sudah, Nona."

Sharma memonyongkan bibirnya seperti ingin mencium seseorang. "Muach. Pasti Kaisar langsung tergoda."

Wenari dan Nora saling berpandangan kemudian menggeleng. Mereka melakukan itu di saat Sharma tak melihat mereka.

Sharma berdiri. "Sekarang aku akan pergi ke istana Kaisar. Kalian tak perlu mengkhawatirkan aku jika aku tidak pulang sampai pagi. Aku akan bersama Kaisar." Kemudian dengan langkah ceria, Sharma meninggalkan kamarnya.

Wenari dan Nora kembali menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu akan seperti apa reaksi Kaisar nanti," ucap Wenari.

Nora mengangguk. "Aku hanya takut nanti nona kita sedih saat Kaisar menolaknya."

Wenari mengangguk. "Tapi riasan seperti itu yang diinginkan nona kita." Mereka berbicara sambil menatap kepergian Sharma. Mereka hanya berdoa semoga pulang-pulang Sharma tidak menangis dan mengamuk.

Di lain tempat, Kaisar dan Permaisuri Ghauni sedang jalan berdua. Mereka berdua baru saja kembali dari istana utama. Mereka baru selesai menyambut tamu kerajaan yang mampir sebentar untuk istirahat sebelum meneruskan perjalanan ke tempat tujuan. Tamu kerajaan itu sudah kembali pergi, maka dari itu Kaisar langsung kembali ke istana pribadinya. Ia akan segera bekerja lagi

Permaisuri Ghauni berjalan dengan anggun di sisi Kaisar yang berjalan dengan tegap. Sesekali Permaisuri Ghauni mengajak Kaisar berbincang dan dibalas oleh Kaisar dengan kata-kata singkat. Walaupun demikian, Permaisuri Ghauni tetap sangat senang. Akhirnya ia memiliki waktu berduaan dengan Kaisar.

"Yang Mulia, minuman apa yang Yang Mulia sukai?"

Kaisar melirik sekilas kemudian menggeleng. "Tidak ada. Semuanya sama bagiku."

"Kalau begitu-"

"Yang Mulia!"

Cring cring cring

Gemerincing gelang dan kalung berbunyi seiring dengan lari kecil yang dilakukan oleh Sharma. Permaisuri Ghauni menatap tak percaya pada penampilan Sharma sekarang. Sedangkan Kaisar rasanya ingin memegang jantungnya karena terkejut, namun wajah datarnya tetap bertahan di wajah tampan itu.

Bagaimana kedua orang itu tidak terkejut, penampilan Sharma sangat berbeda dengan penampilan yang biasanya.  Gaun berwarna merah menyala, gelang yang memenuhi kedua pergelangan tangannya, kalung yang berlapis-lapis, rambut yang digerai tanpa dijepit, bibir merah berkilau, pipi pink merona, serta anting yang besar. Jika boleh dikatakan, Sharma lebih mirip ondel-ondel.

"Sharma apa yang kau kenakan?" tanya Kaisar saat Sharma sudah berdiri di hadapannya.

Sharma tersenyum manis kemudian berputar untuk menunjukkan penampilannya yang sangat 'memukau'. "Cantik bukan?" Sharma mengedipkan sebelah matanya setelah selesai berputar.

"Pfft." Permaisuri Ghauni menahan tawanya. "Penampilan ini tidak cocok dengan mu, Selir Sharma. Kau malah terlihat aneh."

Sharma langsung cemberut sambil menatap tajam pada Permaisuri Ghauni.
Kaisar menatap Permaisuri Ghauni dengan tajam untuk memperingati. Setelah Permaisuri Ghauni diam, Kaisar menatap Sharma lagi. "Hm. Bagus." Kaisar terpaksa memuji. "Ini sudah malam, mengapa kau masih berkeliaran?"

Kata 'berkeliaran' sedikit tidak enak didengar, akan tetapi Sharma berusaha untuk tidak mempermasalahkannya. "Hamba tidak bisa tidur, Yang Mulia. Apakah Yang Mulia mau menemani hamba?"

Permaisuri Ghauni mengepalkan tangannya. Ia tahu Kaisar sangat peduli pada Sharma. Ia khawatir Kaisar akan mengikuti keinginan Selir ke-enam yang kini telah berubah posisi menjadi Selir ke-tiga. Selir Rachi sudah tidak menjadi Selir Kaisar lagi, Selir Lira sudah mati dan dirinya sudah diangkat menjadi Permaisuri. Kini Kaisar hanya memiliki tiga Selir.

"Aku tidak bisa," tolak Kaisar dengan tegas. "Aku akan berkerja malam ini."

Sharma mengerucutkan bibirnya setelah mendengar jawaban Kaisar. Padahal ia sudah berias hingga kandas, tapi nyatanya Kaisar masih tidak tertarik. Lalu apalagi yang harus ia lakukan?

Aha! Aku punya ide!

"Aduh! Perutku." Tiba-tiba Sharma membungkuk sambil memegangi perutnya. "Yang Mulia, perut hamba sakit sekali. Bisakah Yang Mulia menemani hamba?" Sharma memasang wajah memelas sekarang.

Kaisar ingin sekali menjitak kepala Sharma. Gadis itu tidak cocok berakting, aktingnya hancur sekali.

Permaisuri Ghauni ingin sekali membentak Sharma agar tidak bersandiwara lagi, tapi sekarang ada Kaisar, ia harus terlihat anggun dan lembut. "Ingin aku antar ke rumah pengobatan?" tanya Permaisuri Ghauni dengan lembut.

Sharma langsung berdiri tegak sambil memasang wajah galak yang sebenarnya tidak terlihat galak sama sekali. "Tidak. Tidak perlu."

Kaisar menghela nafas panjang. Menghadapi Sharma memang tidak akan pernah ada habisnya. Kaisar maju selangkah, setelah jaraknya dengan Sharma tinggal setengah meter lagi, tangan Kaisar terulur untuk mengacak rambut depan Sharma dengan gemas. "Sharma pergilah tidur. Sudah malam. Aku masih harus bekerja."

Permaisuri Ghauni mengepalkan tangan. Mengapa suasananya jadi romantis? Akan tetapi harus diketahui bahwa bagi dirinya suasana ini sangat panas untuk hatinya.

"Jangan lupa sebelum tidur bersihkan riasanmu. Dan Permaisuri, pergilah istirahat di istanamu." Kemudian Kaisar berjalan menuju istana Pribadinya.

Kaisar berjalan melewati Sharma kemudian disusul oleh Permaisuri Ghauni. Sambil lewat, Permaisuri Ghauni menunjukkan seringai licik penuh kemenangan pada Sharma. Tadinya Sharma ingin menyerah dan memilih sakit hati, namun karena melihat senyum itu, semangat tempur kembali meronta-ronta.

Sharma mengikuti Kaisar dari belakang. Di persimpangan, Permaisuri Ghauni berbelok untuk pergi ke istananya. Permaisuri Ghauni tidak tahu bahwa Sharma mengikuti Kaisar. Jika ia tahu, mungkin ia akan melakukan apapun untuk membuat Sharma menjauh dari Kaisar.

Begitu sampai di depan pintu utama, Kaisar berbalik karena tahu Sharma mengikuti nya. Kaisar bahkan mengabaikan penjaga yang memberikan hormat.

"Ada apa lagi?" tanya Kaisar sambil menatap dingin.

Sedangkan Sharma masih belum naik ke teras. Sharma berhenti di anak tangga pertama. "Yang Mulia tidak mau menemani hamba?" tanya Sharma dengan wajah memelas. Siapa yang sampai hati menolak ekspresi wajah yang imut itu? Tentu saja hanya Kaisar lah orangnya.

"Tidak. Pergilah tidur." Kaisar berbalik untuk masuk.

"Jika Yang Mulia tidak mau, maka hamba akan terus menunggu di sini." Sharma benar-benar akan menjadi seseorang yang keras kepala.

Kaisar berhenti sebentar. "Terserah apa maumu." Kaisar pikir Sharma tidak akan sekeras kepala itu. Ia yakin baru beberapa menit saja Sharma sudah berlari kembali ke istana Selir karena mengantuk dan kedinginan.

Setelah ini, ada yang seruuu.

Kaisar & Sang AmoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang