Ternyata Memang Rencana Sharma

15.8K 1.8K 33
                                    

Istana heboh karena Sharma dijebloskan ke dalam penjara dan mendapatkan cambukan 100 kali. Walaupun mereka mengakui bahwa tindakan Sharma gegabah, akan tetapi mereka tidak setuju jika Sharma mendapatkan hukuman yang begitu berat. Apalagi sekarang Sharma sedang mengandung. Menjatuhkan hukuman dengan  menyiksa fisik wanita hamil tidak diperbolehkan di negeri Alrancus.

Akan tetapi walaupun mereka tidak setuju, tidak ada satupun dari mereka yang berani menegur Permaisuri Ghauni. Mereka sangat takut pada ayah Permaisuri Ghauni yang seorang penasihat hukum. Jika Penasihat hukum saja tidak mengkoreksi Permaisuri Ghauni, itu artinya akan percuma jika mereka protes. Alhasil mereka hanya bisa bergosip saja.

Ctak!

"Akh!" Sharma menangis tersedu-sedu. Seluruh tubuhnya terasa sangat sakit. Ia tidak bisa berkutik saat tubuhnya mendapatkan cambukan. Baik tangan dan kakinya, semuanya diikat rantai di satu tiang besar.

Algojo tetaplah algojo, tak akan pernah tersentuh hatinya walaupun Sharma menangis darah. Ia hanya menjalankan tugasnya tanpa melihat status siapa yang dihukum.

Setelah sampai seratus kali, algojo itu langsung meninggalkan Sharma di penjaga yang sempit dan gelap itu. Sharma meringis sakit. Sebenarnya bisa saja ia mengeluarkan kekuatannya, akan tetapi ia tak ingin membuat orang-orang terkejut dan berpikir bahwa ia adalah penyihir gelap.

"Sabar ya Sayang. Kita harus berkorban sedikit untuk menjatuhkan nenek lampir itu. Setelah ayahmu pulang, pasti dia tidak akan mengampuni nenek lampir itu." Kali ini Sharma tak mengusap perutnya saat berbicara, tangan dan kakinya masih terikat. Ternyata ia memiliki rencana tersendiri dibalik dirinya yang tak melawan.

Namun jujur, ia menyuruh penjaga pulang tidak ada sangkut pautnya dengan rencana ini. Ia memang merasa kasihan pada penjaga yang harus menahan rindu pada keluarganya. Ia sudah merasakannya, jadi ia bisa mengerti.

Di lain tempat lain. Ajoz langsung masuk ke dalam kamar Sharma menggunakan jurusnya agar tak diketahui oleh para penjaga. Namun sesampainya di kamar Sharma, Ajoz tak melihat siapapun. Huh, akhirnya bersembunyi hanya menjadi sia-sia. Ujung-ujungnya ia harus bertemu dengan penjaga untuk bertanya mengenai Sharma.

Ajoz keluar menuju pintu utama. "Kalian." Ajoz memanggil satu penjaga yang menjaga pintu utama.

Penjaga itu menoleh kemudian membungkuk. "Saya, Tuan."

Ajoz menoleh ke kanan dan ke kiri. Ada yang aneh. Penjaga istana Kaisar berkurang setengahnya. "Mana yang lain? Mengapa sepi sekali?" tanya Ajoz.

Penjaga itu membungkuk. "Selir Sharma menyuruh mereka yang sudah beristri untuk pulang ke keluargaannya. Selir Sharma mengatakan bahwa dia mengerti betapa rindunya mereka, dan dengan berbaik hatinya Selir Sharma menyuruh mereka semua pulang. Akan tetapi ...."

Ajoz menantikan kata selanjutnya.

"Permaisuri Ghauni memenjarakan Selir Sharma dan memberikan hukuman 100 cambukan setiap harinya."

Ajoz langsung melotot. Tangannya terkepal kuat. Berani-beraninya Permaisuri yang satu itu melukai keponakan yang sudah ia anggap sebagai anak sendiri. Selama hidup, ia tidak pernah membiarkan Sharma terluka sedikitpun. Bahkan Ajoz sering mengurung Sharma di dalam rumah agar Sharma tak bermain sembarangan yang mengakibatkan keponakannya itu terluka.

"Berani-beraninya Permaisuri itu!" Ajoz tampak sangat marah.

Penjaga itu langsung membungkuk. "Tak ada satupun yang bisa menentang, Tuan. Keputusan Permaisuri Ghauni untuk saat ini adalah mutlak seperti keputusan Kaisar."

Tanpa berbicara lagi, Ajoz langsung pergi.

Di depan penjara tempat Sharma dikurung, Wenari, Nora, dua penjaga Sharma yang kini diketahui bernama Arclen dan Kel sedang duduk lesehan di lantai yang dingin. Mereka dengan setia menunggu Sharma. Wenari dan Nora sejak tadi menangis, apalagi setelah mendengar teriakkan pilu Sharma dari dalam sana. Mereka sudah berjanji pada diri mereka sendiri bahwa mereka akan menunggu Sharma sampai Sharma bebas dari penjara. Walaupun mereka tak tahu entah sampai kapan, namun mereka akan tetap bertahan. Hingga datangnya Ajoz membuat mereka bangkit.

"Sharma di mana?" tanya Ajoz.

Wenari menunjuk arah. "Di dalam, Tuan."

Ajoz langsung berjalan masuk. Di tengah menyusuri lorong, Ajoz dihadang oleh dua penjaga penjara. Ajoz langsung menatap tajam pada penjaga itu. "Minggir!"

Dua penjaga itu kelihatan tidak takut. Mereka memang dilatih untuk tidak takut pada siapapun. "Permaisuri Ghauni menegaskan, seorangpun tidak boleh menjenguk Selir Sharma."

Ajoz mengepalkan tangan. Dengan tangan kosong Ajoz menyingkirkan pedang yang menghalangi jalan sambil melayangkan tendangan pada dua penjaga itu. "Aku bilang menyingkir!" bentak Ajoz.

Dua penjaga itu jatuh ke tanah dengan terkejut. Mereka tidak menyangka Ajoz memiliki kekuatan yang begitu besar. Mereka pikir Ajoz hanya pria tua yang tangannya hanya tahu menumbuk ramuan saja. Tak disangka hanya dengan sekali gerakan, mereka sudah jatuh seperti ini.

Tak peduli lagi, Ajoz langsung melangkahi kedua penjaga itu. Sebelum berlalu, Ajoz berbalik sebentar. "Aku pastikan kalian tidak akan lolos dari Kaisar. Aku akan melaporkan ini pada Kaisar."

Wajah mereka langsung pucat pasi.

Setelah menelusuri penjara, akhirnya Ajoz menemukan tempat Sharma. Tanpa membutuhkan kunci, Ajoz langsung masuk menembus jeruji baja yang tebal. "Sharma." Ajoz terlihat sangat khawatir melihat kondisi Sharma. Ia langsung memburu Sharma yang sedang terduduk lemas di lantai.

Sharma mengangkat kepala dan tersenyum. Ia senang melihat Ajoz kembali. Apakah itu artinya Kaisar sudah kembali? "Paman."

Ajoz memeluk Sharma sambil mengusap kepala keponakannya. "Sebentar, paman akan mengobati lukamu dulu."

Belum sempat Ajoz melakukan sesuatu, Sharma menghentikannya. "Jangan, Paman."

Ajoz mengerutkan kening. "Kenapa?"

"Aku sengaja membiarkan aku dicambuki. Seharusnya aku bisa melawan, bukan? Nah, aku sengaja membiarkan tubuhku terluka dan masuk penjara. Saat Kaisar tahu masalah ini, aku yakin tak ada ampun lagi untuk Permaisuri Ghauni."

Ah, kini Ajoz mengerti. Tapi ia tidak mengerti dengan otak Sharma. "Apakah tidak ada cara lain sehingga kau harus rela terluka? Ini pasti sangat menyakitkan. Apalagi sekarang ada anak di dalam kandunganmu."

Sharma menggeleng. "Ada, tapi ini adalah waktu yang tepat."

Ajoz menggeleng. "Tidak. Justru ini waktu yang sangat tidak tepat."

Kini giliran Sharma yang bingung. "Maksud, Paman?"

"Kaisar dalam bahaya."

Deg!

"Katakan dengan jelas, Paman!" Sharma mulai emosi. Kemarin pamannya itu berkata bahwa Kaisar baik-baik saja. Tapi mengapa sekarang mengatakan Kaisar dalam bahaya? Bukankah pamannya mengatakan bahwa Kaisar hanya mengatasi masalah kecil?

Ajoz menunduk. "Maafkan paman, Sharma. Paman telah berbohong. Yang sebenarnya terjadi adalah, Kaisar mencari Haikal sendirian bersama dengan Ader. Kemudian Kaisar menghilang dan didapati sekarang berada di dalam dunia iblis. Haikal telah berubah menjadi monster iblis dan sulit bagi Kaisar untuk mengalahkan Haikal. Kami tidak ada yang bisa membantu Kaisar karena kami tidak bisa masuk ke dalam dunia iblis."

"Mengapa aku tidak tahu masalah ini?"

Ajoz mengangkat kepala. "Maafkan paman lagi. Paman telah menyelimuti Istana ini dengan mantra agar kau tak bisa merasakan kekuatan besar di luar sana. Agar kau tak bisa menerawang keberadaan Kaisar dan masalah yang sedang dihadapinya."

Bukannya marah, Sharma malah menangis seperti anak kecil. "Paman jahat. Mengapa tidak memberitahu aku!"

"Sekarang bukan waktunya untuk membahas itu. Kau harus membantu Kaisar segera."

Yeay! Akhirnya malam ini akan ada double up Guys! Makasih banyak untuk kakak semua yang udah bersabar dan setia menunggu cerita ini. Love you Guys🥰🥰🥰😘

Kaisar & Sang AmoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang