Seperti apa yang diperintahkan oleh Kaisar. Pagi ini Sharma sudah memboyong barang-barangnya ke istana pribadi Kaisar. Di istana Kaisar, Sharma menempati kamar yang bersebelahan dengan Kaisar. Bukan dipisah, hanya saja pelayan Sharma dilarang masuk ke dalam kamar Kaisar. Jadi ketika tidur di kamar Kaisar, tapi jika ingin sekedar santai di kamar, Sharma akan menempati kamarnya sendiri dan membawa pelayannya ke dalam.
Sementara penjaga kamar Sharma yang sebelumnya, akan ditugaskan mengawal Sharma jika bepergian keluar. Hal ini diatur Kaisar demi keamanan Sharma. Selain itu, para penjaga kamar Sharma lah yang meminta tugas itu. Mereka merasa berat hati harus berpisah dengan Sharma. Itulah bukti besarnya kesetiaan pelayan dan penjaga Sharma.
Sebenarnya Sharma tidak memerlukan penjagaan dari pengawal karena Sharma memiliki kekuatan. Akan tetapi tidak mungkin kan Sharma menunjukkan kekuatannya di dalam istana?
Kini Sharma sedang berjalan dengan riang di dalam istana Kaisar. Ia sedang menyusuri seluruh ruangan istana pribadi Kaisar untuk mengenali setiap sudut. Sebelum-sebelumnya ia tidak pernah dan tidak pernah berpikir untuk jalan-jalan di dalam istana pribadi Kaisar yang sangat mewah. Sekarang ia tinggal di istana Kaisar, itu artinya istana Kaisar menjadi istananya juga. Oleh karena itu ia berhak berjalan ke manapun yang ia kehendaki.
"Istana Kaisar benar-benar megah dan mewah," puji Sharma sambil terus berdecak kagum.
Wenari dan Nora yang mengikuti Sharma hanya tersenyum. Sebenarnya kaki mereka gemetar sejak tadi. Bagaimana tidak, ini kali pertama ada pelayan biasa seperti mereka yang menginjakkan kaki ke dalam istana Kaisar. Semua pelayan tidak ada yang tahu seperti apa isi istana Kaisar. Hanya mereka sajalah yang beruntung.
"Nanti kita main-main di sini ya," ucap Sharma lagi sambil tersenyum lebar.
"Peraturan di sini tidak boleh membuat keributan." Tiba-tiba muncul Kaisar sehingga membuat Wenari dan Nora terkejut. Mereka lupa, di sini mereka akan terus bertemu dengan Kaisar.
"Hormat kami Yang Mulia Kaisar Negeri Alrancus." Wenari dan Nora membungkuk hormat.
Kaisar hanya mengangguk sambil melangkah mendekati Sharma. Kini Kaisar berhadapan dengan Sharma. "Jika ada keributan, maka ...."
"Akan dihukum?" potong Sharma.
Kaisar menggeleng. "Tidak."
"Jadi?" tanya Sharma bingung.
Kaisar mendekat satu langkah lagi hingga jarak mereka hampir habis. "Akan aku kurung di dalam kamarku selama seharian penuh."
Wenari dan Nora langsung menunduk untuk menyembunyikan senyum mereka. Pikiran mereka langsung melalang buana entah kemana.
Bukannya takut, Sharma malah berjingkrak senang sambil bertepuk tangan. "Asik. Kalau begitu hamba akan selalu membuat keributan." Ternyata pikiran Sharma satu frekuensi dengan kedua pelayanannya.
Kaisar menghela nafas lalu menyelintik kening Sharma. "Otakmu harus dibersihkan." Setelah menyelentik, Kaisar langsung mengusap bekasnya. Seolah-olah tadi tak sengaja. "Dikurung sambil mengepel dan membersihkan kamar. Kemudian mengisi kolam mandi, mencuci pakaian, dan melipatnya."
Wenari dan Nora yang masih menunduk tertawa dalam diam. Mereka mati-matian menahan tawa. Ternyata Kaisar mereka tidak mesum seperti yang mereka kira. Kaisar memang selalu tegas.
Sharma mengerucutkan bibir. "Yang Mulia tega sekali."
Kaisar mencomot bibir Sharma yang mengerucut. "Maka dari itu jangan membuat keributan di istana pribadiku."
"Hormat hamba Yang Mulia Kaisar Negeri Alrancus." Erlanh datang menghadap. Kaisar dan yang lain langsung menoleh. "Yang Mulia, prajurit dari setiap perbatasan sudah kembali. Tuan Ader, dan Tuan Azoch sudah sampai."
Terlihat ekspresi Kaisar langsung berubah kelam. "Aku akan menemui semua pasukan untuk mengapresiasi kerja mereka. Setelah itu panggil Ader ke ruanganku. Untuk Azoch, katakan padanya datang ke lapangan pelatihan di dekat hutan nanti malam. Aku akan menemuinya di sana."
Erlanh membungkuk lagi. "Baik, Yang Mulia."
Kaisar kembali menatap Sharma. "Aku akan pergi ke gerbang. Berkelilinglah sepuasnya. Tapi ingat, jangan membuat keributan. Aku tidak memiliki waktu untuk mengurus keributan yang kau buat."
Sharma mengangguk semangat. Tidak apa ditinggal Kaisar, yang penting ia bisa berkeliling sepuasnya. Setelah itu Kaisar pergi dengan dikawal oleh Erlanh.
* * * *
Angin malam berhembus kencang karena sepertinya hujan akan turun beberapa saat lagi. Petir sudah menyambar-nyambar dan pohon-pohon bergoyang kesana kemari karena tertiup angin. Namun walaupun hujan badai akan datang, dua pria berjubah yang saling berhadapan tak gentar sedikitpun. Mereka berdua berhadapan dengan jarak yang cukup jauh dan juga tetap tegak walaupun angin menerpa mereka.
Salah satu diantara mereka mengenakan jubah hitam dengan penutup kepala jubah, sedangkan yang satu lagi mengenakan jubah hitam corak emas. Keduanya saling berpandangan dengan tatapan yang tajam dan lurus. Di pundak pria berjubah hitam itu ada elang hitam yang juga menatap tajam.
"Jadi Anda telah tahu siapa hamba?" ucap pria berjubah hitam itu yang hanya terlihat bibir dan rahangnya saja. Pria itu tertawa. "Hamba tidak menyangka akan secepat ini."
Kaisar menatap Azoch dengan manik hitamnya yang semakin tajam. "Ya. Kau adalah anak laki-laki berjubah hitam itu. Anak laki-laki yang mendorongku ke danau, menyegel kekuatanku, mengambil Indra keenamku, memasukkan indera ke-enamku pada elang hitam itu, kemudian mengaku-ngaku sebagai orang yang telah menyelamatkan diriku. Dan sialnya, aku percaya padamu dan malah menjadikan dirimu sebagai pengawal pribadiku pada saat itu dan juga menjadikanmu mata-mata. Aku bahkan tidak mencurigai mengapa burung elang hitam itu bisa diajak bicara dan memiliki indra keenam yang begitu tajam. Ternyata itu adalah indra keenamku."
Azoch tertawa. "Anda memang Kaisar yang bodoh. Permaisuri Thanu yang aslinya memiliki wajah jelek saja Anda tidak tahu. Ditambah lagi, dengan santainya mengangkat penyihir hitam bernama Lira sebagai Selir Anda."
"Itu karena kau!" Kaisar mengepalkan tangannya.
Ya, semuanya karena Azoch. Seandainya Azoch tidak menyegel kekuatan dan tidak mengambil indra ke-enamnya, pasti ia tidak akan tertipu oleh pengkhianat Thanu dan Lira. Ia pasti akan mengetahui siapa penyihir hitam yang telah membunuh ibunya dan juga memengaruhi emosinya. Ia juga tidak akan pernah menjadikan Thanu sebagai Permaisuri dan akan tahu dengan cepat bahwa Sharma adalah Amora. Semuanya terjadi karena kekuatannya tersegel. Dan yang menyegelnya adalah Azoch. Pria antah-berantah yang memiliki kekuatan hitam.
"Ya. Karena hamba, Yang Mulia. Tapi hamba melakukan itu karena Yang Mulia." Azoch malah melemparkan sebab semuanya pada Kaisar. "Jika bukan karena Yang Mulia. Hamba tidak akan diusir dari istana."
Kaisar mengerutkan kening.
"Jika bukan karena kelahiran Yang Mulia, hamba tidak akan tersingkir dan dibuang." Azoch membuka penutup kepalanya. Kini Kaisar bisa melihat wajah Azoch. Wajah tampan dengan kulit putih pucat, rambut putih, hidung mancung, dan ... Apa-apaan ini? Mengapa wajah Azoch mirip dengan wajah ....
"Hamba Azoch Arnold, putra pertama Kaisar Shadnan dengan Selir simpanannya, Selir Naomi."
Oh My God😱
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaisar & Sang Amora
Romance(Bukan reinkarnasi ataupun time travel, tapi dijamin seru. Jangan asal ditinggal, baca dulu minimal 10 bab, kalau menurut kalian tidak seru, saya ikhlaskan kepergian kalian wahai readers. Tapi pasti seru kok!) Sharma, seorang Amora atau penyihir put...