Erlanh mengikuti Kaisar dari belakang. Ia baru saja selesai mengawal Kaisar di rapat tadi. Rapat berlangsung sangat lama, dari pagi hingga hampir petang. Kini Kaisar akan kembali ke istana pribadinya untuk beristirahat sebentar sebelum nanti memeriksa beberapa laporan.
Kaisar berjalan di depan Erlanh dengan sangat gagah. Tapi kemudian langkah Kaisar berhenti sesaat sebelum akhirnya kembali melangkah lebih cepat. Anehnya Kaisar berbelok ke kiri. Seharusnya Kaisar berbelok ke kanan karena itulah arah yang benar untuk sampai ke istana Kaisar.
Erlanh pun mengikuti dari belakang. "Ada apa Yang Mulia? Anda mau ke mana?"
Kaisar masih terus berjalan tanpa menoleh sedikitpun. Langkah Kaisar sangat tergesa. "Aku melihat tabib istana berjalan ke arah istana Selir. Aku merasa Selir Sharma dalam masalah."
Kaisar begitu peduli pada Selir Sharma. Selir Sharma memang sangat istimewa.
Tak membutuhkan waktu lama, akhirnya mereka sampai di istana Selir. Kaisar langsung menuju kamar Sharma. Di sana ada Wenari dan Nora yang berdiri di depan pintu kamar Sharma. Kedatangan Kaisar disadari oleh semua orang sehingga semuanya memberikan penghormatan kecuali tabib istana yang sedang memeriksa Sharma.
"Hormat kami Yang Mulia Kaisar Negeri Alrancus."
Tak mempedulikan semuanya, Kiasar langsung masuk ke dalam kamar Sharma yang pintunya terbuka. Setelah Kaisar masuk, Erlanh menunggu di luar bersama dua penjaga dan dua pelayan Sharma. "Ada apa dengan Selir Sharma?" tanya Erlanh penasaran.
"Kami tidak tahu, Tuan. Selir Sharma sejak tadi siang terus buang air besar hingga badannya sangat lemas."
Sedangkan di dalam kamar Sharma. Tabib baru saja memeriksa Sharma dan terkejut melihat sosok Kaisar. Tabib istana langsung memberikan hormat. "Hormat hamba Yang Mulia Kaisar Negeri Alrancus. Ampun Yang Mulia."
Kaisar langsung duduk di tepi ranjang dan mengulurkan tangan untuk mengusap kening Shafma yang berkeringat dingin. "Ada apa dengannya? Apakah dia sakit?"
Sharma hanya diam sambil terus meringis. Ia menahan rasa mulasnya sejak tadi. Kini rasa mulas itu tidak hanya sekedar rasa mulas, tapi juga sangat sakit. Mungkin karena sudah berkali-kali buang air besar.
"Ampun Yang Mulia. Sepertinya Selir Sharma memakan sesuatu seperti ramuan pencahar. Dan sepertinya diberikan dalam dosis yang sangat tinggi. Tapi tenang Yang Mulia, hamba telah memberikan ramuan penawarnya. Untuk pertama mungkin hanya bisa menghentikan tekanan ingin buang air besar, kemudian rasa sakitnya akan berangsur-angsur hilang," jelas tabib Istana tanpa berani mengangkat kepala.
Kaisar mengepalkan tangan. "Pelayan Selir Sharma! Kalian berdua kemari!" Kaisar berbicara keras sekali hampir menyerupai bentakan.
Wenari dan Nora langsung masuk dan langsung bersujud. "Ampun Yang Mulia."
Kaisar berdiri dan menatap kedua pelayan Sharma secara bergantian dengan tatapan tajamnya. "Apa yang kalian berikan pada Selir Sharma?!"
Nora bergetar. Tadi ia yang menerima dan memberikan makanan dari Selir Praniva. Tamatlah sudah. "Ampun Yang Mulia. Hamba dan Wenari tidak memasak apa pun yang bisa membahayakan kesehatan Selir Sharma. Tapi tadi siang, hamba menerima makanan dari Selir Praniva dan memberikannya pada Selir Sharma. Berselang beberapa saat, Selir Sharma langsung sakit perut. Ampun Yang Mulia. Ini kesalahan hamba. Mohon Yang Mulia memberikan keringanan."
Mata Kaisar semakin gelap. "Makanan dari Selir Praniva?"
Nora mengangguk. "Benar, Yang Mulia. Sebuah manisan. Selir Praniva mengatakan bahwa hari ini dia berulang tahun. Oleh sebab itu Selir Praniva membagikan makanan."
Kaisar mengetatkan rahangnya dan mengepalkan tangan. "Aku tidak akan mengampuni siapapun yang membuat Sharma sakit seperti ini. Termasuk kau." Kaisar menunjuk Nora.
Nora langsung menangis. "Ampun Yang Mulia. Tolong Ampun kesalahan hamba."
Wenari pun kembali membungkuk. "Yang Mulia. Ini kesalahan hamba juga yang tak bisa menjamin keamanan makanan Selir Sharma. Jika Anda menghukum Nora, tolong hukum hamba juga."
"Kalian berdua-"
"Yang Mulia." Sharma bangun saat perutnya sedikit membaik.
Kaisar menoleh.
"Tolong jangan hukum pelayan hamba. Mereka tidak bersalah. Mereka sangat setia kepada hamba dan mereka sudah seperti teman bahkan seperti saudari hamba sendiri. Tolong maafkan kelalaian mereka," Sharma memohon dengan wajah pucat.
Kaisar menghela nafas. Jika memang itu kemauan Sharma, ia akan memaafkan kedua pelayan Sharma yang mungkin memang baik dan hanya sekali ini melakukan kelalaian. Akan tetapi ia tidak akan memaafkan pelayan Selir Praniva dan Selir Praniva itu sendiri. "Baiklah."
Nora dan Wenari membungkuk lagi. "Terima kasih Yang Mulia. Terima kasih."
Kaisar kembali duduk di samping Sharma. Kaisar mengusap kepala Sharma dengan lembut. "Sudah membaik?" tanya Kaisar dan langsung mendapat anggukan dari Sharma.
Kaisar menarik nafas lega kemudian menoleh pada Erlanh. "Setelah ini panggil Selir Praniva dan pelayanannya ke pengadilan!" titah Kaisar tegas.
Erlanh membungkuk. "Baik, Yang Mulia. Akan segera hamba laksanakan."
Setelah Erlanh pergi, Kaisar memerintahkan kedua pelayan Sharma untuk bangkit. "Apakah masih sakit?" tanya kaisar pada Sharma.
Sharma mengangguk. "Sedikit Yang Mulia. Tapi sudah lebih baik."
"Aku akan pergi sebentar mengurus masalah ini. Setelah selesai aku akan kembali. Beristirahat." Kemudian Kaisar berdiri. "Kalian berdua, jaga Selir Sharma baik-baik."
Kedua pelayan Sharma mengangguk. "Baik, Yang Mulia."
* * * *
"Ampun Yang Mulia. Hamba hanya diperintah." Di tengah-tengah ruang pengadilan, Selir Praniva bersujud sambil menangis. Ia sangat ketakutan. Kaisar berkata dirinya akan dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah. Siapapun tahu seperti apa itu penjara bawah tanah. Siapapun yang masuk ke sana pasti lebih menginginkan kematian dari pada hidup di sana.
Kaisar tampak sedikit terkejut, begitu pula dengan para jaksa. "Siapa yang menyuruhmu?" tanya Kaisar dengan tegas.
Selir Praniva menangis lagi. Padahal tadi ia sudah berjanji jika ia tertangkap ia tidak akan menyebut orang yang memerintah dirinya. Akan tetapi mengingat jika tidak jujur maka ia akan masuk penjara bawah tanah, ia memilih menyeret wanita itu. Disini dirinya hanya disuruh, tidak lebih dari itu.
"Jawab!" bentak Kaisar agar Selir Praniva mau berterus terang.
"Ampun Yang Mulia. Yang menyuruh hamba adalah ... Permaisuri Ghauni."
Seisi ruangan langsung terkejut. Kecuali Kaisar yang sudah tahu bahwa Permaisuri Ghauni mungkin saja bisa melakukan hal itu. Kaisar mengepalkan tangan.
"Seret Permaisuri Ghauni ke mari!" titah Kaisar lebih tegas.
Wedew! Gimana nasib Permaisuri Ghauni kedepannya ya? Habisnya sih cari masalah sama Sharma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaisar & Sang Amora
Romance(Bukan reinkarnasi ataupun time travel, tapi dijamin seru. Jangan asal ditinggal, baca dulu minimal 10 bab, kalau menurut kalian tidak seru, saya ikhlaskan kepergian kalian wahai readers. Tapi pasti seru kok!) Sharma, seorang Amora atau penyihir put...