Sharma terkejut dan tak sengaja tangannya mendorong sosok hitam yang tiba-tiba menyerang. Mata Sharma membulat sempurna saat melihat tubuh sosok hitam itu terpental jauh. Ia menatap kedua telapak tangannya.
"Kekuatanku benar-benar sudah pulih?"
Tanpa membuang waktu lagi, Sharma segera mengeluarkan ilmu yang ia miliki. sudah belasan tahun tak digunakan, Sharma menjadi sedikit kaku.
"Ternyata benar, kau adalah seorang Amora." Sosok hitam itu tertawa. Terlihat wajahnya hancur dan penuh darah.
Sharma berdiri tegak, menghadap pada sosok yang sedang menatapnya dengan tajam. "Benar sekali. Kau siapa? Berani-beraninya berhadapan dengan ku."
Sosok itu menyeringai, dan tiba-tiba sebuah pedang panjang berwarna hitam berada di genggaman sosok itu. "Aku adalah pencabut nyawamu."
Mata Sharma langsung tertuju pada pedang tersebut. Setelah kekuatannya pulih, ia jadi bisa merasakan bahwa pedang yang ada di tangan sosok itu adalah pedang yang sangat berbahaya untuk dirinya. Ia mundur selangkah. Walaupun ia adalah penyihir putih, namun ia sendiri tidak mengenali kekuatannya. Ia tidak tahu apakah kekuatannya bisa mengalahkan sosok di depannya ini atau tidak. Saat dulu ia masih kecil, ia tidak bisa mengendalikan kekuatan. Dan kini pun sama. Kekuatan yang tersegel lama membuat ia kaku saat menggunakannya.
"Kemarilah dan serahkan jantungmu." Sosok itu terus berjalan mendekat. Semakin lama pedang hitam itu semakin menguarkan aura gelap. Sepertinya sosok itu terus memfokuskan kekuatannya pada pedang hitam tersebut.
Mata Sharma melihat sosok itu mengangkat pedangnya. Dengan gerakkan cepat ia menghindar dan mengucapkan satu mantra sehingga keluarlah cahaya biru. Cahaya biru itu langsung menyerang sosok hitam. Namun sayang, sosok hitam itu berhasil menghindar dengan cepat.
"Hahahaha, hanya begitu jurusmu?" Sosok itu mengejek Sharma.
Sharma mengepalkan tangan. Sambil matanya terus menatap tajam pada sosok hitam, Sharma mengangkat tangannya ke arah langit, melebarkan seluruh jemarinya, kemudian menggenggam sesuatu yang tak terlihat. Satu detik kemudian, sesuatu yang tak terlihat itu telah berwujud nyata. Sharma menggenggam panah putih.
Sosok hitam itu membalakan mata. Panah putih yang diceritakan di buku legenda benar-benar ada di genggam Sharma. Sepertinya ia tidak bisa bermain-main lagi. Sosok hitam itu mengibaskan jubahnya sambil menunduk. Saat mengangkat wajah, wajah rusak yang penuh darah itu telah berubah menjadi wajah mulus yang cukup tampan.
Sharma terkejut dibuatnya. "Kau pikir aku akan terpikat dengan wajahmu itu?"
Pria itu tersenyum. "Tidak. Hanya saja, kekuatanku akan terkumpul penuh jika aku dalam wujud manusia."
Sharma langsung mengarahkan anak panah ke arah pria itu. "Jangan banyak bicara! Mati saja kau!"
Sring
Anak panah gaib itu meluncur dengan cahaya putih. Dengan cepat tangan pria itu mengayun dan menangkis anak panah yang melesat ke arahnya.
Tak cukup hanya satu kali, Sharma memanahkan anak panah dengan cepat. Dan lagi-lagi pria itu bisa menangkis dengan cepat.
Sialan! Bisa mati jika begini. Aku masih kaku dan sedikit melupakan semua mantraku. Bagaimana ini?
Srek
"Akh!" Sharma hampir terjengkang kebelakang jika kakinya tidak cepat-cepat menyeimbangkan diri. Tangan kanan Sharma memegangi perutnya. Saat menunduk, darah mengalir lewat sela-sela jemarinya. Ia terluka sangat dalam. "Uhuk!" Ia bahkan sampai batuk darah.
Kekuatannya sangat luar biasa. Aku tidak bisa lebih lama bertarung dengan sosok ini. Sekali menusuk, pedangnya sudah bisa melukaiku dengan sangat parah.
"Mengapa? Sudah kalah?" Pria itu tersenyum miring. "Perkenalkan, Amora. Aku Han. Aku-"
Wush
Kejadian itu berlangsung sangat cepat. Bahkan ia tak sempat melihat sosok yang berlari di udara dan membawa Sharma secepat kilat. "Sial! Gagal lagi!" Pedang yang ada di tangannya kembali menghilang. Ia menghela nafas dan kemudian wujudnya kembali seperti semula - bayangan hitam yang memiliki wajah buruk.
"Siapa orang itu? Sepertinya bukan orang yang sama dengan yang menyelamatkan Amora saat di danau teratai."
* * * *
"Uhuk! Uhuk!" Sharma mengeluarkan banyak darah dari mulutnya.
Ajoz datang dengan sebuah mangkuk berisi air berwarna hijau. Ajoz menghampiri ranjang Sharma kemudian duduk di sampingnya. "Mengapa kau malah keluar dari istana? Itu sangat berbahaya."
Tadi ia sedang bertapa di dalam kamar, tiba-tiba ia merasakan aura Sharma di sekitarnya. Cepat-cepat ia keluar dari rumah dan mencari asal muasal aura itu. Ia terus berlari cepat menyusuri hutan. Setelah cukup jauh, ia berniat berhenti untuk mengambil nafas. Ternyata kekuatan berlarinya sudah tidak sehebat dulu. Sekarang ia sudah tua, sudah pengap dan cepat lelah.
Baru saja mengambil nafas, ia mendengar suara pertarungan. Cepat-cepat ia berlari lagi. Betapa terkejutnya ia melihat Sharma sedang melesatkan anak panah ke arah seorang pria. Yang lebih mengejutkan lagi, ia melihat pedang yang ada di tangan pria itu. Tak lama kemudian hal buruk terjadi, pedang tersebut berhasil mengenai Sharma hingga Sharma hampir tersungkur. Tanpa membuang waktu lagi, ia segera berlari dan meraih Sharma kemudian kabur dari sana.
"Paman, apakah Paman yang membuka segel kekuatanku?" tanya Sharma dengan suara yang masih lemah.
Ajoz mengangguk. Ia membantu Sharma bangun, lalu membantunya meminum air dari mangkuk yang ia bawa. "Kau pikir siapa lagi? Aku ditakdirkan sebagai orang yang mengasuhmu. Sebelum lahir Amora, terlahir lebih dulu seorang pengasuh dan pengawalnya. Hanya aku yang bisa menyegel dan membuka segel kekuatanmu."
Setelah minum ramuan, Sharma kembali berbaring. "Mengapa Paman melakukan itu? Paman tahu, sekarang orang-orang Chaulus memaksa datang ke Alrancus. Aku tidak tahu pasti apa tujuan mereka, tapi aku harus waspada."
Ajoz menghela nafas. Ia tahu ini pasti akan terjadi. Namun pada saat itu ia tidak memiliki pilihan lain. Tubuh Sharma tidak akan mampu melawan racun mematikan itu. Oleh sebab itu ia membuka segel kekuatan Sharma agar kekuatan itu melawan racunnya. "Paman tidak memiliki pilihan lain. Jika tidak seperti itu, kau akan mati."
"Tapi-"
"Tenang saja, ada paman dan Ader. Dan kini ada Kaisar juga. Dia pasti akan melindungimu. Yang terpenting kau harus sembuh. Setelah itu, paman akan mengajarkanmu bagaimana mengendalikan kekuatanmu. Kekuatanmu sudah lama disegel, pasti akan kaku saat menggunakannya. Paman khawatir nanti malah tak sengaja melukai seseorang."
Sharma mengangguk. Ia memang harus menguasai kekuatannya dengan baik. Jangan sampai kejadian tadi terulang lagi.
Siapa yang nungguin kelakuan bar-barnya Sharma? Tenang, nanti ada kok. Lebih seru lagi pastinya. Sekarang Sharma harus aman dulu biar bisa gangguin Kaisar lagi😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaisar & Sang Amora
Roman d'amour(Bukan reinkarnasi ataupun time travel, tapi dijamin seru. Jangan asal ditinggal, baca dulu minimal 10 bab, kalau menurut kalian tidak seru, saya ikhlaskan kepergian kalian wahai readers. Tapi pasti seru kok!) Sharma, seorang Amora atau penyihir put...