Setelah memerintahkan penyeretan Permaisuri Ghauni, Kaisar langsung pergi dengan langkah cepat menuju penjara istana. Ingat, penyeretan, itu artinya Permaisuri Ghauni tidak akan dipanggil secara hormat, Permaisuri Ghauni akan langsung ditangkap dan dibawa paksa oleh prajurit.
Mengetahui Kaisar akan menjemput Sharma di dalam penjara, semuanya langsung mengikuti Kaisar, termasuk prajurit-prajurit itu. Mereka merasa perlu karena Sharma telah sangat berbaik hati pada mereka.
Penjaga penjara geger melihat dari kejauhan Kaisar tengah berjalan dengan langkah lebar dan gagah. Kali ini Kaisar tidak hanya mengeluarkan karisma yang luar biasa, namun Kaisar juga membawa kemarahan besar. Dari jauh saja mereka bisa melihat kilatan amarah Kaisar.
Namun mereka pikir Kaisar marah pada Selir Sharma yang gegabah memulangkan prajurit kemudian kini ingin menegur Sharma habis-habisan.
"Hormat kami Yang Mulia Kaisar Negeri Alrancus." Mereka membungkuk hormat saat Kaisar sudah berdiri di depan pintu gedung penjara.
Tanpa banyak bicara ataupun mengangguk menerima penghormatan, Kaisar mengeluarkan pedang dari sarungnya dan ... Sret.
"Akh!" Dua penjaga yang menjaga pintu depan langsung terjungkal kebelakang dengan luka parah di lengan mereka. Padahal Kaisar hanya satu kali mengayunkan pedangnya, akan tetapi berhasil melukai dua orang sekaligus.
"Sialan kalian!" Kaisar membentak kedua penjaga itu.
Dua penjaga itu langsung bersujud meminta ampun. "Ampun Yang Mulia. Maafkan kesalahan kami."
Kaisar menatap keduanya dengan sangat tajam. "Prajurit," panggil Kaisar pada prajurit yang mengikuti dirinya sejak tadi. "Tangkap mereka. Aku akan mengurus mereka semua setelah aku melihat kondisi Selir Sharma."
Empat perwakilan prajurit maju lalu membungkuk. "Baik, Yang Mulia."
Erlanh dengan cepat membukakan pintu untuk Kaisar masuk. Begitu Kaisar masuk, Kaisar melihat Wenari, Nora, Arclen, dan Kel sedang duduk dengan wajah sedih. Begitu melihat Kaisar, mereka langsung bangkit dari duduk dan langsung membungkuk hormat. "Hormat kami Yang Mulia Kaisar Negeri Alrancus. Ampun Yang Mulia, tolong selamatkan Selir Sharma."
Kaisar menatap empat orang itu satu persatu. "Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Kaisar tegas.
Arclen membungkuk untuk mewakili. "Kami menunggu Selir Sharma, Yang Mulia. Kami telah berjanji pada diri kami sendiri untuk tetap setia menemani Selir Sharma, bahkan sampai Selir Sharma dipenjara sekalipun."
"Kalian berada disini sejak Selir Sharma dipenjara sampai sekarang?" tanya Kaisar lagi.
Kali ini Wenari membungkuk. "Benar, Yang Mulia. Kami hanya pergi untuk makan dan itupun bergantian. Setelah itu kami kembali lagi dan bermalam di sini. Yang Mulia." Wenari menangis sebelum meneruskan kata-katanya. "Jika pun Selir Sharma telah gegabah, mohon Yang Mulia ampuni nona kami. Kami tak sanggup lagi mendengar jeritan-jeritan kesakitan Selir Sharma."
Kaisar mengepalkan tangan. Jeritan-jeritan? Itu artinya Sharma sangat menderita. Siapa yang telah berani menyakiti Sharma? Dirinya saja, sejak awal tidak pernah membiarkan Sharma terluka walaupun dulu ia tidak terlalu memperhatikan Sharma. Orang itu harus mati. Itu pasti.
"Kalian siapkan baju, obat-obatan, air hangat serta makanan. Selir Sharma akan aku keluarkan sekarang." Kaisar berucap tegas.
Keempat orang itu langsung mengangkat kepala. Ada ekspresi senang di wajah mereka. "Baik Yang Mulia," ucap mereka serentak.
"Ayo-ayo cepat," ucap Kel semangat mengajak yang lain.
Setelah pelayan dan pengawal pribadi Sharma pergi, Kaisar kembali berjalan masuk. Kaisar memasuki lorong yang hanya diterangi oleh cahaya remang-remang dari obor yang ditempel di dinding. Sepanjang lorong ada penjaga yang menjaga. Sambil berjalan, tatapan Kaisar lurus ke depan, tangannya mengeluarkan pedang dari sarungnya. Tangan Kaisar terkepal kuat memegang pedang itu.
Saat Kaisar lewat, penjaga yang akan dilewati membungkuk. "Hormat kam- akh!" Mereka langsung terduduk karena kaki mereka terluka oleh pedang legendaris Kaisar. Mereka langsung sujud. "Ampun Yang Mulia."
Kaisar tak menggubris dan langsung berjalan lagi. Di belakang ada Erlanh, Ader, Azoch, dan Erlanh. Mereka juga melangkahi dua penjaga itu dengan sangat tak peduli. Mereka terus mengikuti Kaisar yang kembali menebas kaki dan tangan setiap penjaga yang ditemui.
"Kaisar sangat menakutkan jika sedang marah seperti ini. Ini kali pertamanya saya melihat Kaisar semarah ini. Sebelumnya Kaisar masih bisa mengontrol emosi dan selalu membuat keputusan bijak saat menghukum seseorang. Tapi sekarang lihatlah, penjaga yang hanya menjalankan tugasnya untuk berjaga saja dibabat habis oleh Yang Mulia," ucap Erlanh mengomentari tindakan Kaisar. Dan tentunya hanya berani bisik-bisik pada yang lain.
Azoch mengangguk. Selaku orang yang selalu bersama Kaisar sejak kecil, Azoch tahu bahwa baru kali ini Kaisar semarah ini.
Akhirnya Kaisar sampai di sel Sharma. Tangan Kaisar bergetar begitu netranya menangkap sosok gadis yang ia cintai sedang terduduk lemas di lantai dengan kaki dan tangan yang terikat. Terlihat pula tubuh Selirnya itu penuh luka dan gaun bagian lengannya sudah sobek-sobek akibat kuatnya cambukan algojo. Kaisar tahu betul seperti apa sakitnya cambukan algojo istana Alrancus.
Kaisar tak bisa membayangkan bagaimana sakitnya Sharma yang mendapatkan 100 kali cambukan dalam sehari. Sedangkan sudah tiga hari Sharma berada di dalam sel ini. Satu cambukan saja sudah bisa membuat badan remuk.
Dengan tangan yang gemetar, Kaisar menggenggam erat pedangnya kemudian dengan mata pedang, Kaisar memutuskan rantai yang mengunci pintu sel. Hanya sekali tebasan, rantai itu telah putus. Sungguh, pedang yang sangat menakjubkan.
Mendengar suara berisik, Sharma mendongak. "Yang Mulia." Sharma menangis melihat Kaisar. Akhirnya penderitaannya berakhir juga.
Setengah lari Kaisar masuk ke dalam kemudian berjongkok untuk memeluk Sharma. Kaisar memasukkan Sharma ke dalam pelukannya. "Maafkan aku yang meninggalkanmu. Jika aku tidak pergi, kau tak akan mengalami ini."
Sharma menangis dalam dada Kaisar. "Bukan salah Yang Mulia. Yang Mulia memang harus pergi untuk menuntaskan Haikal."
Kaisar melepaskan pelukannya kemudian memegang kedua bahu Sharma dengan sangat hati-hati. Kaisar mengamati seluruh tubuh Sharma. "Kau terluka parah, Sharma."
Kaisar mengambil pedangnya lagi kemudian memutuskan semua rantai yang mengikat Sharma. Setelah itu Kaisar langsung menggendong Sharma. "Jika aku memegang lukamu, katakan padaku."
Sharma mengangguk dan mengalungkan tangannya pada leher Kaisar. "Hamba baik-baik saja. Hamba hanya merasa lemas."
Kaisar mengecup kening Sharma. "Kau tidak baik-baik saja Sharma. Aku akan mengobati luka-lukamu."
Kaisar langsung membawa Sharma keluar dari sel, menuju keluar gedung penjara.
Begitu Kaisar yang menggendong Sharma keluar dari gedung, para prajurit yang menunggu langsung membungkuk. "Hormat kami Yang Mulia Kaisar Negeri Alrancus, Selir Sharma."
Kaisar tak menghiraukan mereka, Kaisar membawa Sharma dengan langkah lebar dan cepat menuju istana pribadinya.
"Ya Tuhan, aku merasa sangat kasihan pada Selir Sharma," ucap salah satu prajurit.
"Benar, dia begitu karena kita."
Ajoz menepuk bahu salah satu prajurit itu. "Selir Sharma telah berkorban untuk kebahagiaan kalian juga. Maka setialah pada Alrancus, serta sayangi dan hormati Selir Sharma sepenuh hati."
Semuanya mengangguk. Tanpa diminta pun mereka pasti akan melakukan itu.
Segitu dulu ya Guys. Siapa nih yang penasaran sama apa yang akan terjadi pada Permaisuri Ghauni setelah ini? Sama prajurit yang cuma tugas berjaga di penjara aja Kaisar udah ngamuk banget, gimana nanti dia ketemu Ghauni. Uuuh, ngerii. Hehehehe, tunggu besok ya Guys.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaisar & Sang Amora
Romance(Bukan reinkarnasi ataupun time travel, tapi dijamin seru. Jangan asal ditinggal, baca dulu minimal 10 bab, kalau menurut kalian tidak seru, saya ikhlaskan kepergian kalian wahai readers. Tapi pasti seru kok!) Sharma, seorang Amora atau penyihir put...