Bagian 50

226 24 4
                                    

TEPAT satu minggu aku menjalani hari-hari tanpa telfon dari Samudra dan diam-diam aku berdoa agar dia segera kembali dan menghubungiku seperti biasa. Pagi itu aku berangkat kerja sambil membawa satu tas lagi berisi pakaianku karna itu hari Sabtu dan aku mau menginap dirumah Ibu. Aku juga sudah baikan dengan Sacha, kami sudah saling memaafkan dan sepakat untuk tidak mengulanginya lagi. Semua baik-baik saja tapi ada yang kurang.. aku rindu Samudra!

Setelah semua pekerjaan kami selesai, aku dan Sacha bergegas pulang. Aku bertanya apakah dia mau pulang denganku dan jawabannya tidak, karena dia ingin malam mingguan kerumah pacarnya. Baiklah.

Dijalan beberapa kali aku membuka chat room dengan Samudra di whatsapp, berharap ada pesan darinya namun yang kudapat hanyalah pesan-pesanku selama seminggu kebelakang yang belum terkirim juga.

Kemudian saat aku didalam kereta, aku merasakan getaran handphoneku. Aku berdoa dalam hati semoga itu adalah notifikasi dari Samudra dan benar saja ketika aku membuka layarnya, nama Samudra terpampang disana.

Hallo, cintakuu. Aku baru aja sampe kosan nih..

Kira-kira seperti itu isi chatnya. Aku senyum seraya mengetik balasan untuk Samudra dengan berkata bahwa aku merindukannya.

Hehe. Sama. Aku juga kangen..

Kamu dimana?

Aku memberitahunya kalau aku sedang berada didalam kereta menuju ke rumah Ibu.

Yaudah, hati-hati yaa. Aku capek banget nih sayang lemes badan aku, aku tidur dulu gapapa kan?

Iya, gapapa. Balasku.

Kemudian Samudra mengucapkan kalimat sayang serta hati-hati dan lain-lainnya sebelum menghilang ke alam mimpi. Akhirnya.. Samudraku sudah kembali dan aku tidak sabar ingin mendengar cerita tentang pengalamannya selama satu minggu tersebut.

Malamnya kira-kira pukul sembilan, Samudra menelfonku. Dia baru saja bangun dari tidur pulasnya.

"Gimana kemarin?" tanyaku.

"Apanya?"

"Kamu. Dipukul-pukul nggak?"

"Enggak. Tapi aku capek banget."

"Kamu mau tidur lagi?"

"Enggak. Aku mau cari makan, laper."

"Oh yaudah."

"Tapi nanti. Sekarang ngobrol sama kamu dulu."

Aku tertawa. "Iyaaa."

"Kayaknya ada yang kangen banget nih sama aku, sampe ngechat banyaaaaak banget..."

Aku diam tersipu malu.

"Kamu berantem kenapa, sayang?"

"Oh, itu.. masalah sepele tapi kita berdua lagi sama-sama capek mungkin makanya kepancing emosi."

"Emang masalahnya apa?"

"Gapapa," kataku. "Udah nggak usah dibahas, akunya sama dia juga udah baikan kok."

"Oh. Masalah perempuan, ya?"

"Iya, biasalah."

"Hm.. aku ada kejutan buat kamu."

"Apa? Kejutan apa?"

"Kalau aku kasih tau sekarang, bukan kejutan namanya."

Jantungku berdebar penasaran, aku tidak suka sesuatu yang berbau mengagetkan.

Kakak KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang