"KAMU udah pulang, Al?" Suara berat Samudra menyambutku ketika kuangkat telfonnya via whatsapp.
"Masih di stasiun sih mau pulang."
"Ooh, sama siapa?"
"Sendiri. Temen aku beda arah." jawabku.
"Ooh, kamu hati-hati udah malem." kata Samudra. "Oh iya kayanya aku beneran mau pulang deh.."
"Kenapa emang?"
"Dia lagi mabok."
Dia yang Samudra maksud adalah Mawar III, pacarnya saat itu. "Dia sedih kali berantem sama kamu makanya mabok."
"Yaa aku aja berantem sama dia ngga minum, masa dia minum? Ngga tau deh nih aku pusing Al.. aku mau tunggu sampe besok kalo dia ngga ada berubahnya ya mau ngga mau aku balik."
"Iya. Terus kalo udah ketemu mau ngapain? Minta maaf terus baikan?" tanyaku harap-harap cemas.
"Engga Al. Mau aku putusin."
"Yakin? Nanti kamu nyesel loh."
"Engga. Aku ngga akan nyesel ninggalin dia. Buat apa juga aku pertahanin dia kalo dianya aja masih egois?"
Aku membulatkan mulut. "Oh, emang ngga ada kegiatan di kampus?"
"Kan besok minggu," desisnya. "Ngga ada kegiatan aku di kampus. Paling aku balik malem ini. Terus minggu malem aku udah disini lagi."
"Naik apa?"
"Naik bis," jawab Samudra. "Aku juga udah chat Bundanya, aku bilang aku mundur. Besok kalo ada waktu juga aku mau pamit ke Bundanya."
"Ooh gitu. Terus?"
"Ngga tau belum dibales sama Bundanya," kata Samudra. "Yaudah ya Al, aku mau siap-siap ke Jakarta."
"Iya kamu hati-hati ya. Nanti kamu telfon aku lagi ya, boleh?"
Samudra diam sebentar lalu menjawab dengan semangat. "Iya Al nanti kalo udah di bis."
Malam itu aku juga tidak percaya pada diriku sendiri, berani-beraninya aku meminta Samudra menelfonku lagi nanti? Tapi itulah yang terjadi. Tidak lama setelah telfon mati, kereta yang mau kunaiki datang.
Pada saat itu keluargaku sudah pindah ke Depok dan aku setiap Sabtu rutin menginap disana. Sebenarnya aku malas pulang ke Depok karena jauh tapi Bapak selalu memaksaku untuk pulang.
Ketika turun dari kereta dan ingin memesan ojek online, Samudra menelfonku, memberitahu bahwa dia sudah berada di dalam bis dan baterai handphonenya hampir habis. Dia juga berkata bahwa Mawar III memposting sedang jalan bersama laki-laki lain di status whatsappnya. Sungguh complicated kisah percintaan seorang Samudra Biru Darmawan.
"Oh gitu, yaudah kamu jangan lupa pulang ke rumah orangtua kamu ya."
"Iya aku pulang ke rumah kok nanti. Udah ya Al, baterai aku abis nih.. nanti kalo aku udah di rumah aku kabarin lagi."
Telfon dimatikan dan aku lanjut memesan ojek online. Di atas motor otakku berpikiran kemana-mana. Samudra malam itu akan pulang dan dari apa yang dia katakan dia ingin memutuskan pacarnya, Mawar III. Biasanya sehabis curhat panjang lebar Samudra akan mengajakku jalan? Apakah besok dia akan mengajakku? Otakku terus berputar pada pertanyaan itu.
And what if he do asked me, what should I do? Apakah aku harus memberinya kesempatan? Maksudku ini semua tidak terjadi begitu saja, kan? Samudra bertengkar dengan pacarnya yang mengharuskan dia untuk pulang. Tuhan pasti memiliki rencana dibalik kejadian ini.
Dan bagaimana jika sebenarnya Samudra tidak seburuk yang kupikir? Dulu aku selalu mendengar Samudra hanya dari perkataan orang, kan? Selama kami telfonan, Samudra tidak pernah berkata kasar atau bertindak diluar batas. He respect me. Meskipun aku sangat kesal karena sikapnya yang mendatangiku kalau sedang bertengkar dengan pacarnya saja.
Tapi bagaimana kalau... ah, penuh sekali pikiranku malam itu tentang Samudra. Yang pasti aku sudah bertekad, kalau besok hari Samudra mengajakku bertemu, I would say yes. Aku takut kalau ini kesempatan terakhir untuk aku mencoba mengenal Samudra lebih dalam dan aku malah menyia-nyiakannya. Jadi tidak ada salahnya mencoba, bukan?[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Kelas
Teen FictionAku tidak pandai menulis namun malam ini aku akan mencobanya dengan sebaik mungkin. Karena aku akan menulis ceritaku bersama Samudra Biru Darmawan, laki-laki aneh yang secara tiba-tiba muncul dan mengubah hidupku seratus delapan puluh derajat. Ini a...