Bagian 19

1.2K 141 16
                                    

SATU minggu setelah Ujian Nasional selesai, sekolahku mengadakan acara perpisahan sekaligus wisuda di Bandung. Kami semua pergi menggunakan bis dipagi hari dan akan kembali ke Jakarta besok siangnya. Pukul 11 kami sampai di hotel dan langsung bersiap-siap untuk mengikuti acara wisuda.

Sekolah mana yang mengadakan wisuda diluar kota dan tidak mengundang wali murid? Hanya sekolahku, i guess. Tapi untungnya pihak sekolah sangat pengertian dengan menyewakan beberapa makeup artist untuk mendandani para siswinya. Acara wisuda dimulai pukul 2 siang, artinya para makeup artist punya waktu 3 jam untuk merias seluruh siswi diangkatanku yang jumlahnya tidak melebihi 100 orang.

Pukul 1 siang aku sudah selesai dirias, tidak butuh waktu lama untuk merias wajahku, hanya 15 menit. Itu karena aku meminta riasan yang sederhana saja. Aku kembali masuk ke kamar hotel karena ingin berganti pakaian dengan kebaya. Setelah rapih, aku meminta Dyas untuk memotret diriku, lalu mengirimkan foto itu pada Ibu yang sudah request fotoku mengenakan kebaya pada saat wisuda jauh sebelum Ujian Nasional diadakan.

Tidak lama, seseorang mengetuk pintu kamar hotel yang kutempati bersama ketiga temanku. Kukira itu Safenly atau Hana, tapi ternyata bukan. Riko tersenyum ramah padaku, ada satu buket bunga mawar merah digenggamannya.

"Ada apa, Ko?"

"Ini ada titipan," sahutnya sambil menyerahkan bunga itu padaku. "Masih fresh kok, baru gue beli di depan hotel tadi."

Aku mengerutkan kedua alis. "Hah? Dari siapa?" karena sangat mustahil itu bunga pemberian Riko, untuk apa dia memberiku bunga?

"Samudra. Semalem dia ke rumah gue terus ngasih gue uang dan nyuruh beliin lo bunga."

Aku membulatkan mulut, terkejur mendengarnya. Tapi kemudian aku menerima bunga pemberian Samudra lewat perantara Riko itu.

"Oh iya dia titip salam, happy graduation katanya."

"Iya. Makasih ya Ko."

"Tadinya dia mau beliin lo boneka cuma uangnya cukup buat beli bunga ini doang."

Aku tertawa. Tidak menyangka Samudra mau repot-repot menitipkan uang pada Riko dan menyuruhnya membelikanku buket bunga sebagai ucapan wisuda. "Makasih ya Ko."

"Makasihnya ke Samudra, jangan ke gue."

"Iya tau, tapi kan lo jadi repot beliin gue bunga di depan. Makasih ya."

Riko terkekeh. "Iya sih. Yaudah sama-sama. Gue duluan ya Al."

Setelah Riko pergi, aku kembali masuk ke dalam kamar. Dyas menatapku heran karena mengenggam sebuket bunga mawar merah. Dia baru kembali dari toilet dan tidak tahu bahwa Riko baru saja datang.

"Siapa Al?" tanya Dyas masih dengan tatapan heran. "Itu bunga dari siapa?"

Aku menaruh bunga tadi di atas meja lalu duduk di tepi kasur. "Tadi yang ngetuk pintu Riko. Terus bunganya dari Samudra dititipin ke Riko. Ngga dititipin juga sih dia cu–"

"Samudra siapa?" Dyas memotong penjelasanku.

Aku menyipitkan mata, memangnya di sekolah kami yang namanya Samudra siapa lagi selain Samudra Biru Darmawan yang terkenal karena kebar-barannya? "Samudra... kakak kelas kita. Masa lo lupa?"

"Oh si Samudra, yang pernah deketin lo," katanya sambil meraih bunga dari atas meja dan meneliti setiap kelopaknya. "Kok bisa?"

Akupun menjelaskan bahwa dia menitipkan sejumlah uang pada Riko dan menyuruhnya membelikanku bunga. Dyas meledekku dan memintaku memotretnya sambil mendekap bunga dari Samudra. Setelah itu kami turun kebawah untuk menyusul Safenly, Hana dan yang lainnya karena waktu sudah menunjukkan pukul satu lewat tigapuluh menit.

Wisuda diadakan di convention hall yang ada di lantai dasar hotel tempat kami menginap. Acara dimulai pukul dua lewat duapuluh menit dan berakhir tepat pukul lima sore. Dimana pada saat itu juga pengumuman hasil tes SNMPTN keluar. Aku diterima disalah satu PTN daerah Jakarta dengan jurusan sesuai keinginanku. Pun teman-teman dekatku Dyas dan Safenly, mereka diterima di PTN yang mereka mau. Kecuali Hana, dia tidak minat daftar di PTN karena ingin langsung mengikuti pendidikan khusus pramugari.

Sore itu convention hall dipenuhi suasana bahagia dan haru. Ditengah-tengah kebahagiaanku, aku meraih handphone untuk menghubungi Samudra. Tapi nomer whatsappnya sudah tidak terdaftar. Kemudian aku membuka instagram dan mencari akunnya kemudian mengetik pesan lewat DM. Samudra, bunganya udah aku terima. Makasih banyak ya.[]

Kakak KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang