Bagian 20

1.3K 149 14
                                    

SETELAH wisuda, kerjaanku dirumah hanya makan, tidur, main handphone dan sesekali membantu Ibu memasak dan membereskan rumah sambil menunggu waktu masuk kuliah pada bulan September. Tiba-tiba disuatu sore ketika sedang bersantai di teras, Safenly datang ke rumahku.

Dia tidak hanya mampir untuk main dan curhat-curhat melainkan menawarkanku untuk bekerja di coffee shop yang baru saja dibuka oleh Abangnya.

"Itung-itung isi waktu nunggu masuk kuliah. Lo bisa dapet pengalaman, plus uang lagi."

Aku langsung setuju dengan tawaran Safenly. Selama 3 bulan aku bekerja sebagai kasir di tempat Bang Dika, aku mencatat pesanan, menerima dan mengembalikan uang pembeli yang datang. Sedangkan Safenly dan Bang Dika mengurus keperluan dapur.

Coffee shop milik Bang Dika buka pukul 3 sore dan tutup pukul 11 malam. Selama kerja disana aku selalu diantar pulang oleh Bang Dika dan juga Safenly. Mereka melarangku pulang menggunakan ojek online.

Setelah satu bulan kerja disana, ada kerjadian yang tidak enak menimpaku. Bukan. Kejadian ini tidak berhubungan dengan pekerjaanku di tempat itu atau dengan Safenly dan Bang Dika. Tapi dengan Samudra. Ya. Samudra yang tidak pernah mengubungiku lagi sejak terakhir kali aku berterimakasih atas bunga ucapan wisudanya.

Malam itu seharusnya kami sudah tutup tapi karena teman-teman Bang Dika masih kumpul, makanya aku belum pulang. Aku izin ke dapur untuk mengistirahatkan diriku sementara Bang Dika dan Safenly bercengkrama di sana. Ketika duduk santai di meja pantry sambil mengecek handphoneku, aku terkejut melihat chat room whatsappku. Ada pesan dari nomer yang tidak kusimpan.

Halo. Kalo boleh tau, ini siapanya Samudra ya?

Kira-kira begitu isi pesannya. Aku langsung tahu kalau orang dibalik nomer itu adalah pacar Samudra. Namanya tidak boleh disebutkan, panggil saja Mawar. Aku menghela napas lalu mengetik balasan untuk Mawar.

Hi. Bukan siapa-siapa, cuma adek kelasnya waktu SMA.

Beberapa detik kemudian, masuk pesan lagi darinya.

Haha masa? Cuma adek kelas tapi kok isi chatnya romantis banget? Terus sering telfonan sampe malem?

Aku memutar bola mata, drama yang sudah kubayangkan dari awal kini benar-benar datang.

Bener kok. Cuma adik kelas waktu SMA, kalo gapercaya tanya aja sama Samudranya langsung kak.

Lima menit kemudian, Mawar membalas.

Udah kok, udah gue tanya langsung. Dan hebatnya dia malah belain lo tuh haha

Belum sempat aku mengetik balasan, Mawar menelfonku. Aku bingung, should I answer that? Satu panggilan tak terjawab dari Mawar. Kemudian dia menyuruhku untuk mengangkat panggilannya lagi lewat pesan.

"Sebenernya lo siapanya Samudra sih?"

"Tadi kan udah aku bilang, adek kelasnya." jawabku tenang.

"Yakin?" Mawar tertawa mengejek. "Soalnya pas gue tanya tentang lo ke dia, dia malah ngebelain lo dan bangga-banggain lo didepan gue tuh. Kayanya lo spesial banget ya buat dia?"

Aku mengerutkan alis. Samudra membelaku dan membangga-banggakan diriku didepan Mawar? Jelas sekali dia marah. "Ngga kok, ngga ada apa-apa. Cuma sebatas temen, dia kakak kelas aku jadi aku hargain dia kalo dia chat aku. Lagipula dia chat aku buat curhatin kamu kok. Dia sayang banget sama kamu katanya."

"Masa? Terus bunga dari dia buat lo tuh artinya apa?"

"Oh itu ucapan selamat aja kok karena waktu itu aku wisuda."

Mawar tertawa. "Lo mau tau ngga? Dia bangga-banggain lo depan gue. Kata dia gue kalo dibanding lo beda jauh, kaya bumi sama langit. Kita sama-sama perempuan mbak. Lo harusnya tau kan bersikap kaya gimana sama cowok yang udah punya cewek?"

"Iya iya. Aku mohon maaf sebelumnya ya, jujur aku emang murni anggap Samudra sebagai sahabat. Sekali lagi maaf kalo kamu ngga berkenan ya."

"Alah penggoda mana mau ada yang ngaku!"

Emosiku naik. Mawar menyebutku penggoda padahal jelas-jelas pacarnya sendiri yang sering menghubungiku lebih dulu.

"Mana ada temen tapi panggilnya aku-kamu. Lo ngeles aja."

"Iya sekali lagi aku minta maaf ya. Diluar kendali aku kalo Samudra belain aku didepan kamu. Sekali lagi aku minta maaf. Aku ngga ada maksud buat hancurin hubungan kalian."

Mawar melanjutkan dengan berkata dia tidak suka kalau aku dekat-dekat dengan pacarnya. Sebagai sesama perempuan, harusnya lo ngerti. Katanya malam itu. Apakah aku sejahat itu? Aku pure menganggap Samudra temanku sehingga aku mau merespon chat atau telfonnya. Sungguh. Tidak lebih dari itu.

Telfon berlanjut hingga setengah jam kemudian dan Safenly menghampiriku di dapur. Dia bertanya siapa aku hanya kode akan menceritakan nanti. Telfon dia matikan setelah aku berkata maaf dan tidak akan menganggu hubungan mereka lagi.

Aku bercerita apa yang baru saja terjadi pada Safenly dan dia langsung membodoh-bodohiku. Katanya aku terlalu bodoh.

"Mana mungkin Samudra cuma niat telfon lo karena mau curhat? Pasti dia mau modus deketin lo lagi. Lo terlalu naif, Al. Wajar aja ceweknya marah. Mulai sekarang lo harus jauhin Samudra."

"Iya."

Tepat pukul 12 malam, Bang Dika menghantarku pulang. Di dalam kamar aku tidak bisa tidur karena kepikiran omongan Mawar ditelfon tadi. Dari awal aku melihat Samudra aku sudah tahu bahwa dia akan membawa banyak masalah dalam hidupku. Anehnya, aku membiarkannya masuk kedalam hidupku.[]

Kakak KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang