Bagian 52

146 15 0
                                    

“Pakai helmnya.” kata Samudra sambil memberiku sebuah helm.

Aku menuruti perkataannya dan memakai helm itu meskipun tidak nyaman sama sekali karena kebesaran di kepalaku.

“Udah?”

“Udah.”

Setelah memastikan aku sudah duduk dengan nyaman dibelakangnya, Samudra mulai menyalakam motor dan perlahan pergi meninggalkan rumahnya. Aku tidak tahu mau dibawa kemana malam itu. Tapi, kemanapun, asal bersama Samudra, aku merasa aman.

“Kalau naik motor samaku, harus pakai helm.”

“Iya.” Jawabku seraya memajukan kepala dan bersandar dibahunya agar aku bisa mendengar jelas apa yang Samudra katakan.

“Nggak harus sama aku aja sih,” lanjutnya. “Sama abang-abang ojek online juga harus pakai helm.”

“Iya, Samudra.”

“Aku nggak suka sama cowo yang ngajak ceweknya jalan-jalan naik motor tapi cuma dia aja yang pakai helm, sedangkan ceweknya enggak.”

“Kenapa gitu?”

“Itu tandanya si cowok nggak beneran sayang sama ceweknya.”

“Tahu dari mana?”

“Kalau sayang mah, nggak akan mau ceweknya kenapa-kenapa. Naik motor itu peluang untuk kecelakaannya tinggi loh, kalau yang pakai helm hanya si cowok dan si cewek enggak, lalu mereka kecelakaan dijalan dan si cowok selamat sementara si cewek enggak karena nggak pakai helm. Intinya, cowok yang sayang sama pasangannya itu harusnya melindungi dan mencegah pasangannya dari bahaya.”

“Berarti kamu sayang aku?”

Kulihat wajah Samudra dari spion. Dia melirikku dengan senyuman tipis. “Menurutmu?”

“Nggak tahu.”

“Masa nggak tahu? Setelah semua hal yang aku lakuin untuk kamu. Aku jaga kamu dari dulu, menerut kamu kalau bukan sayang, apa?”

Aku tersenyum. “Iya kamu sayang aku.”

“Kalau kamu?” Samudra sedikit menolehkan kepalanya untuk menatapku. “Sayang nggak sama aku?”

“Sayang dong.” jawabku tanpa ragu.

“Bohong.”

“Beneran.”

“Iya.”

Sebuah pertanyaan muncul diotakku secara tiba-tiba. Lalu aku berbisik kepada Samudra. “Kenapa?”

“Kenapa?” Samudra menatapku dari spion. “Apanya?”

“Kenapa kamu sayang aku?”

“Maksudnya? Alasan aku sayang sama kamu itu apa?”

“Iya.” Kataku. “Alasan kamu sayang sama aku, apa?”

“Emang kalau sayang sama seseorang itu butuh alasan ya?”

Aku diam, berpikir. “Menurutku iya.”

“Kalau menurut aku…” Samudra diam sambil menatap wajahku lewat spion dan tersenyum lalu melanjutkan. “Kalau menurut aku, sayang sama seseorang itu nggak butuh alasan.”

“Loh kok gitu?” kataku. “Bukannya kalau kita memutuskan buat sayang sama seseorang itu berawal dari alasan kayak contohnya dia baik dan tipe kamu banget, jadinya kamu sayang sama dia. Gitu kan?”

Samudra tertawa pelan. “Terus, kalau aku bilang aku sayang kamu karena kamu cantik nih. Lalu suatu hari entah karena kamu sudah tua, atau karena hal lain kamu udah nggak cantik lagi, aku berhenti sayang dan cinta ke kamu gitu? Kalau gitu, rasa sayang dan cintanya nggak tulus dong karena bisa hilang karena alasan menyayangi kan udah nggak ada.”

Kakak KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang