Bagian 38

876 97 13
                                    

HARI berlalu, aku dan Samudra semakin intens bertukar kabar. Dimulai dari pagi hari sampai malam hari sebelum tidur, kami tidak henti bertukar pesan. Meskipun ketika kerja aku terpaksa lambat dalam merespon pesannya tapi tetap saja sebisa mungkin pasti kubalas.

"Alaskaaa? Udah sampe?"

Aku baru saja membuka pintu kosanku dan suara Samudra sudah menyambutku melalui telfon.

"Udah nih baru banget sampe. Capek."

"Yaudah kamu tidur dulu gih kalau capek."

"Mau tidur gimana?" kataku. "Udah mau jam 6, harus siap-siap."

Aku merebahkan tubuhku di atas kasur, ingin segera tidur tapi aku ingat ada kewajiban yang harus aku laksanakan.

"Oh iya kamu kuliah ya. Yaudah yang semangat, jangan lupa makan."

"Iya kamu juga jangan lupa makan."

"Iya aku mau makan mangga. Tadi metik di kampus."

"Ih enak.. bagi dong!"

Samudra terkekeh pelan. "Iya dong. Banyak lagi, dapet satu tas!"

"Kamu yang manjat pohonnya ya?"

"Iyaa!" sahutnya semangat.

Aku tersenyum. "Yaudah jangan lupa bagi-bagi ke temennya. Aku mau mandi dulu ya, mau kuliah."

"Okee. Aku juga abis ini mau ke vape store ya."

"Ngapain?"

"Liat-liat liquid. Kalau ada yang cocok, ya aku beli."

"Oh yaudah, hati-hati aja. Jangan ngebut dan ngerokok."

"Iya, cinta."

Telfon kumatikan lalu aku bergegas siap-siap mandi dan berpakaian untuk pergi ke kampus.

Hari itu sebenarnya aku ada 2 mata kuliah, namun ternyata dosen untuk mata kuliah kedua hari itu tidak masuk. Syukurlah, aku jadi bisa pulang lebih cepat dan istirahat karena aku betul-betul lelah.

Ketika di lift, Samudra mengirim pesan. Bertanya sedang dimana aku saat itu. Kubalas aku sudah dijalan pulang, nanti akan kukabari kalau sudah sampai di kosan. Dan Samudra segera menelfonku saat kubilang aku sudah sampai.

"Kamu udah sampe, Al?" tanya Samudra.

"Udah dong."

"Bohong, coba liat!"

Bersamaan dengan itu, Samudra merequest untuk video call. Aku langsung menerimanya, namun kamera ponselku tidak kuarahkan ke wajahku namun ke dinding kosanku.

"Tuh udah sampe kan.."

"Iyaa. Kok cepet sih?"

"Iya soalnya tadi aku terbang." jawabku asal.

"Masa iya?"

"Iya."

"Oh iya kamu bidadari kan ya," katanya disusul tawa.

Untung saja kamera ponselku masih menghadap ke dinding kamar, kalau tidak Samudra bisa melihat wajah merah meronaku dengan jelas.

"Mana mukanya aku mau lihat."

Aku mengarahkan kamera ke wajahku namun hanya bagian mata dan hidung saja.

"Al, aku kangen."

"Iya."

"Nanti kalo aku pulang, kita main lagi yaa."

"Iya, oke."

Kakak KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang