Bagian 35

1K 113 14
                                    

SELAGI menunggu kabar dari Samudra aku memainkan handphoneku, membuka instagram dan melihat story dari followingku. Samudra sempat memposting foto vape miliknya yang dijajarkan di meja tempat kami makan sore itu. Bajuku juga terlihat sedikit di dalam foto.

Samudra menepati janjinya untuk tidak memposting fotoku. Aku takut, statusnya baru saja putus dengan Mawar III. Aku takut dikira menjadi sebab putusnya hubungan mereka.

"Aku tuh sering ngerusak hubungan kamu sama mantan-mantan kamu ya?" tanyaku disela-sela kesibukan Samudra menghisap vape miliknya ketika kami di Warpat.

Samudra menggeleng. "Ngga kok."

"Kata kamu, waktu Mawar marah-marah ke aku lewat DM instagram, kamu langsung putusin."

"Iya aku putusin." Samudra menghembuskan asap vape rasa tiramisunya.

"Terus kamu balikan lagi ya?" tanyaku.

Samudra mengangguk. "Abisnya kamu cuek banget."

"Cuek gimana coba?"

"Tuhkan ngga peka, aku kan maunya sama kamu Al. Dari dulu, cuma kamunya ngga peka."

"Loh kamu aja chat aku kalo lagi mau curhat doang abis itu hilang lagi."

"Iya emang," Samudra mengakui. "Tapi kan abis aku curhat, aku pasti ngajak kamu jalan kan Al? Karena aku mau sama kamu, tapi kamu ngga pernah mau. Pasti banyak alesan."

Aku menghela napas. "Ya kan aku kira mau bercanda doang ngajaknya."

"Terlalu pendek pikiran kamu, Alaska."

Kami menyudahi pembicaraan itu dan lanjut membahas hal yang lain, yang tidak berat.

Pukul 11 malam, Samudra menelfonku. Aku relfek mendudukan diri dan bersandar di atas kasur.

"Aku udah sampe rumah ya," ujar Samudra setelah aku mengangkat panggilannya.

"Kok cepet sih? Ngebut ya?" tanyaku karena ketika kuhitung-hitung, tidak ada satu jam perjalanan Samudra dari rumahku kerumahnya.

"Iya. Ini aku lagi nunggu nyawa aku ketinggalan di jalan."

"Kok gitu? Kan tadi dibilang ngga boleh ngebut?"

Samudra diam sebentar. "I-iya sih. Tadi aku hampir nabrak orang, dia mau nyeberang di tempat gelap terus lari. Untung aku bisa menghindar, kalo ngga bisa ketabrak dia."

"Kamu sih lagian pake ngebut segala."

"Kalo ngga ngebut ngga seru."

Aku mendengus. Kemudian terdengar suara kegaduhan dari seberang telfon. "Kamu lagi ngapain?"

"Ngambil sepatu," jawab Samudra. "Sekarang lagi mau pake sepatu nih."

"Oh yaudah siap-siap aja dulu."

"Iya nih, aku siap-siap ya. Abis ini aku langsung jalan ke terminal. Nanti kalo udah sampe terminal baru aku telfon lagi ya Al."

"Oke."

"Aku sayang kamu Al."

Hatiku terenyuh, suara Samudra sangat lembut. Tapi aku diam saja untuk beberapa detik kedepan. Lalu kujawab, "Makasih."

Hening. Lalu terdengar tawa renyah Samudra. "Sama-sama."

"Yaudah kamu jangan mabok lagi ya."

"Iya engga kok," katanya. "Yaudah aku jalan dulu ya."

Telfon dimatikan. Aku menarik selimut dan mematikan lampu, bersiap tidur. Tapi duapuluh menit kemudian Samudra kembali menelfonku, untungnya aku belum tidur karena sejujurkan aku masih menunggu kabar darinya.

"Aku udah di dalem bis nih." infonya.

"Oke." sahutku. "Makasih ya udah baik sama aku."

"Udah tugas aku, Al." katanya pelan. "Makasih juga udah stay terus walaupun aku sering pindah-pindah hati. Tapi intinya sekarang aku disini Al, buat kamu sepenuhnya."

Dibalik selimut aku tersenyum lebar. "Iya tapi kamu jangan mabok lagi ya Samudra."

"Iya iya engga kok Alaska."

"Oke."

"Kamu lagi apa?"

"Lagi tiduran aja. Besok kamu masuk ya, jangan bolos."

"Iya besok aku masuk kok, Al. Kamu ngga ngantuk?"

Sejujurnya, aku sudah lelah dan mulai mengantuk. "Engga kok."

"Paksain tidur sekarang, besok kan kamu kerja. Jangan sampe drop ya."

"Iya kamu juga Samudra. Semangat."

Samudra tertawa, dapat kubayangkan ekspresinya. "Iya dong aku semangat, karena beban pikiran aku udah hilang sekarang. Aku harus semangat supaya kamu juga semangat."

Aku terkekeh. "Iya."

"Yaudah kamu tidur ya, udah malem banget nih. Besok kan kerja pagi. Selamat tidur, semoga mimpi Samudra ya."

Aku terkekeh lagi. "Nanti kalo udah sampe, kabarin ya."

"Siap, nanti aku misscall."

"Oke."

"Dadaaaah!"

Telfon dimatikan, beberapa menit kemudian aku tidur pulas. Samudra mengabariku pukul dua pagi, bahwa dia sudah sampai di kosan tempatnya tinggal di perantauan. Baru kubalas pagi harinya. Hari-hariku setelah itu berubah drastis. Jadi lebih bahagia, pastinya.[]

Kakak KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang