WAKTU berlalu begitu cepat, aku resmi menjadi mahasiswa. Kehidupanku dikampus berjalan biasa-biasa saja. Aku menjelma menjadi mahasiswa kupu-kupu alias kuliah-pulang kuliah-pulang karena sejujurnya aku tidak suka berkumpul ditengah keramaian. In other words, aku tidak suka ikut organisasi.
Di kampus teman sekelasku baik-baik, aku membaur dengan mereka meskipun ada beberapa yang hanya sekedar sapa-menyapa. Tapi aku punya dua teman dekat yaitu Prisia dan Anet yang hingga detik ini masih berteman baik dan rutin menanyakan kabar satu sama lain lewat whatsapp grup setidaknya seminggu sekali.
Aku bahagia, setidaknya selama satu semester di kampus karena pada semester berikutnya, aku harus putus kuliah.
Dalam hidup, terkadang saat kita sedang merasa ada difase kehidupan yang baik, tenang, dan bahagia, ada saja satu kejadian yang meruntuhkan semua mimpi indah dan menggantikannya menjadi mimpi buruk.
Suatu hal terjadi pada keluargaku yang mengakibatkan aku harus rela berkorban dengan cara putus kuliah. Karena dari awal sudah tidak yakin bisa kuliah, maka aku memutuskan untuk mencari kerja sebagaimana rencanaku dulu.
Sedih memang harus mengubur mimpiku padahal jalannya sudah di depan mata. Tapi mau bagaimana lagi? Aku harus ikhlas dan tetap menjalani hidupku mengikuti takdir yang ada.
Prisia dan Anet menangis ketika kuberi tahu aku tidak akan masuk kuliah lagi. Aku jadi ikutan sedih namun mau dikata apa lagi? Sepertinya memang aku tidak ditakdirkan untuk kuliah. Ibu dan Bapak sempat minta maaf padaku, aku menangis memeluki mereka. It wasn't their fault.
Sebulan setelahnya aku mulai mencari-cari kerja lewat platform online. Dan akhirnya aku dipanggil untuk interview sebagai admin online shop disalah satu pusat perbelanjaan di ibukota. Hari itu juga, aku diterima bekerja. Aku masuk pukul 8 pagi dan pulang pukul 4 sore dengan kereta api. Lelah memang tapi aku menjalaninya dengan bahagia.
Uang gajianku sebagian kutabung, karena dua tahun lagi aku akan daftar kuliah (lagi) dengan uangku sendiri. Tapi belum sampai dua tahun, tepatnya ditahun yang sama setelah aku putus kuliah, keadaan keluargaku membaik, Ibu dan Bapak menawariku untuk kuliah lagi. Seminggu aku mempertimbangkan itu semua. Pekerjaanku bagaimana? I started to love my job at that moment. Lalu kuputuskan untuk tetap bekerja dan mengambil kelas karyawan pada malam hari di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di kotaku.
Selagi bekerja aku mulai mengumpulkan informasi PMB, berkas-berkas dan mulai mencari kost untuk tempatku tinggal yang dekat dengan kampus baruku. Kehidupanku mulai berjalan normal lagi.
Bagaimana dengan Samudra? Sejak terakhir kali dia menelfonku, dia sudah beberapa kali ganti akun instagram. Darimana aku tau? Karena setiap buat akun baru, dia pasti memfollowku. Sekali lagi kutegaskan saat itu aku masih menganggapnya sebagai teman dan tidak berpikir bahwa dia mau modus makanya kuterima dan kufollow balik akunnya.
Dia juga sepertinya sudah benar-benar putus dengan Mawar karena pada saat pergantian tahun waktu itu Samudra memposting fotonya dengan perempuan lain, sebut saja Mawar II. Tapi aku tidak peduli, mau dia pacaran dengan siapapun aku tidak peduli! Hidupku normal-normal saja tanpanya dan aku sedang semangat menyiapkan diriku untuk menjadi maba lagi.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Kelas
Teen FictionAku tidak pandai menulis namun malam ini aku akan mencobanya dengan sebaik mungkin. Karena aku akan menulis ceritaku bersama Samudra Biru Darmawan, laki-laki aneh yang secara tiba-tiba muncul dan mengubah hidupku seratus delapan puluh derajat. Ini a...