AKU memasang wajah cemberut. "Dosa tau bikin orang kepo.."
Samudra tertawa bahagia. "Bodo."
Sepuluh menit selanjutnya kuhabiskan untuk membujuk Samudra supaya memberitahuku maksud perkataannya itu. Menjagaku? Menjaga apanya? Samudra awalnya menolak namun sepertinya dia sudah bosan mendengar rengekkanku, maka dia menjelaskan.
"Kamu dulu pernah dideketin Fikar kan?" tanyanya sebagai pembuka, aku mengangguk. "Aku awalnya ngga tau kalo dia lagi deketin kamu juga. Waktu itu kamu lewat depan kelas aku terus anak-anak pada heboh manggilin kamu.. pokoknya kamu diledekin sama Fikar terus dianya senyum-senyum kan."
"Teruss?" kataku karena Samudra berhenti cukup lama, kukira dia tidak mau meneruskan.
"Ya gitu pas istirahat aku kan nongkrong di Stadion, dan ada dia juga. Aku langsung panggil aja terus pura-pura pinjem hapenya."
"Oooh," sahutku mengingat masa lalu. "Yang waktu itu kamu panggil aku terus nanya aku lagi deket sama dia ya soalnya kamu liat chatan dia sama aku?"
Samudra mengangguk. "Aku liat chatan kamu sama dia, akrab banget. Yaudah aku panggil si Fikarnya, aku bilang 'lo lagi deketin Alaska, Kar? Kalo iya gue yang mundur nih. Lo boleh deketin dia, tapi inget.. lo harus jagain dia, sedikit aja lo nyakitin dia, lo berurusan sama gue..' terus dia bilang katanya dia yang bakalan mundur dan ngga akan ganggu kamu lagi."
"Dia takut kali sama kamu," prasangkaku sambil masih tidak percaya dengan omongan Samudra.
Samudra bergedik. "Aku bilang sama cowok-cowok yang nongkrong di samping 'lo semua boleh suka atau deketin Alaska, tapi sekali aja lo sakitin dia, lo berurusan sama gue.'"
"Kamu ngomong gitu kesiapa?" tanyaku.
"Ya kamu inget-inget aja yang nongkrong di samping siapa, dari kelas kamu juga banyak." jawabnya seraya menghisap vape dan menghembuskannya keatas. "Pokoknya aku bilang sama mereka jangan ada yang ganggu kamu atau nyakitin kamu kalo ngga mau berurusan sama aku."
Aku diam, menunggunya bicara lagi.
"Aku emang brandal, Alaska. Tapi aku punya satu perempuan yang bakalan aku jagain sampe akhir napas aku."
"Siapa?"
"Kamu lah, oneng."
Aku diam lagi. Disatu sisi aku senang tapi disatu sisi lagi aku takut. Takut kalau Samudra bohong.
"Tapi emang bener kan ngga ada yang ganggu kamu?"
Mataku menatap gelas kosong di hadapanku sambil berpikir. Di sekolah memang tidak ada laki-laki yang berani mengangguku. Jangankan menganggu, bicara padaku saja mereka seperti segan. Seolah-olah takut salah bicara, padahal aku biasa-bisa saja.
Dulu aku berpikir bahwa mereka enggan bicara padaku karena wajahku judes atau aku tidak asik seperti teman-temanku yang lain. Ternyata penyebabnya utamanya karena Samudra berpesan untuk tidak mengangguku kalau tidak mau berurusan padanya.
"Pas lulus, aku bilang sama Riko dan Farrel 'lo jagain Alaska ya. pantau dia jangan sampe ada yang ganggu.' Setiap kali aku ketemu mereka aku selalu tanya tentang kamu gimana, atau ada yang deketin kamu ngga. Dan jawaban mereka sama. Kamu baik-baik aja dan ngga ada yang deketin."
Aku masih diam. Tidak tahu mau merespon apa. Should I say thank you? No, I don't think so.
"Aku selalu jagain kamu Al, selalu. Kamunya aja yang ngga peka." katanya disusul kekehan ringan.
"Aku ngga tau kamu jagain aku, kamu ngga pernah bilang." ujarku pada akhirnya.
Samudra tersenyum. "Untuk apa aku bilang? Sebenernya juga aku ngga mau cerita ini ke kamu, cuma aku ngga kuat liat muka cemberut kamu." katanya lalu mencubit pipi kananku. Ah, it's been a long time. "Aku ngga mau kamu tau aku jagain kamu selama ini, cukup jadi tameng di belakang kamu supaya ngga dikira pahlawan kesiangan."
"Makasih makasih. Aku terharu."
"Sama-sama Al. Harusnya aku yang banyak makasih sama kamu karena kamu selalu ada buat aku kalo aku mau curhat, dan bodohnya aku baru sadar sekarang.. kalo emang cuma kamu satu-satunya yang mengerti aku."
Aku diam.
"Aku sayang kamu Al, dari dulu. Dan sekarang aku udah capek pacaran kesana-sini terus ujungnya putus juga. Aku udah capek. Maaf ya dulu aku sering hilang-hilangan. Tapi aku janji, kali ini aku ngga akan pergi lagi, Al. Aku janji."[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Kelas
Teen FictionAku tidak pandai menulis namun malam ini aku akan mencobanya dengan sebaik mungkin. Karena aku akan menulis ceritaku bersama Samudra Biru Darmawan, laki-laki aneh yang secara tiba-tiba muncul dan mengubah hidupku seratus delapan puluh derajat. Ini a...