Bagian 30

1K 123 17
                                    

"MINUM apa, Al?" tanya Samudra setelah dia memesan secangkir kopi hitam untuk dirinya sendiri.

Tujuan kami hari itu adalah Warpat, tempat kumpul anak-anak muda yang sedang hits itu. Tapi kami belum sampai dan Samudra memberhentikan motornya di salahsatu warung kopi di pinggir jalan. Istirahat dulu aku pegel, katanya. Dan karena udara sudah terasa dingin, aku memesan teh manis hangat.

"Kamu apa kabar, Al?" tanya Samudra sembari menyalakan rokoknya.

Aku menatap matanya yang juga menatapku. Oh those eyes.. aku selalu menyukai matanya yang indah serta bulu matanya yang lentik. "Baik sih, kamu?"

"Sama."

"Tadi gimana sama pacar kamu?"

"Mantan Al," koreksinya. "Pas nyampe aku langsung nyari dia. Eh dia ada dirumah temennya, lagi mabok. Langsung aku bawa kerumah dan berantem kan terus aku putusin."

"Oooh, galau dong?"

Samudra terkekeh. Pesanan kami sudah datang, dia menyeruput kopi hitamnya sedangkan aku menempelkan telapak tanganku di gelas minumanku. Terlalu panas untuk langsung diminum.

"Aku ngga galau kok. Aku ngga rugi kehilangan dia.."

"Masa?" kataku dengan nada meledek.

"Beneran, aku ngga rugi kehilangan cewek-cewek yang pernah hadir di hidup aku," katanya sambil menatap batang rokok yang masih menyala. Kemudian matanya kembali menatapku. "Kecuali kamu. Aku kehilangan Mawar aja ngga rugi. Yang aku rugi itu kalo aku kehilangan kamu."

Senyumku pudar, aku bungkam terdiam. Kalau apa yang dikatakan Samudra siang itu benar, mengapa dia selalu datang padaku kalau sedang bertengkar dengan pacarnya kemudian meninggalkanku lagi?

"Bohong lu.." bisikku.

"Aku serius Al.. yaudah kalo kamu ngga percaya. Intinya aku udah jujur sama kamu."

"Kamu aja dateng ke aku kalo mau curhat doang, abis itu hilang lagi."

Samudra menyunggingkan bibir. "Iya emang, tapi abis itu aku selalu ngajak kamu jalan kan? Kamu aja ngga peka."

"Ngga peka gimana?" tanyaku. "Kamu ngajak aku jalan sedangkan kamu aja punya pacar. Jelas lah aku ngga mau."

"Kamu ngga peka."

"Kamu ngga jelas."

"Iya tau, maaf deh." katanya. "Tapi kamu emang ngga peka Al, dari SMA aku suka sama kamu, bahkan sampe sekarang."

Bukannya tidak peka, namun saat itu aku sedikit banyak takut terhadapnya. Ditambah lagi aku belum mau memikirkan pacaran, aku masih mau menghabiskan waktu bersama teman-temanku.

Samudra menyuruhku menghabiskan minumanku karena kami ingin melanjutkan perjalanan. Udara yang dingin membuat teh panas di hadapanku cepat berubah suhu. Tehku sisa setengah tapi Samudra tidak mau membuang waktu lagi, dia mengajakku segera pergi dari situ.

Beberapa menit kemudian kami sampai di Warpat. Ramai sekali, kami sempat kesusahan mencari tempat duduk. Tapi untungnya ada sepasang kekasih yang pergi meninggalkan meja mereka lalu aku dan Samudra langsung duduk disana.

"Tuh tulis aja kamu mau apa, aku samain kaya kamu aja."

"Kamu mau apa?" tanyaku sambil membolak-balik daftar menu yang Samudra ambil dari pelayan dan kemudian dia berikan padaku.

"Samain aja kaya kamu."

Aku membaca satu per satu menu yang disediakan. Tadinya aku mau pesan indomie kuah, tapi tidak jadi. Aku bosan makan mie instan terus. Kulirik Samudra yang duduk di hadapanku, dia mulai membuka jaket yang dipakai lalu mengeluarkan perlengkapan vape dari dalam tasnya.

Pada akhirnya aku menulis 2 porsi pisang bakar dengan topping coklat dan keju serta 2 gelas susu coklat panas. Samudra mengembalikan daftar menu tadi kepada pelayan lalu kembali duduk lagi.

"Dulu kan pacar kamu marah-marah ke aku." kataku membuka obrolan.

"Iya, Mawar kan? Abis dia marah-marahin kamu, aku putusin."

Aku mengerutkan dahi. "Emang kenapa?"

"Ya abisnya dia gangguin kamu."

"Dia cemburu kali, apalagi kata dia kamu malah belain aku."

Samudra menghisap vapenya dalam-dalam lalu menghembuskannya ke langit. Asap serta wangi strawberry cheesecake langsung menusuk hidungku.

"Emang aku belain kamu.." katanya pelan sambil menatapku. "Dari dulu aku juga selalu belain kamu dan jagain kamu. Cuma kamu aja yang ngga peka."

Aku diam, mencerna perkataan Samudra. "Maksudnya?"[]

Kakak KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang