Bagian 5

2K 227 18
                                    

KEESOKAN paginya, aku datang terlambat. Upacara sudah dimulai dan aku menunggu diluar gerbang bersama para siswa yang telat juga. Alasanku telat? Tidak ada. Aku hanya malas saja datang pagi-pagi.

Kuteguk air dari dalam botol yang kubawa dari rumah. Aku menjauh dari gerbang untuk duduk di bawah pohon mangga yang ada di samping gerbang. Teman-temanku tidak ada yang telat. Tumben. Mereka datang tepat waktu sebelum upacara dimulai.

Tidak lama, terdengar suara knalpot motor yang sangat nyaring. Motor itu berhenti di parkiran khusus murid sekolahku, di seberang gerbang sekolah, di dalam stadion mini tempat biasa aku mengikuti pelajaran Olahraga.

Berisik sekali. Aku sampai harus menutup telinga. Beberapa menit kemudian, Samudra keluar dari gerbang stadion. Menyeberangi jalanan lalu menghampiriku. Ya. Menghampiriku.

"Alaskaaa..." sapanya ceria seperi biasa.

"Iyaa?"

"Kok telat?"

"Macet." jawabku.

Samudra berjongkok untuk setara denganku, namun tetap saja karena dia tinggi, dalam posisi aku duduk bersandar dan dia berjongkok juga tetap dia lebih tinggi dariku.

"Harusnya Alaska berangkat bareng Samudra," katanya. "Supaya nggak telat."

"Samudra kan telat juga." sahutku.

"Eh iya yaa." Samudra tertawa, matanya tak berhenti menatapku. "Alaska nanti pulang sama naik apa?"

Aku menegakkan punggung, mulai tidak nyaman berhadapan langsung dengannya sedekat ini. "Naik angkot kaya biasa."

"Mau dianterin?"

"Nggak usah," tolakku. "Makasih."

"Oke. Sama-sama."

Aku tersenyum lalu buang muka. Di dalam hati aku berdoa supaya Samudra segera menjauh, namun hingga beberapa menit kedepan, dia tetap berjongkok disitu.

"Mau ikut nggak?"

"Kemana?" tanyaku.

"Makan bubur. Yuk?"

"Nggak deh. Udah makan tadi dirumah. Makasih." kataku berbohong. Aku belum makan apa-apa bahkan dari semalam.

Samudra bangkit, kemudian mencubit pipiku sebelum pergi entah kemana. Sepertinya dia tidak benar-benar ingin makan bubur karena kulihat dia malah belok ke samping sekolah, dan mengeluarkan rokok dari saku celananya.

Sambil menunggu gerbang dibuka, aku membaca novelku yang sisa beberapa lembar lagi. Makin siang makin banyak siswa yang datang, beberapa diantara mereka merupakan teman sekelasku namun aku tidak begitu dekat dengan mereka.

"Alaska.." Samudra menghampiriku yang sedang siap-siap karena pintu gerbang sudah dibuka. "Mau masuk?"

"Iya. Samudra juga?"

Samudra menggeleng. "Samudra mau pulang. Ngantuk."

"Kemana?"

"Ke rumahlah!" Dia tertawa.

"Oooh."

"Masuk sana. Belajar yang bener ya."

Aku melangkah masuk kedalam sekolah. Sebelum masuk ke dalam kelas, aku dihukum dulu dengan jalan jongkok dua putaran lapangan sekolahku. Kemudian melewati hariku di sekolah seperti biasa. Hingga kembali ke rumah, aku tidak melihat Samudra lagi.[]

Kakak KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang