Bagian 48

270 19 7
                                    

"MAU apa, Al?"

Kami sudah sampai dirumah Samudra, tapi seperti biasa mampir ke warung didekat rumahnya untuk membeli rokok.

"Aku enggak ah."

"Kenapa enggak?" tanya Samudra sambil mengambil satu kaleng minuman bersoda dari dalam lemari es. "Susu mau?"

Aku menggelengkan kepala. "Lagi nggak pengen."

"Terus mau minum apa?"

"Air putih aja, ada kan dirumah kamu?"

Samudra tersenyum. "Ya ada dong, masa nggak ada?"

Setelah selesai membeli rokok, baru aku dan Samudra masuk kedalam rumahnya. Sepi. Seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan.

"Mama kamu kemana?"

"Enggak tahu," jawab Samudra sembari mencari gelas dilaci meja. "Paling anter adekku ngaji."

"Ooh."

"Diatas aja ya?"

"Iya."

Kami berbagi tugas, aku membawa botol berisi air dingin serta gelas dan sebungkus rokok sedangkan Samudra menbawa gitar dan toples berisi snack.

"Hati-hati jatuh, Al."

"Iya, Samudra."

Dikamarnya aku duduk ditepi kasur sambil memperhatikan Samudra yang juga duduk disebelahku sambil menyalakan rokok dan memangku gitar.

"Mau request lagu apa?"

"Hm.. apa ya?"

"Kamu lagi mau dinyanyiin apa?"

"Nggak tau bingung."

"Jangan bingung-bingung dong," Samudra mencubit pipiku. "Lagu kesukaan kamu apa?"

"Lagu kesukaanku? Hm..." aku berpikir. "Tapi pasti kamu nggak tahu lagunya."

Samudra menjatuhkan abu rokoknya kedalam asbak. "Kamu ngeremehin aku?"

"Bukan gitu. Tapi aku yakin kamu pasti nggak tahu lagunya."

"Ya makanya kasih tau aku dulu."

"Aku suka lagu Creep dari Radiohead. Tau?"

Samudra mengerutkan dahi, terlihat jelas kalau dia kebingungan. Mungkin itu pertama kalinya dia mendengar ada band bernama Radiohead yang memiliki lagu berjudul Creep.

"Apa itu?"

"Tuh kan kamu nggak tahu!" kataku sambil cemberut.

Samudra nyengir. "Hehehe, iya aku nggak tahu Alaska. Yang gampang-gampang aja ya."

"Yaudah terserah kamu, yang kamu bisa aja."

Samudra mengangguk setuju lalu menyayikan lagu Ku Tak Bisa milik Slank. Dia sangat menghayati, mungkin Samudra memiliki kenangan yang dalam bersama masa lalunya dengan lagu tersebut. Tapi aku tidak peduli, aku terus mendengarkan, meresapi, dan menikmati suara Samudra yang tidak terlalu merdu itu sambil memakan keripik singkong.

Tepat ketika lagu kelima selesai dinyanyikan olehnya, Mama Samudra pulang dan langsung menghampiri kami berdua. Dia menyapaku dan aku segera mencium tangannya. Mama Samudra seperti biasa berbasa-basi denganku dan menanyakan beberapa pertanyaan kepada Samudra terkait kegiatan kampusnya yang tidak aku mengerti.

Sebelum turun kebawah, Mama menginstruksikan Samudra untuk segera mengganti pakaian karena Mama akan mengajak kami makan siang disalah satu mall yang terletak tidak jauh dari rumah Samudra.

"Aku ikut juga?"

Samudra memalingkan padangannya kepadaku. "Yaiyalah, masa kamu mau disini sendirian?"

Kakak KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang