Bagian 12

1.3K 161 3
                                    

SIANG itu aku tengah bersantai di dalam kamarku, meng-scroll timeline instagramku sambil sesekali membalas pesan grup chat bersama teman-temanku dekatku. Hari itu hari keempat aku libur sekolah karena siswa kelas 12 sedang mengikuti Ujian Nasional.

Samudra sudah tidak pernah lagi menghubungiku, begitupula Fikar. Mereka berdua hilang seperti ditelan bumi. Untuk kesekian kalinya kutekankan hidupku tetap berlanjut seperti biasa. Hal yang sama terjadi ketika Athala meninggalkanku, aku hanya sedih seharian kemudian besok paginya aku sudah kembali seperti semula.

Kutarik jempolku kebawah layar, timeline instagramku otomatis ter-refresh. Aku mengernyitkan dahi ketika mendapati foto seorang perempuan terpampang di layar handphoneku. Siapa itu? Aku tidak mengenalnya. Mengapa ada di timelineku?

Aku baru sadar kalau foto itu berasal dari akun instagram milik Samudra ketika aku melihat usernamenya. Kutekan nama Samudra disana dan benar saja, itu akun Samudra. Akun yang sama yang pernah memposting fotoku mengenakan kebaya beberapa bulan lalu ketika Samudra masih intens mendekatiku.

Aku tersenyum bahagia, lalu menekan tombol love yang ada disana. Sungguh... aku bersumpah.. aku sangat bahagia melihat kamu dengan bangga menaruh foto pacar barumu di akun instagrammu, Samudra. Aku turut bahagia. Benar-benar bahagia.

Setelah libur seminggu, aku masuk kembali ke sekolah dengan penuh suka cita. Sudah tidak ada lagi anak kelas 12 yang akan menyinyir aku dan teman-temanku karena seragam kami yang dikecilkan. Tidak ada lagi kami harus jalan bersama-sama agar tidak dijegat oleh anak kelas 12.

Tidak ada lagi Samudra. Dia hilang begitu saja dari hidupku. Aku sudah tidak tahu lagi bagaimana kabarnya. Apa yang dia lakukan setelah lulus sekolah? Akupun tidak tahu. Yang kutahu dia hanya terus mengumbar kemesraan bersama pacarnya.

Waktu berjalan sangat cepat, aku naik ke kelas 12. Inilah masa-masa yang paling berat tapi juga paling aku senangi. Kami mulai sibuk memikirkan mau kemana nanti ketika lulus dari sini? Kuliah kah? Atau bekerja?

Aku hanya tertawa nanar ketika temanku bertanya aku akan daftar ke Perguruan Tinggi Negeri mana. Saat itu kuliah bagiku hanya mimpi yang tidak akan pernah bisa kucapai. Bisa sekolah sampai SMA saja sudah untung. Aku tidak mau merepotkan keluargaku lebih lama lagi. Makanya setelah lulus SMA, aku sudah bertekad untuk langsung mencari kerja.

Semakin hari semakin banyak kejadian menyenangkan yang kulalui di sekolah. Bolos pelajaran dan pulang ketika istirahat kedua. Sebenarnya aku pernah beberapa kali melakukan itu ketika masih kelas 11 dan Samudra pernah menegurku.

"Kamu kok udah pulang?" cecarnya ketika melihatku keluar gerbang dengan tas ranselku. "Sana masuk lagi. Nanti ketahuan kamu dihukum loh."

"Iya. Aku udah nggak ada pelajaran lagi, Pak Akbar nggak masuk."

Dan memang benar, aku hanya berani kabur sebelum jam pulang ketika jam terakhir hari itu kosong. Selebihnya aku tidak berani.

"Kok gitu? Walaupun Pak Akbar nggak masuk pasti ngasih tugas. Sana kamu masuk lagi.."

"Aku mau pulang aja. Emang kenapa sih? Kamu aja sering bolos kok."

Samudra terdiam. Mungkin dia sadar dia tidak berhak menasehatiku karena dirinya saja sering bolos. Dia kemudian membiarkanku melangkah pulang setelah sebelumnya berkata hati-hati.[]

Kakak KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang