Bagian 40

1K 95 10
                                    

TIGA hari setelah Samudra izin untuk mengikuti kegiatan dikampusnya selama seminggu, dia menghubungiku. Dengan nomer berbeda. Aku langsung tahu saat itu Samudra sedang membohongiku. Dia menghubungiku pukul 10 malam, saat aku bersiap untuk tidur.

Heyyy. Ini aku. Kira-kira begitulah pesan yang dia kirim lewat chat whatsapp.

Uy. Kujawab, otakku saat itu langsung membuat skenario kebohongan yang sedang dilakukan Samudra.

Samudra menelfonku, segera kuangkat.

"Aku kangen. Kamu lagi dimana?"

Aku hanya tertawa pelan. "Pake nomer siapa ini?"

"Pake nomer aku,"

"Nomer baru?"

"Iya." sahutnya. "Aku acara kampusnya diundur rabu depan."

"Oh gitu."

"Iya, terus aku ke Bandung. Beli hp baru, kamu tahu kan hp aku yang lama suka error, makanya beli baru."

Aku diam sebentar. "Bohong."

"Kok bohong? Aku beneran, nih aku kasih buktinya ya kalo aku nggak bohong."

Kemudian dia mengirimkan sebuah foto dirinya di depan cermin sedang menggenggam handphone barunya.

"Kamu bohong. Nggak suka nih aku diginiin."

"Bohong apa sihhh sayaaaang."

"Kamu lagi dimana?"

"Di kosan baru sampe."

"Kamu nih bohong," kataku. "Aku tahu kamu nih lagi bohongin aku. Nggak suka nih aku kalo kamu gini."

Samudra diam sebentar, lalu tertawa. "Bohong apa sih, cinta? Kamu lagi dateng bulan ya makanya moodnya jelek."

Entah bagaimana dia bisa tahu, tapi saat itu aku memang sedang datang bulan. Namun sungguh, dugaanku atas kebohongan Samudra bukan karena moodswing efek datang bulanku! Tapi aku benar-benar berfirasat dia begitu. Dia membohongiku!

"Emang. Tapi aku bisa meramal, kamu tuh lagi bohong."

Samudra tertawa lagi, seperti tidak melakukan kesalahan. "Meramal gimana coba? Kamu tuh lagi dateng bulan makanya bete ke aku."

"Aku lihat di telapak tangan aku, oooh Samudra lagi bohong nih."

"Enggak. Bohong apa sih?"

Aku mendudukkan diri tanpa alasan, hanya ingin saja. "Ya nggak tahu, makanya aku nanya. Pokoknya aku yakin banget kamu itu lagi bohong."

"Yaudah iya aku abis bohong, biar cepet." sahutnya disusul kekehan pelan.

Aku diam saja. Aku yakin Samudra baru saja membohongiku, namun hal apa yang dia lakukan masih abu-abu dipengelihatanku.

"Alien mars?"

"Sekarang aku mau nanya deh, boleh?"

Samudra diam dulu sebentar sebelum menjawab. "Iya, tanya apa?"

"Kamu panik?"

Kakak KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang