Bagian 18

1.2K 146 17
                                    

SINGKAT cerita, Ujian Nasional telah kulalui. Tepat dihari terakhir UNBK dilaksanakan, kami mengadakan corat-coretan seragam sebagai euforia atau perayaan kelulusan kami dari SMA. Kami melakukannya di stadion mini seberang sekolah, yang biasa digunakan untuk tempat parkir dan olahraga.

Teman-temanku melanjutkan kumpul bersama di rumah Safenly sedangkan aku harus pulang duluan karena badanku tiba-tiba terasa tidak enak dan batuk ringan menyerangku. Aku pulang dengan ojek online tepat pukul 6 sore.

Setibanya di rumah, aku mandi berganti pakaian dan naik keatas kasur. Akhirnya... aku sudah bukan anak SMA lagi. Ya, meskipun keterangan lulus atau tidak belum keluar, setidaknya aku senang aku akan meninggalkan bangku SMA. Atau malah sebaliknya? Aku sedih karena akan merindukan masa-masa SMAku yang membahagiakan?

Hidupku berjalan normal. Samudra entah kemana, hilang ditelan bumi seperti kebiasaannya. Athala juga sudah tidak berani mengangguku lagi karena sehari setelah dia datang ke rumah, Ibukj pergi mendatangi Tante Sri dan membicarakan permasalah kami dan berkata bahwa aku tidak mau lagi diganggu olehnya.

Dua hari setelah corat-coret, aku sedang bersantai di atas kasurku, membuka instagram sambil mendengarkan lagu-lagu dari band favoritku, Radiohead. Tidak lama muncul notif di follower requests, kuabaikan karena sedang asyik menonton video lucu. Kemudian setelah videonya habis, aku membuka notif tadi. Username dengan nama yang tidak asing. Samudra.

Segera kutekan tombol accept dan follow disana. Samudra memfollow akun instagramku dengan akun barunya. Entah akun yang lama kemana. Aku sudah bersiap kalau-kalau Samudra mengirimku pesan dan meminta nomer whatsappku. Kutunggu.. tapi dia tidak kunjung mengirimku pesan. Baiklah, mungkin dia hanya ingin memfollow akunku tanpa menghubungiku.

Tiga hari kemudian, Samudra baru mengirim pesan lewat DM. Menanyakan kabarku dan meminta nomer whatsappku. I knew it.. i knew it!! Kujawab: nomerku masih yang lama kok. Belum ganti. Satu jam kemudian Samudra balas: hapeku rusak Al, semua nomer hilang, termasuk nomer kamu.

Classic, isn't it? Tapi aku tetap memberi nomer whatsappku pada Samudra. Sebut aku bodoh karena sudah tahu Samudra akan menghubungiku untuk curhat setelah itu menghilang, tapi aku tetap saja memberi nomer whatsappku. Biarlah. Pada saat itu aku berpikir Samudra teman baikku dan dia sedang ingin menunpahkan keluh kesanya. Karena aku bisa mendengarkan, mengapa tidak?

Samudra menelfonku dua jam setelah aku mengirim nomer whatsappku lewat instagram.

"Halo, Alaska Putri Riyadi."

Aku tertawa mendengar Samudra menyapa dengan nama lengkapku. "Halo, Samudra."

"Alaska lagi apa?"

"Lagi duduk."

"Sama. Samudra juga,"

Nggak nanya!, ucapku dalam hati.

"Kamu ngikutin ya?"

"Nggak." jawabku diikuti tawa.

Samudra ikut ketawa kemudian, "Al, aku mau cerita boleh nggak?"

"Iya cerita aja. Kenapa?"

"Pacar aku Al.. lagi ngambek. Masa dia cemburu sama temen tongkrongan aku. Iya sih aku deket banget sama dia, tapi kan kita cuma temen. Dia juga udah punya pacar. Eh cewek aku malah cemburu."

"Ya wajar, namanya juga cewek. Kamu deket banget kali sama temen kamu itu makanya pacar kamu cemburu?"

"Enggak Al," Samudra mengelak. "Aku biasa aja, temenan biasa. Cuma emang sering boncengan, dan anter dia pulang. Namanya juga cewek, aku nggak tega biarin dia pulang sendiri malem-malem."

"Oh terus sekarang masih marahan?" tanyaku.

"Masih Al."

"Yaudah kamu minta maaf, jelasin kalo kamu nggak ada apa-apa sama temen kamu itu." saranku. "Tenang aja, nanti juga baikan. Kayak biasanya."

"Iya Al nanti aku coba kerumahnya terus jelasin ke dia," sahut Samudra. "Makasih ya Al. Emang cuma kamu yang bisa nenangin pikiran aku."

Oh, really Samudra?

"Iya, sama-sama."

"Kamu udah punya pacar Al?"

Aku mengerutkan dahi. Bingung kenapa tiba-tiba Samudra bertanya seperti itu. "Belum."

"Kenapa?"

"Kenapa?" aku balik bertanya. "Ya gapapa."

"Kamu belum nemu yang cocok kali," kata Samudra. "Eh, ngomong-ngomong besok sibuk ngga? Pasti engga kan? Kamu kan udah ngga sekolah. Yakan Al?"

"Iya sih nggak sibuk?"

"Main yuk Al. Sini kamu kerumah aku, atau mau dijemput?"

Aku memutar bola mata. "Engga ah. Ngga bisa."

"Ngga bisa kenapa Al?"

"Ngga bisa aja."

"Yah kamu mah gitu. Aku kangen tau Al," ucap Samudra sambil tertawa. "Kamu kangen aku ngga?"

"Ngga."

"Gengsi aja."

"Beneran engga!"

Samudra tertawa. "Iya Alaska tembem. Eh udah ya telfonnya ada temen-temen aku nih pada main. Lanjut dichat aja ya Al."

Telfon mati setelah aku berkata iya. Samudra langsung mengirim chat di whatsappku. Obrolan kami berlanjut, membicarakan hal-hal random sampai akhirnya aku ketiduran karena menunggu balasan darinya.[]

Kakak KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang