KARENA jarak dari rumah Depok menuju tempatku bekerja memakan waktu satu jam bahkan lebih kalau kereta yang kunaiki mengalami gangguan atau delay, maka pagi-pagi buta aku sudah berangkat. Saat di peron, aku baru membalas pesan Samudra. Aku bertanya apakah dia sudah bangun atau belum karena pagi itu dia harus kembali masuk kuliah.
Tapi dari keretaku datang hingga aku sampai ditempat kerja, Samudra belum juga membalas pesanku. Dugaanku hanya satu; Samudra masih berada di alam mimpi.
Selagi menunggu jam operasional toko tempatku bekerja, aku memutuskan untuk bercerita pada Sacha bahwa aku baru saja bertemu dengan Samudra.
Sebelumnya aku sudah bercerita pada Sacha mengenai sosok Samudra saat kami dalam perjalanan ke Senayan sehari sebelum aku bertemu Samudra.
"Akhirnyaaaa!" kata Sacha riang setelah aku selesai bercerita dari A sampai Z. "Akhirnya temen gue nggak jomblo lagi."
"Apaan sih.." aku tersipu malu. "Kan belum tahu kedepannya."
"Gue udah tahu, kalian bakalan jadian. Awas ya lo kena karma jadi bucin karena sering ngatain gue."
Aku tertawa. Setiap hari sebelum masuk dan ketika toko tutup, Sacha selalu telfonan mesra bersama pacarnya sehingga aku selalu meledek dirinya dengan sebutan bucin atau budak cinta.
"Tuhkan buchiiiin.." ujarku ketika mendengar handphone Sacha bunyi, siapa lagi kalau bukan pangeran kesayangannya.
Selagi melihat serta mendengar Sacha ngebucin melalui video call, aku memainkan handphoneku sendiri. Samudra tidak kunjung membalas pesanku. Pasti dia masih tidur, aku coba mengirim pesan lagi. Hanya ceklis dua. Lagi dan lagi. Sampai total 15 pesan yang isinya hanya kata 'uy'.
Toko tempatku bekerjapun buka dan aku mulai sibuk didepan komputer sambil sesekali mengintip layar handphoneku. Tetap tidak ada balasan dari Samudra. Kesal karena semalam dia berjanji tidak akan bolos, akupun mengirim pesan lagi padanya.
Uy, kamu mati ya?
Tetap tidak ada balasan. Hanya ceklis dua tanda pesanku sudah terkirim seperti sebelumnya.
Pukul satu siang aku memakan bekal yang kubawa dari rumah bersama Sacha. Dan pada saat itu pula, Samudra baru membalas pesanku.
Iya aku mati
Hehe.
Aku ketiduran Al
Ngantuk banget. Hehe
Aku memutar bola mata, alasan yang klasik.
Ga kuliah dong? Balasku.
Tidak butuh waktu lama, Samudra membalas. Engga, maafin aku ya. Aku kesiangan sumpah. Aku janji besok aku masuk deh.
Yaudah.
Samudra kemudian menelfon lewat whatsappp, langsung aku reject. Aku sedang kerja, he must know that.
Aku lagi kerja, nanti aja telfonnya ya kalo udah di kosan ya
Oh iya aku lupa Al. Balasnya. Maaf ya, kamu semangattt jangan lupa makan. Nanti kalo udah di kosan kabarin ya. Aku sayang kamu Al.
Aku tersenyum membaca pesan dari Samudra.
Ok. Makasih ya.
Menyadari aku senyum-senyum sendiri, Sacha mencolek daguku lalu tertawa meledek. Aku segera menyuruhnya diam, tidak enak kalau didengar Ibu bossku.
Setelah makan siang, aku ingin cepat-cepat pulang agar bisa mengobrol dengan Samudra lagi. Tapi sangat mustahil mengingat hari itu adalah hari Senin yang mana orderan yang masuk sangatlah banyak. Aku baru tutup toko sekitar pukul lima sore.
Empat puluh lima menit kemudian aku baru sampai di kosan dan langsung mandi karena aku ada kelas jam tujuh nanti. Selesai mandi dan berganti pakaian, aku baru membalas pesan Samudra dengan mengatakan bahwa aku sudah sampai di kosan. Dua menit kemudian, dia menelfonku.
"Hallo, Alaskaaaa."
"Iya, hallo."
"Udah makan belum?"
"Belum, nanti pulang kuliah."
"Oh iyaa kamu mau kuliah ya?"
"Yaiyalah emang kayak kamu bolos mulu."
"Iiih maaf siiih," kata Samudra. "Aku kan niatnya pengen masuk. Cuma kesiangan."
Aku menghela napas. "Iya iya."
"Aku janji besok masuk kok."
"Iya."
"Kamu berangkat jam berapa?"
"Ini dikit lagi mau berangkat kok."
"Yaudah kamu hati-hati ya. Kalo ada yang jahat tahu kan ngadunya ke siapa?"
"Ke polisi."
Samudra tertawa lumayan kencang. "Nah tuh tahu. Pinter."
"Iya dong. Dapet hadiah ngga?"
"Dapet dong."
"Apa?"
"Rahasia."
"Yah ngga seru kamu, Samudra."
"Bodooo woooo.."
Aku terkekeh. "Udah ya, aku mau berangkat ke kampus dulu."
"Oke. Nanti malem aku telfon lagi ya, Al?"
"Iya nanti pulang ngampus ya."
"Iyaa, Al. Dadah. Aku sayang kamu Al."
Aku diam beberapa saat sebelum kujawab ungkapan sayang Samudra kala itu. "Iya. Makasih ya."[]
for your information,
ada sedikit revisi dibagian prolog yang kuganti judulnya jadi bagian penghantar
dan juga dibagian I
boleh dicek jika berkenan karena hal itu sedikit banyak akan berpengaruh pada cerita ini selanjutnya hehe
terimakasih banyak yang udah mau baca cerita ini meskipun agak sedikit membosankan hehe. y'all have my hartttt 🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Kelas
Teen FictionAku tidak pandai menulis namun malam ini aku akan mencobanya dengan sebaik mungkin. Karena aku akan menulis ceritaku bersama Samudra Biru Darmawan, laki-laki aneh yang secara tiba-tiba muncul dan mengubah hidupku seratus delapan puluh derajat. Ini a...