Bagian 37

900 112 28
                                    

PULANG dari kampus, lebih dulu aku makan malam dan mandi seperti biasa. Baru setelah ritualku selesai tepat pukul 10 malam, aku mengabari Samudra. Kubilang aku sudah sampai di kosan dan tidak butuh waktu lama Samudra langsung menelfonku lewat WhatsApp.

"Halloooo?"

"Iya, hallo."

"Kamu lagi apa?"

"Lagi rebahan aja nih." jawabku. "Kamu?"

"Aku lagi... duduk. Kamu udah makan?"

"Udah kok. Kamu?"

"Aku belum nih."

"Kenapa kok gitu?"

"Gapapa sih." katanya. "Oh iya tadi Mawar III chat aku lewat facebook. Temennya ada yang lihat kita pas aku anter kamu pulang kemarin."

Aku membulatkan mata. Bagaimana ini? "Ohya? Terus gimana? Kalo dia nggak terima terus nyari-nyari aku gimana?"

Samudra tertawa. "Apaansih kamu mikirnya. Dia nggak akan cari kamu kok. Dia aja nggak kenal kamu. Nih aku screenshot terus kirim ke kamu ya isi chatnya."

Tidak lama masuk foto-foto screenshot chat Mawar III kepada Samudra yang intinya dia masih ingin memperbaiki hubungannya dengan Samudra, dan mengakui bahwa dia sangat butuh Samudra dan tidak bisa hidup tanpa Samudra.

"Terus... Kamu mau balikan sama dia?"

"Enggak kok, Al. Tenang." jawab Samudra. "Kan aku udah bilang aku bakalan stay sama kamu disini.."

Aku diam. Timbul rasa bersalahku pada Mawar III. Bagaimana jika penyebab mereka putus adalah aku?

"Al.. kok diem?"

"Eh.. enggak kok."

"Kamu nggak usah mikir macem-macem, Al. Aku putus sama dia karena emang udah nggak kuat aja disalahin terus, dia nggak pernah menghargai aku. Kamu nggak usah menyalahkan diri kamu sendiri ya. Karena kamu nggak salah. Sama sekali nggak salah."

What the... did he just read my mind?

"Dia juga udah bilang ke aku buat nggak urusin masalah dia lagi. Dan aku juga udah bilang maaf ke dia kalau selama pacaran ada salah. Kamu nggak usah takut ya Al, ada aku."

"Iya, yaudah yang penting kamu udah minta maaf."

"Iya Al. Tadi kamu ngampus?

"Iya ngampus kok."

Samudra diam beberapa saat. "Terus sekarang dimana?"

"Di Bumi." kataku sambil tertawa. "Kalo kamu, dimana?"

Samudra ikut tertawa karena jawabanku itu. "Di hatimu."

"Ah bucin. Males. Bucin lo.."

"Kamu juga bucin!" sahutnya tidak mau kalah.

"Aku nggak bucin."

"Bucin itu penyakit menular tahu, nanti kamu juga ketularan bucin dari aku."

Aku tertawa. "Nggak, makasih."

"Yaaa lihat aja nanti."

"Iya. Nggak akan tertular."

"Nggak mungkin.." katanya. "Al, aku sayang banget sama kamu. Aku nggak mau kehilangan kamu."

Malam itu aku bingung ingin jawab apa, karena perasaanku saat itu juga masih tidak bisa ditebak. Aku belum tahu apakah aku juga sayang dengan Samudra? Aku sangat takut menyakiti perasaannya.

"Eh, aku pengen jadi alien."

Karena bingung ingin balas apa, akhirnya aku hanya berkata itu. Bahwa aku ingin jadi alien, yang mana adalah fakta.

Awalnya Samudra diam, mungkin dia heran kenapa aku random sekali membicarakan itu. Tapi kemudian dia meresponku. "Yaudah aku jadi zombie aja, nanti kita perang."

"Nggak mau, beda planet. Emang kamu punya pesawat luar angkasa?"

"Punya dong. Nanti kan kamu naik Ufo, nah nanti aku bikin roket deh. Ketemu di Galaxy Bima Sakti."

Aku tertawa pelan. "Nggak mau ah. Jauh, lama."

"Yaudah aku pake pintu kemana saja deh. Biar cepet nyampe."

"Nggak ada. Doraemon nggak mau minjemin, kamu belum mandi."

"Yeeeh songong ya. Awas ya kalo ketemu lagi, pipi kamu aku cubitin bodo!"

"Enak aja!" kataku. "Eh kamu disana jangan buat masalah ya, belajar yang bener. Pendidikan tuh penting, nggak usah mikirin yang lain dulu."

"Iya aku mikirin pendidikan doang kok," sahutnya. "Sama kamu juga sih, harus."

"Makasih."

"Iya.. kamu tidur sana, besok kan kerja lagi. Aku mau pesen makan nih, laper."

"Iya, tidur duluan ya."

"Iya, selamat tidur Alaska Putri Riyadi. Semoga kamu mimpiin aku."

"Nggak mau!"

"Kok nggak mau?"

"Nggak mau aja."

"Yaudah sana tidur."

Aku mengangguk, kemudian ingat bahwa saat itu aku sedang telfonan. "Iya. Besok kamu masuk ya."

"Iya besok aku masuk kok. Dah."

"Iya."

Sambungan telfon mati lalu aku mengaktifkan mode pesawat terbang, bersiap untuk tidur. Samudra.. terimakasih ya atas percakapan random kita dulu. Aku tidak akan pernah melupakannya. Tidak akan.[]

Kakak KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang